Giok Teng Hujien segera tertawa cekikikan, lengannya diulur ke depan tahu-tahu Soat jie sudah
menyusup ke dalam gendongannya. Tampaklah pinggangnya yang ramping bergerak dan di
dalam waktu singkat ia sudah mengejar ke sisi si anak muda itu untuk berjalan berdampingan
dengan dirinya sikap tersebut se-akan-akan menganggap di sekitar
manusiapun.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
226
Diam-diam Hoa Thian-hong kesal juga melihat perempuan itu membuntuti terus jejaknya, dalam
hati ia berpikir, “Waaduuuh….celaka nih! kalau sampai aku dilengketi terus olehnya, apa yang
musti kulakukan?”
Otaknya dengan cepat bekerja keras untuk mencari akal guna melepaskan diri dari penguntitan
perempuan itu, namun tak sepotong siasatpun yang berhasil didapatkan, Akhirnya dengan
perasaan apa boleb buat katanya “Waktu sudah tidak dapat pagi2, siauwte siap akan pergi “Lari
Racun” cici bagaimana kalau kau pulang dulu kekuil It Goan Koan? besok siauwte pasti datang
berkunjung lagi.”
“Iiiiirh.,..masih benar mulutmu itu,” ejek Giok Teng Hujien sambil tertawa cekikikan. “Cici tak
pernah menduga kalau kau sepandai itu untuk merayu perempuan!”
Sementara pembicaraan masih berlangsung, kedua orang itu sudah berjalan keluar dari rumah
penginapan dan menuju ke jalan raya.
Bergaul dengan perempuan seperti ini, Hoa Thian-hong merasakan hatinya selalu kebat-kebit
diliputi rasa takut, ia takut tindakannya yang keliru akan mengakibatkan munculnya kembali
seorang musuh tangguh, waktu itu baik perkumpulan Sin-kie-pang, Hong-im-hwie maupun Tongthian-
kauw akan menjadi musuhnya membuat ia sama sekali tiada tempat untuk berpijak,
keadaan seperti itu pastilah mengenaskan sekali.
Tiba-tiba terdengar Giok Teng Hujien tertawa dan berkata, “Kau sudah bergadang semalam
suntuk, aku pikir perutmu tentu sudah lapar, ayoh aku undang kau pergi makan pagi!”
Hoa Thian-hong tidak tahu musti menampik atau menurut saja terhadap undangan nya itu,
terpaksa dengan mengikuti disisinya mereka berangkat menuju ke pusat
Sepasang muda-mudi ini berjalan berdampingan ternyata amat menyolok sekali, yang lelaki
adalah seorang pria tampan berbadan tegap sedang yang perempuan cantik jelita bagaikan
bidadari, sepintas lagi hubungan mereka bagaikan kakak beradik tapi kalau dipandang lebih
seksama hubungan itu lebih mirip dengan sepasang kekasih.
Terlihatlah orang-orang dijalan yang bertemu dengan mereka berdua. ada yang lewat dengan
kepala tunduk ada pula yang buru-buru menoleh ke arah lain pura pura tidak melihat, tak
seorangpun berani menggunakan pandangan yang gamblang untuk mengawasi kedua orang itu.
Beberapa saat kemudian sampailah mereka berdua di depan sebuah rumah makan yang amat
megah, Sambil menuding hurup “Cie-Eng-Loo” yang tergantung di depan rumah makan itu Giok
Teng Hujien berkata sambil tertanya, “Dua kali ber-turut2 ayah ibu telah mengadakan perjamuan
para enghiong di atas rumah makan ini untuk menjumpai pimpinan Hong-im-hwie serta Tongthian-
kauw dan menyelesaikan beberapa masalah Bulim yang serius, rumah makan ini semula
bernama “Ka Peng-Cioe-Loo” tapi sekarang mereknya sudah diganti, itupun gara-gara
disebabkan karena peristiwa itu!…..”
Waktu itu sebenarnya Hoa Thian-hong telah melangkah masuk ke dalam pintu, mendengar cerita
tadi ia segera alihkan sinar matanya yang diliputi perasaan tercengang untuk memperhatikan
sejenak papan merek yang luasnya dua tombak itu, kemudian sambil tertawa paksa sahutnya,
“Pengetahuan cici benar-benar amat luas, waktu diutarakan keluar pun menarik sekali untuk
didengar….”
“Idiiih….malu aah, masa memuji sambil menyindir.,.. Ogah, ogah, aku tak bicara lagi.”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
227
Di tengah gelak tertawa kedut orang itu telah naik ke atas loteng dan mencari sebuah tempat
yang tenang di dekat jendela. Setelah memesan sayur dan arak, Giok Teng Hujien berkata lagi
sambil tertawa, “Maukah kau dengarkan kisah mengenai ayah ibumu dimasa yang silam?.,..,..”
“Mendengarkan saja tentu mau ..” tiba-tiba si anak muda itu teringat kembali akan pesan ibunya
sesaat sebelum ia turun gunung ia dilarang menyelidiki kisah ayah ibunya.
Sebagai seorang anak berbakti dan menuruti perkataan orang tuanya, tentu saja Hoa Thian-hong
tak berani melanggar pesan ibunya itu, dengan cepat ia berseru, “Seorang lelaki sejati tak akan
membicarakan kejadian yang telah lampau, lebih baik kita tak usah membicarakan persoalan itu.”
Tertegun dan melongo Giok Teng Hujien setelah mendengar ucapan itu, sambil tertawa segera
tanyanya, “Makhluk aneh cilik, lalu apa yang hendak kita bicarakan?”
“Cici pernah berkata bahwa pihak perkumpulan Sin-kie-pang lebih banyak dalam prajurit sedang
pihak Hong lm Hwie lebih luas dalam panglima, mengenai soal ini siauwte merasa kurang begitu
jelas.”
“Bukankah persoalan itu gampang sekali untuk dijawab? kenapa kau musti suruh aku kasih
penjelasan?”
“Malaikat berlengan delapan Cia Kim adalah Sam Tang-kee dari perkumpulan Hong-im-hwie, aku
lihat meskipun ilmu silatnya lumayan tapi belum sampai mencapai taraf yang dikatakan betul
betul hebat, aku pikir yang lainnya.”
“Jangan sembarangan menduga, makin menduga semakin keliru “tukas Giok Teng Hujien cepat,
“Itulah sebabnya Siauwte mohon penjelasan..”
Persoalan ini gampang sekali untuk dijelaskan, perkumpulan Sin-kie-pang adalah suatu
perkumpulan dengan mengambil struktur organisasinya menyerupai sebuah pagoda. sang
Pangcu duduk jauh di paling atas sedang sisanya adalah anak buahnya semua.
“Itu memang betul,“ Hoa Thian-hong mengangguk membenarkan, ”Bila orang lain memiliki ilmu
silat jauh di atas Pek Siauw-thian, tentu saja ia tak akan sudi tunduk dibawah perintah orang!”
“Sedang perkumpulan Hong-im-hwie sesuai dengan namanya adalah merupakan suatu kumpulan
dari semua jago dari pelbagai lapisan masyarakat. semua anggota saling menyebut sebagai
saudara. walaupun ada perbedaan dalam sebutan Loo-Toa, Loo-jie atau Loo-sam namun
kedudukan serta tingkatan mereka adalah seimbang. Yang disebut sebagai Tang-kee adalah
orang yang mendapat tugas untuk menyelesaikan pelbagai persoalan. mengenai hal kepandaian,
ketajaman berbicara serta hak dan kewajiban tidak memiliki patokan yang khusus. pokoknya
secara singkatnya saja mereka tidak membedakan tingkatan, yang ada hanya urutan dan nomor
urutanpun tidak ada hubungannya dengan tinggi atau tidak ilmu silat yang mereka miliki!”
“Maksudmu para jago dalam perkumpulan Hong In Hwie, tidak sedikit yang memiliki ilmu silat
yang di atas si Malaikat berlengan delapan Cia Kim? .
“Boleh dibilang banyak sekali,” sahut Giok Teng Hujien, ia merandek sejenak dan angkat teko
untuk memenuhi cawan mereka- dengan arak, kemudian sambil tertawa sambungnya
Sebetulnya ilmu silat yang dimiliki Cia-Kim tidak berada dibawah kepandaian Ciong-Lian-Khek,
kekalahan yang dideritanya kemarin malam sebagian besar disebabkan karena rasa menyesal
yang timbul dalam hatinya setelah teringat akan kesalahan yang pernah dibuatnya membuat ia
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
228
jadi tidak tenang dan pikirannya jadi kalut. kau janganlah menilai seorang enghiong dari menang
kalahnya, berhubung ia kalah maka kau anggap ilmu silatnya hanya begitu-begitu saja
Si Hweesio gede yang bernama Seng Hauw itupun bukan seorang manusia sembarangan “Aku
sanggup menahan dirinya, itu berarti bahwa ia belum termasuk seorang jago yang sangat lihay”
seru Hoa Thian-hong dengan cepat sambil tertawa geli,
Sementara pembicaraan masih berlangsung tiba-tiba dari luar rumah makan berkumandang
datang suara derap kaki kuda, diikuti seseorang dengan suara pembicaraan yang berat dan
penuh bertenaga sedang bercakap-cakap dengan seseorang.
Giok Teng Hujien melongok sekejap keluar jendela, air mukanya mendadak berubah, serunya
sambil tertawa.”
“Waduutih! Coe Goan Khek telah datang, dia adalah Jie Tang-kee dari perkumpulan Hong-imhwie
seorang jago lihay diantara jago lihay yang lain!:..”
Mendengar ucapan itu buru-buru Hoa Thian-hong pun melongok keluar tampak olehnya seorang
kakek tua berjenggot panjang selambung berwajah model persegi, berbahu bidang dan sepasang
mata memancarkan cahaya tajam sedang melangkah masuk ke dalam rumah makan diikuti tiga
orang pria lainnya.
Diantara ketiga orang pengikutnya itu, dua orang mempunyai perawakan kurus kering bagaikan
dua batang tongkat bambu, Sedang orang ketiga adalah seorang pemuda tampan berbadan
kekar
Raut wajah pemuda itu tampan sekali, cuma sorot matanya sayu dan ke-bodoh2an, wajahnya
tidak memperlihatkan perubahan perasaan dan jalannya tegak lagi lurus ke muka, keadaan itu
bagaikan seseorang yang ngelindur dan berjalan di dalam impian
Begitu bertatapan muka dengan orang itu sekujur badan Hoa Tbian Hong segera bergetar keras,
Dalam pada itu Giok Teng Hujien telah berkata lagi sambil tertawa, “Bocah muda berdandan
Boe-su yang kemarin Kau hajar sampai setengah mati itu bersama Coe Siauw Khek dia adalah
putra kesayangan dart Coe Goan Khek ini….”
Mendadak ia merandek ketika dilihatnya air muka si anak muda itu berubah hebat dengan cepat
ia genggam tangannya sambil menegur, “Eeeei! kenapa kau? Tengah hari belum sampai masa
racun teratai dalam tubuhmu sudah kambuh?”
Tingkah lakunya yang lembut dan romantis tanpa terasa telah menghilangkan rasa permusuhan
diantara Hoa Tbian Hong dengan Giok Teng Hujien, seakan-akan sedang berbicara dengan
encinya saja, ia lantas menjawab, “Pemuda gagah yang berada dipaling belakang itu adalah
sahabatku, kenapa ia bisa melakukan perjalanan bersama sama Coe Goan khek?”
“Apa? dia adalah kawanmu?” seru Giok Teng Hujien tercengang. “Apakah tahu dengan asal
usulnya?”
“Dia bernama Chin Giok Liong, putranya Chin Pek Cuan dari kota Keng-Chiu…!”
“Ooooh…! sekarang aku ingat sudah!” seru Giok Teng Hujien sambil tertawa. “Bukankah kau
punya hubungan yang sangat akrab dengan encinya? dia toh adik iparmu?”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
229
Hoa Thian-hong ulapkan tangannya dan segera berdiri menuju ke tempat luar. Giok Teng Hujien
tertawa ringan, ia tarik tangan si anak muda itu sambil serunya, “Eeei, mau apa kau? marah yaah
dengan cici?”
“Cici, aku tidak marah kepadamu!” jawab Hoa Thian-hong dengan alis berkerut. “Harap
tunggulah sebentar disini, aku mau kesana untuk bertanya kepada Toako dari keluarga Chin itu,
kenapa ia melakukan perjalanan bersama-sama Coe Goan Khek?”
“Tak usah ditanyakan lagi, Chin Toako mu itu sudah dicekoki dengan sebangsa obat pemabok,
kesadarannya telah punah sama sekali. Keadaannya tidak lebih bagaikan sesosok mayat hidup.”
“Hoa Thian-hong jadi semakin gelisah. “Aku harus pergi kesana dan menanyakan, persoalan ini
hingga sejelas-jelasnya!”
Ia meronta dan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman si perempuan itu. Tapi genggaman
Giok Teng Hujien pada tangannya sedikitpun tidak mengendor, malah sambil tertawa merdu
nasehatnya.
“Persengketaanmu dengan pihak perkumpulan Hong-im-hwie tidak kecil, kalau memaksa juga
untuk kesitu maka kemungkinan besar jiwamu akan terancam oleh bayangan maut.”
JILID 12
CICI, kau tidak tahu bahwa nona Chin dengan mempertaruhkan jiwanya telah menyelamatkan
diriku dari mara bahaya, namun hal ini masih tidak penting….”
“Lalu apa yang paling penting?”
“Kedatangan siauwte ke dalam dunia persilatan kali ini tujuannya bukan tain adalah
melaksanakan perintah dari ibuku untuk menyelamatkan jiwa keluarga Chin,” kata Hoa Thianhong
dengan wajah serius. “Bila menolong orang tidak menolong sampai pada dasarnya,
darimana siauwte punya maka untuk berjumpa lagi dengan ibuku?”
“Saudaraku, apa yang cici katakan kepadamu adalah perkataan yang sejujurnya!” seru Giok Teng
Hujien sambil tertawa. “Tenaga gabungan kita berduapun belum tentu bisa menandingi kekuatan
mereka bertiga, kenapa sih kau musti mencari kerugian yang ada di depan mata?”
Dengan perasaan berterima kasih Hoa Thian-hong anggukkan kepalanya. “Siauwte pun mengerti
akan enteng beratnya persoalan, cuma peristiwa ini sudah berada di depan mata, masalah kita
musti mengkeret dan takut untuk maju? Cici, harap kau duduk sejenak disini, siauwte akan pergi
sebentar saja kesitu dan segera kembali.”
Giok Teng Hujien tertawa mengikik. “Manusia tolol, setelah kesitu kau takkan bisa kembali lagi!”
Ia menghela napas panjang, bangkit berdiri dan berlalu bersama-sama dirinya.
Sambil tertawa ia melanjutkan, “Aaaii…. akupun tak tahu kenapa bisa begitu menurut dengan
dirimu….”
“Kenapa?”
“Kalau tidak mengerti, lebih baik jangan bertanya!”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
230
Rumah makan Cie Eng Loo adalah rumah makan paling besar pada waktu itu, di tengah rumah
makan itu terdapat sebidang tanah lapang yang diberi nama ‘Yan-Boe-Peng’ atau lapangan
demonstrasi silat, luasnya dua puluh tombak persegi dengan alas batu hijau yang atos, sekeliling
tempat itu dilapisi oleh dinding tembok terbuat dari batu granit, disitulah tempat yang biasanya
digunakan untuk beradu silat.
Diluar pagar merupakan sebuah serambi yang berliuk-liuk, dimana biasanya para penonton
menikmati jalannya pertarungan sambil minum arak. Di samping serambi tadi terdapat pula
garuda dan bangunan loteng sejumlah dua puluh buah.
Pemilik dari rumah makan inipun seorang jago silat dari kalangan Bulim, tapi tidak tergabung
dalam perkumpulan Sin-kie-pang, Hong-im-hwie maupun Thong-thian-kauw.
Dalam rumah makan tadi terdapat satu peraturan yang unik, yaitu bilamana tidak terdesak oleh
keadaan selamanya tidak memberi kesempatan bagi para jago dari ketiga perkumpulan itu untuk
saling berjumpa muka di tempat itu, tindakan ini dimaksudkan agar bisa mengurangi bentrokan
phisik yang tidak perlu.
Setibanya di tempat luar, Hoa Thian-hong segera celingukan kesana kemari namun bayangan
tubuh Cu Goan-khek sekalian tak ditemukan juga.
Melihat tingkah laku si anak muda itu, Giok Teng Hujien segera tertawa. Kepada pengurus yang
bertugas di serambi bawah tegurnya, “Eeei, Cu Tang-kee berada dimana?”
“Hamba segera akan membawa jalan!” buru-buru pengurus itu berseru sambil bongkok
bongkokkan badannya.
oooOcoo
DENGAN mengikuti di belakang pengurus tadi, kedua orang itu secara beruntun telah melewati
beberapa lapis serambi yang berbelok kesana kemari, akhirnya sampailah di sebuah beranda
tepat berhadapan dengan lapangan ‘Yan-Boe-Peng’.
Tampaklah sebuah meja perjamuan telah dipersiapkan, Cu Goan-khek duduk di kursi utara
sedang dua orang kurus kering yang nampaknya menyerupai sepasang saudara kembar itu
duduk di kedua belah sisinya. sedang Chin Giok-liong dengan badan kaku bagaikan patung duduk
di hadapan mereka.
Tiba-tiba Cu Goan-khek angkat kepalanya, ketika ia jumpai Giok Teng Hujien mendampingi
seorang pemuda berwajah tampan berjalan menghampiri dirinya, air muka orang itu seketika
berubah hebat diikuti wajahnya yang berbentuk persegi segera terlapis oleh nafsu membunuh
yang menyeramkan.
Hoa Thian-hong langsung berjalan masuk ke dalam ruangan, sinar matanya dengan tajam
menatap Chin Giok-liong tanpa berkedip, melihat pemuda itu tetap duduk dengan wajah yang
ketolol-tololan tanpa terasa diam-diam ia menghela napas panjang.
Sebetulnya pada saat itu wajah Giok Teng Hujien dihiasi dengan senyum tetapi setelah
menjumpai beberapa orang itu tak seorangpun yang bangkit dari tempat duduknya, ia segera
berhenti berjalan dan serunya dengan nada dingin, “Saudaraku, kalau kau ada urusan cepatlah
diselesaikan kemudian kita harus pergi minum arak.”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
231
“Sungguh mengagumkan sekali ‘Nyonya’ ini, berhadapan muka dengan musuh tangguhpun tak
mau turunkan pamornya,” pikir Hoa Thian-hong di dalam hati.
Otaknya dengan cepat berputar, setelah mengambil keputusan untuk mengatasi persoalan itu di
ujung senjata seorang diri ia segera meneruskan langkahnya berjalan maju ke depan.
Tiba-tiba terdengar Cu Goan-khek tertawa keras, sepasang telapaknya menekan pinggiran meja
dan segera bangkit dari tempat duduknya.
Tenaga lweekang yang dimiliki orang ini sungguh amat sempurna, gelak tertawa yang amat
perlahan itu ternyata cukup menggetarkan telinga sehingga gendang telinganya secara 1apatlapat
terasa sakit.
Setelah Cu Goan-khek bangkit dari tempat duduknya, kedua orang lelaki kurus kering itupun
bangkit berdiri, hanya Chin Giok-liong seorang tetap duduk di tempat semula tanpa berkutik,
seolah olah terhadap gerak-gerik beberapa orang itu ia sama sekali tidak melihat.
Giok Teng Hujieu kuattr Cu Gotn Khek secara tiba melancarkan serangan bokongan yang
mematikan, cepat iapun melangkah maju ke depan dan berdiri disisi Hoa Thian-hong, wajahnya
berubah jadi sinis dan penuh dihiasi dengan ejekan.
Suasana jadi semakin tegang, rupanya sebelum pembicaraan dilangsungkan pertempuran bisa
segera meledak.
Tiba-tiba Cu Goan-khek berhenti maju ke depan dan merangkap tangannya menjura, kemudian
sambil tertawa katanya, “Hujien, Harap kau suka maafkan diri loohu yang sudah bersikap kurang
hormat terhadap dirimu. Maklumlah, loohu sedang diumbar oleh hawa amarah yang rasanya
susah dikendalikan lagi.”
Air muka Giok Teng Hujien masih tetap dihiasi senyuman sinis, sambil menyelempitkan senjata
Hud-timnya ke belakang bahu ia berkata dengan nada ketus, “Soat-jie ku tadi pagi telah melukai
seorang anggota perkumpulan kalian.”
“Jumlah anggota perkumpulan Sin-kie-pang, Hong-im-hwie serta Thong-thian-kauw amat banyak
dan tak terhitung jumlahnya, sekalipun terjadi sedikit kesalahpahaman diantara kawanan
sealiran, rasanya juga tak usah dipersoalkan lebih lanjut” tukas Cu Goan-khek sambil goyangkan
tangannya.
Ia merandek sejenak, lalu sambil tertawa terbahak-bahak sambungnya lebih lanjut, “Loohu
mempunyai peraturan loohu sendiri, dan Hujien pun mempunyai peraturan menurut selera serta
cara hujien sendiri, bilamana manusia yang tak tahu diri berani bertindak kurangajar, sudah
sewajarnya kalau kita beri hukuman yang setimpal.”
Giok Teng Hujien segera tersenyum. “Pantanganku yang paling berat adalah tidak akan memberi
kesempatan hidup bagi seseorang yang berani mengintip rahasia pribadiku, entah bagaimana
pula dengan peraturan dari Jie Tang-kee?”
“Putra kesayangan dari Jien toako telah mati dibunuh oleh seorang manusia berhati keji, Loohu
pun hanya mempunyai seorang putra tunggal, aku tidak ingin kejadian serupa itu terulang
kembali untuk kedua kalinya!”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
232
Bicara sampai disitu, dengan sorot mata yang tajam menggidikkan orang she Cu itu segera
alihkan sinar matanya ke atas wajah Hoa Thian-hong, tegurnya, “Putra kesayangan Loohu
apakah menderita luka di tanganmu?”
Giok Teng Hujien gerakkan bibirnya seperti mau mengucapkan sesuatu, tiba-tiba Hoa Thian-hong
berpaling dan katanya sambil tertawa.”
“Cici, maafkanlah daku, siauwte akan mengatasi sendiri persoalan ini!!”
Diluar ia berkata demikian, sementara di dalam hati pikirnya, “Hidup di dalam dunia persilatan
memang penuh diliputi oleh mara bahaya yang setiap saat bisa mengancam datang, bila aku tak
mampu menandingi kepandaian silatnya aku masih bisa kabur, kalau tak Sanggup kabur adu bisa
bertahan sampai titik darah penghabisan, minta perlindungan di bawah gaun seorang
perempuan, kejadian ini apakah tidak akan dibuat sebagai bahan lelucon oleh orang lain?
lagipula belum tentu ia sanggup memberikan perlindungan kepadaku.”
Setelah mengambil keputusan di dalam hati sikapnya jadi semakin tenang dan kalem, kepada Cu
Goan-khek ujarnya, “Kemarin malam cayhe memang pernah saling beradu satu pukulan dengan
putra kesayanganmu, waktu itu serangan yang cayhe lancarkan terlalu berat hingga mungkin
sudah melukai putramu, untuk itu harap kau suka memberi maaf!”
Sepasang mata Cu Goan-khek melotot besar, sepasang sorot mata yang tajam bagaikan dua
batang pisau menatap wajah si anak muda itu tanpa berkedip, lama kemudian ia baru menegur,
“Apakah kau she Hoa?”
“Cayhe Hoa Thian-hong, majikan lama dari perkampungan Liok Soat Sanceng,” jawab si anak
muda itu sambil tertawa ewa.
Cu Goan-khek mendengus dingin.
“Hmmmm! peristiwa yang sudah lampau tak usah kita ungkap kembali. Putraku tak becus dan
terima kasih buat pelajaran yang telah kau berikan kepadanya mewakili diriku. Loohu sendiripun
merupakan seorang manusia yang tak tahu diri, aku ingin sekali mohon petunjuk pula mengenai
kehebatan ilmu silatmu!”
“Oooh, jadi inikah peraturan dari Jie Tang-kee?”
“Sedikitpun tidak salah, inilah peraturan dari Loohu! Musuh yang tak sanggup dihadapi putraku
maka Loohu akan turun tangan sendiri untuk menghadapinya.”
“Ooooh, pandai sekali Jie Tang-kee menyayang anak!” sindir Hoa Thian-hong sambil tertawa,
mendadak dengan wajah serius ujarnya lebih jauh, “Kedatangan cayhe pada saat ini bukanlah
untuk mencari satori atau gara-gara dengan diri Jie Tang-kee, tapi kalau memang Jie Tang-kee
ada keinginan untuk minta petunjuk tentu saja cayhe akan mengiringi keinginanmu itu.”
“Sebelumnya ada sedikit urusan kecil mohon Jie Tang-kee suka memberi penjelasan terlebih
dahulu”
Sebelum orang she-Cu itu sempat menjawab, tiba-tiba terdengar Giok Teng Hujien telah
berteriak, “Jie Tang-kee, kaupun merupakan seorang enghiong yang memiliki nama besar yang
telah menggemparkan seluruh kolong langit. masa beginikah caramu untuk menyambut
kedatangan seorang tetamu?”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
233
“Aku dengar perempuan siluman ini lihay sekali,” diam-diam Cu Goan-khek berpikir di dalam hati.
“Jika ditinjau dari sikapnya yang begitu membelai bajingan cilik itu, kemungkinan besar kedua
orang ini sudah berkomplot lebih dahulu.
Dalam hati ia berpikir demikian, diluar segera mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam
ruangan, katanya, “Silakan kalian berdua masuk ke dalam pertama-tama loohu hendak
menghormati secawan arak lebih dahulu kepada kalian kemudian baru minta petunjuk dari Hoa
kongcu!”
Giok Teng hujien tersenyum, ia segera berjalan masuk lebih dibulu ke dalam ruangan. Hoa
Thian-hong berjalan ke sisi Chin Giok-liong dan duduk disampingnya, ia menegur, “Chin-heng,
masih ingatkah kau dengan siauwte Hong-po Seng?”
Mendapat pertanyaan itu, sepasang mata Chin Giok-liong yang pudar tak bercahaya dialihkan ke
atas wajah Hoa Thian-hong, lama sekali ia duduk tertegun lalu menoleh ke arah Cu Goan-khek.
Orang she-Cu itu segera menunjukkan suatu gerakan tangan, melihat gerakan itu Chin Giok-liong
tundukkan kepalanya dan tidak memberikan suatu reaksi lagi.
Diam-diam Hoa Thian-hong jadi amat gelisah, pikirnya, “Gerakan tangannya itu sederhana dan
sama sekali tidak mengandung arti, tapi dalam pandangan Chin Giok-liong yang nampaknya
pudar dan tak bercahaya itu seolah-olah mengandung suatu arti yang mendalam, sebetulnya apa
yang telah terjadi?”
Pelayan telah menambah cawan dan sumpit bagi tamu yang baru datang, sedang pria tinggi
kurus yang duduk di kursi utama angkat poci araknya dan memenuhi cawan dari Giok Teng
Hujien serta Hoa Thian-hong.
Menyaksikan kesemuanya itu, Giok Teng hujien tertawa. sambil menuding ke arah orang itu
katanya, “Saudaraku, dia ada1ah Siang loo-toa, sedang disebelah sana Siang loo-jie, kedua
orang bersaudara ini menduduki urutan kursi keenam belas dan tujuh belas di dalam
perkumpulan Hong-im-hwie, ilmu cakar Thong Long-Jiauw yang diyakini kedua orang ini
termasyhur sebagai ilmu silat maha sakti di dalam dunia persilatan!”
“Selamat bertemu!” kata Hoa Thian-hong sambil menjura, sinar matanya berkelebat menyapu
sekejap jari tangan Siang loo-toa yang mencekal poci arak, ketika dilihatnya kelima jari tangan
orang itu bersih tidak menyerupai seseorang yang ilmu cakar beracun, dalam bati ia merasa
keheranan sedang rasa was-was pun semakin menebal.
Tampak Siang loo-toa meletakkan poci arak itu ke atas meja, lalu sambil balas memberi hormat
katanya, “Aku adalah Siang Kiat dengan adikku Siang Hauw!”
Sementara Siang Hauw dengan suara dingin menegur, “Hoa-heng, apakah kau telah
menggabung diri dengan pihak sekte agama Thong-thian-kauw?”
Walaupan Siang Kiat serta Siang Hauw adalah saudara sekandung tetapi watak Loo toa lebih
mantap dan berpikir panjang sedang sang Loo-jie berangasan, tak dapat menyembunyikan
perasaan sendiri.
Mendengar teguran orang tidak senonoh dan mengandung maksud tak baik, tidak menanti Giok
Teng Hujien buka suara, Hoa Thian-hong segera menjawab dengan nada ketus .
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
234
“Selama aku hidup berkelana Seorang diri, belum pernah terlintas dalam benakku untuk masuk
menjadi anggota perkumpulan Thong-thian-kauw!”
Giok Teng Hujien yang sedang memberi minum Soat-jie makhluk anehnya dengan arak wangi
segera menyambung pula sambil tertawa, “Sekalipun antara aku dengan saudara Hoa tiada
hubungan tugas, tetapi hubungan persahabatan kami sangat erat, bila Siang Loo-jie ada urusan
mau cari dia atau aku juga lama saja”
Sepasang alis Siang Hauw kontan berkerut, dengan wajah berubah hebat serunya, “Sudah lama
aku Siang Loo-jie mendengar orang berkata bahwa ilmu Kie-Sat Sinkang yang dimiliki Hujien
merupakan ilmu ampuh dalam dunia persilatan, bila kau tidak keberatan ingin sekali aku mohon
beberapa jurus petunjuk dari Hujien.”
“Hiih….Hiih….Hiiiih….bagus sekali!” sahut Giok Teng Hujien sambil tertawa terkekeh kekeh. “Bila
kalian dua bersaudara punya kegembiraan, aku pasti unjukkan kejelekanku buat kalian berdua.”
Maksud dari ucapan itu jelas sekali, ia telah masukkan pula sang Loo-toa Siang Kiat dalam
hitungan.
Cu Goan-khek yang merasakan situasi makin lama tidak menguntungkan, segera tertawa seram,
ia menoleh ke arah Hoa Thian-hong sambil tegurnya hambar, “Apa kongcu kau ada urusan apa?
rasanya sekarang boleh utarakan keluar”
Hoa Thian-hong mengejek dingin, ia tuding ke arah Chin Giok-liong dan berkata, “Karena
persoalan apa Saudara Chin ini telah menyatroni diri Jie Tang-kee….? Kalau dilihat tingkah
lakunya yang bodoh dan lamban, cahaya matanya yang pudar serta sikapnya yang tidak bicara
tidak tertawa, rupanya kau sudah cekoki sebangsa obat pemabok kepadanya hingga ia hilang
ingatan…!”
“Oooh! Rupanya kedatangan Hoa kongcu adalah disebabkan urusan ini!….”
Ia merandek sejenak, sorot matanya yang tajam kembali menatap wajah si anak muda itu
dalam2.
Kesaktian ilmu silat yang dimiliki Hoa Goan-siu serta nama besarnya yang telah menggetarkan
seluruh sungai telaga telah membekas sangat dalam di hati kecil setiap jago dari dunia
persilatan, sekalipun Hoa Thian-hong masih muda, namun Cu Goan-khek tak berani memandang
enteng dirinya sebab ia menganggap ayahnya lihay sedikit banyak anaknya pasti punya
simpanan yang lumayan.
Setelah merandek sejenak, segera sambungnya kembali, “Chin Giok-liong ini sih tidak mencari
perkara dengan diriku, tetapi dia sudah menyalahi seorang Ciong Touw-cu kami hingga ia harus
minum obat pemabok milik Touwcu tersebut, lalu tolong tanya Hoa kongcu ada rencana apa
terhadap urusan ini?”
Diam-diam Hoa Thian-hong merasa amat gusar jawabnya tegas, “Maaf terpaksa aku orang She
Hoa-kee harus bertindak kurangajar dan minta kembali orang itu dari tangan Jie Tang-kee, di
samping minta pula obat penawar dari racun pemabok dari Jie Loo Tang-kee!”
“Haaaah…. haaaah….. haaaah….” Cu Goan-khek mendongak dan tertawa terbahak bahak.
“Untuk minta kembali orang ini sih gampang, cuma untuk mendapatkan obat penawar itu
rasanya terlalu susah!”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
235
Apa kehendak Jie Tang-kee harap segera dikatakan keluar, aku orang she Hoa pasti akan
berusaha memenuhinya dengan sebaik baiknya!”
Nafsu membunuh berkelebat menghiasi wajah Cu Goan-khek, ia tertawa dingin.
“Untuk memerintah dirimu sih aku berani, tetapi Hoa kongcu sebagai keturunan seorang jagoan
yang tersohor namanya di kolong langit tentu memiliki ilmu silat yang sakti, asal kau sanggup
memenangkan satu atau setengah jurus dariku, maka Chin Giok-liong segera akan kuserahkan
kembali pada diri kongcu”
Giok Teng Hujien yang selama ini selalu membungkam, tiba-tiba menimbrung dari samping,
“Oooh…! Sungguh tak nyana Jie Tang-kee mempunyai kegembiraan sebesar itu, akupun sudah
lama tak pernah bergebrak melawan orang, otot-otot di tangan serta kakiku terasa agak kaku
dan linu…… bagus sekali! Beruntung kita bisa saling bertemu pada hari ini, biarlah aku yang
melayani Jie Tang-kee untuk bermain sebanyak beberapa jurus!”
Habis berkata ia mengelus bulu makhluk anehnya kemudian meletakkan binatang tadi di bawah
meja.
Baik Cu Goan-khek maupun dua bersaudara she-Siang sama-sama mengetahui sampai
dimanakah kelihayan dari makhluk aneh itu, melihat binatang tersebut mendekam di bawah meja
ketiga orang itu diam-diam jadi tegang bercampur gelisah, mereka kuatir kalau makhluk itu
secara tiba-tiba menggigit kaki sendiri.
Oleh sebab itu seluruh perhatian mereka segera dipusatkan jadi satu untuk bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, siapapun diantara ketiga orang itu tak
berani turun tangan secara gegabah
Giok Teng Hujien tersenyum, ia menoleh ke arah Hoa Thian-hong dan bertanya lirih, “Sewaktu
racun dalam tubuhmu kambuh, apakah kau masih sanggup untuk turun tangan bergebrak
melawan orang?”
Setiap perkataan dan setiap senyuman dari perempuan ini terhadap diri Hoa Thian-hong selalu
disertai dengan nada halus, lunak dan hangat yang sukar dilukiskan dengan kata?, membuat si
anak muda itu lama kelamaan takluk oleh kelembutan serta kemesraannya itu, perasaan simpatik
dan senangpun makin mendekati perempuan itu.
Terutama sekali berhadapan muka dengan musuh tangguh pada saat ini bisa mendengar
pertanyaan yang begitu hangat serta penuh perhatian membuat si anak muda itu jadi amat
terharu.
“Terima kasih atas perhatian dari cici,” sahutnya. “Siauwte sendiripun tidak tahu dikala racun
teratai itu mulai kambuh, sanggupkah aku bergebrak melawan orang?”
Bicara sampai disini ia putar kepala dan memandang cuaca, setelah mengetahui bahwa saatnya
hingga racun teratai itu mulai kambuh masih terpaut setengah jam, dalam hati segera pikirnya,
“Ilmu silat yang dimiliki Chin Pek-cuan ada batasnya, enci Wan-hong sendiri kendati sudah
angkat Kioe-Tok Sian-Ci sebagai guru tetapi ilmu silatnya sewaktu masuk perguruan ada
batas2nya pula, apalagi air yang jauh sulit menolong kebakaran di depan mata, Dalam urusan
yang terjadi hari ini bila aku tidak unjukkan diri untuk bantu yang lemah, maka kesatu aku akan
malu menjumpai enci Wan-hong, kedua, aku gagal menolong orang dan tak bisa memberikan
pertanggungan jawab terhadap ibu …”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
236
Meski yang dipikir banyak tapi semua ingatan tersebut berkelebat dalam sekejap mata, sesudah
mengambil keputusan di dalam hati ia segera bangkit berdiri dan turun dari beranda.
Melihat pemuda itu sudah tinggalkan tempat duduknya Che Goan Khek segera menoleh dan
menatap wajah Giok Teng Hujien tajam-tajam, serunya, “Peristiwa yang terjadi hari ini
merupakan bentrokan antara sahabat ataukah perebutan antara perkumpulan Hong-im-hwie
dengan Thong-thian-kauw? harap Hujien bisa memberikan ketegasan!”
“Bagiku kedua duanya sama saja!”
“Perempuan siluman” sumpah Cu Goan-khek di dalam hati. “Kau tak usah jual lagak dihadapanku
suatu hari loohu pasti akan suruh kau rasakan kelihayanku!”
Dalam hati ia memaki, diluar wajah tetap tenang seperti sedia kala. dan dalam sakunya dia ambil
keluar sebuah medali Kim Pay dan serahkan kepada pelayan yang berdiri disisi ruangan, katanya,
“Katakan kepada pengurus, semua saudara yang tergabung dalam perkumpulan Hong-im-hwie
tidak diperkenankan masuk ke dalam rumah makan ini …”
Giok Teng Hujien tertawa terkekeh, dari sakunya diapun ambil keluar sebuah benda dan
diserahkan kepada pelayan itu sambil pesannya , “Bilamana di atas loteng terdapat anak murid
dari perkumpulan Thong-thian-kauw, usir mereka semua dari tempat ini”
Pelayan itu mengiyakan berulang kali, sambil membawa tanda pengenal dari kedua orang itu
buru-buru berlalu dari situ.
Menggunakan kesempatan dikala pelayan tadi berjalan lewat dihadapannya, Hoa Thian-hong
melirik sekejap memperhatikan kedua benda itu.
Tampaklah di atas medali Kim-pay terukir sebuah lukisan angin dan mega, di bawah lambang
dari perkumpulan Hong-im-hwie atau Angin dan mega itu terukir pula sebuah huruf ,.,Cu” yakni
she dari Cu Goan-khek.
Sebaliknya tanda pengenal dari Giok Teng Hujien merupakan tanda pengenal pribadi yang sama
sekali tiada hubungannya dengan sekte agama Thong-thian-kauw, benda itu adalah sebuah
hioloo kumala yang tingginya cuma beberapa senti,
Selama Soat-jie si makhluk aneh itu tetap mendekam di bawah meja Cu Goan-khek serta dua
bersaudara she Siang selalu merasa hati mereka tidak tenang suatu ketika mereka bertiga saling
berpandangan sekejap dan serentak bangkit berdiri
Alis Giok Teng Hujien seketika berkerut tegurnya, “Apakah kalian bertiga akan turun tangan
berbareng?”
Siang Hauw melangkah ke samping sejauh enam depa dan berdiri jauh dari meja perjamuan,
sambil tertawa dingin jawabnya, “Heeeh…. heeeh…. heeeeh, saudara dari perkumpulan Hong-imhwie
belum sampai setidak becus itu.”
“Sahabat Siang! Kau tak usah bersombong hati!” bentak Hoa Thian-hong secara mendadak
dengan suara gusar. “Akupun sudah pernah menjumpai beberapa orang Hoohan dari
perkumpulan Hong-im-hwie.”
Giok Teng Hujien yang menyaksikan sikap si anak muda itu secara tiba-tiba berubah Jadi
berangasan hingga kegagahannya tadi sama sekali hilang tak berbekas, jadi melengak, serunya,
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
237
“Saudara Hoa, inilah yang dinamakan tata cara dunia persilatan, sebelum kirim pasukan harus
melakukan upacara lebih dulu.”
Terhadap manusia-manusia yang tergabung dalam perkumpulan Hong-im-hwie maupun Sin-kiepang.
Hoa Thian-hong telah mempunyai kesan buruk yang amat mendalam, ia tahu bila tengah
hari sudah tiba maka racun teratai yang mengeram di dalam tubuhnya akan kambuh, bila
pertempuran tidak diselesaikan dengan cepat niscaya situasi tidak menguntungkan bagi dirinya.
Oleh sebab itu tidak menanti sampai Giok Teng Hujien menyelesaikan kata-katanya, dengan
nada yang dingin dan ketus ia berseru kembali ‘
Setelah kita hajar yang kecil, yang tua tentu akan keluar sendiri. Biar kubereskan dulu si Loo jie
ini kemudian baru meringkus si Loo toa. buat apa kita musti urusi segala macam tata cara Bulim
yang sama sekali tak ada gunanya itu? dari pada banyak ngebacot lebih baik kita selesaikan
urusan dengan adu tenaga!”.
Bicara sampai disitu ia putar badan dan menghardik dengan nada gusar, “Cu Goan-khek! Ayoh
cepat unjukkan diri di tengah kalangan!”
Dari mulutnya Cu Goan-khek jadi gusar, ia melayang turun dari beranda dan berseru, “Ayoh! Kau
beleh mulai turun tangan, asal loohu berhasil kau kalahkan kami Chin Giok-liong kau boleh bawa
pergi.”
“Omong kosong kau anggap tanpa menangkan dirimu aku akan membiarkan kau membawa
pergi Chin-heng dari sini?”
“Sreeet!” telapak segera berputar dan melancarkan sebuah pukulan kilat ke depan.
Waktu berlalu dengan cepatnya, jurus ‘Koeo Siu-Ca-Tauw’ ini tampak terasa sudah setengah
dilatihnya dengan giat, meskipun belum bisa menandingi kematangan diri kakek telaga dingin
Cioe It Bong yang setiap saat sanggup menciptakan perubahan baru, tetapi jurus-jurus serangan
yang berhasil dikuasainya itu sudah dilatihnya hingga matang dan amat sempurna.
Dari hebatnya serangan yang mengancam datang, seketika Cu Goan-khek menyadari akan
kelihayannya si anak muda itu, ia tahu bahwa untuk merobohkan Hoa Thian-hong tak mungkin
bisa dilakukannya dalam tiga jurus belaka. Telapak kirinya segera diayun membabat pergelangan
lawan, telapak kanan dengan mengeluarkan ilmu pukulan ‘Mo-Im Jiu’ melancarkan satu pukulan
kemuka.
Dalam sekejap mata terjadilah suatu pertempuran yang amat seru antara Cu Goan-khek yang
sudah tersohor didunia persilatan melawan Hoa Thian-hong yang baru saja menunjukkan diri
dimuka bumi.
Sementara itu Giok Teng Hujien yang diserobot beberapa kali oleh ucapan Hoa Thian-hong yang
tajam, membuat hatinya merasa amat mendongkol. Melihat kedua orang itu sudah mulai
bertempur. ia segera geserkan langkahnya dan berdiri di atas beranda, sedang Soat-jie si
makhluk aneh itu menerobos keluar dari bawah meja dan lari ke sisinya.
Dua bersaudara she-Siang pun berjalan keluar dari beranda, pelayan segera menggeserkan kursi
bagi tamunya agar bisa menonton jalannya pertarungan sambil duduk.
Soat-jie si makluk aneh itu rupanya mengerti akan ilmu silat, sepasang matanya yang berwarna
merah menatap tajam gerakan Hoa Thian-hong maupun Cu Goan-khek yang sedang bertarung,
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
238
cahaya tajam berkilauan menyorot keluar dari matanya, mungkin binatang itu sedang bersiap diri
untuk menolong Hoa Thian-hong dimana perlu.
Di tengah pertarungan, tiba-tiba terdengar Hoa Thian-hong membentak keras, jurus demi jurus
serangan dilancarkan makin gencar, tubuhnya pun ikut mendesak kemuka.
Ilmu pukulan tangan kirinya ini didapatkan dari si-kakek telaga dingin Cioe It Bong, bagi si kakek
tersebut sudah tentu jurus pukulan itu bisa dimainkan dengan pelbagai perubahan yang diluar
dugaan, tetapi setelah dimainkan pemuda ini gerakannya berubah dan setiap jurus
serangannyapun berubah jadi jurus pukulan yang jujur dan bersifat keras
Cu Goan-khek belum begitu menguasai menghadapi serangan tangan kiri lawan yang begitu
dahsyat, melihat datangnya serangan yang bertubi-tubi dan lihay itu terpaksa ia harus kerahkan
segenap kemampuannya untuk memunahkan setiap ancaman yang tiba, ia terdesak untuk
menggunakan posisi bertahan guna melindungi dirinya dari ancaman.
Bagaimanapun juga Cu Goan-khek adalah seorang jagoan yang telah punya nama sejak puluhan
tahun berselang, pengalamannya menghadapi pertempuran sudah amat matang dan iapun
sudah banyak kali menghadapi musuh tangguh, kini walaupun ia tak sanggup untuk
mengalahkan si anak muda itu dengan mudah, tetapi untuk melindungi keselamatan sendiri
tentu saja masih jauh lebih mampu.
Setelah melancarkan tujuh belas buah pukulan gencar tanpa berhasil mendesak mundur Cu
Goan-khek dari tempatnya semula Hoa Thian-hong mulai sadar bahwa musuh yang dihadapinya
saat ini merupakan musuh paling tangguh yang pernah dijumpainya selama ini, kecuali muncul
keanehan disitu jelas harapannya untuk merebut kemenangan amat tipis.
Hawa murninya segera dihimpun dengan ketat diseluruh tubuh, otaknya mulai berputar kencang
untuk mencari jalan guna merebut kemenangan.
Bagi jago lihay yang sedang bertempur semua gerakan berlalu laksana kilat, karena harus
cabangkan pikiran untuk berpikir itulah serangan Hoa Thian-hong jadi mengendor.
Cu Goan-khek segera mendengus dingin, telapaknya berputar kencang dan ia mulai melancarkan
serangan balasan dalam sekejap mata dari posisi bertahan ia berubah jadi posisi menyerang,
sepasang telapaknya menari di angkasa dengan gencarnya, satu serangan lebih hebat dari
serangan sebelumnya, memaksa Hoa Thian-hong harus berlarian diseluruh kalangan untuk
melepaskan diri dari bahaya maut.
Beberapa saat kemudian keadaan Hoa Thian-hong jadi sangat berbahaya, maut setiap saat
mengancam jiwanya, dari keadaan itu bisa terlihat bahwa tidak sampai seratus jurus lagi ia pasti
akan menderita kalah di ujung telapak Cu Goan-khek.
Giok Teng Hujien menyaksikan keadaan itu, sepasang alisnya tangsung berkerut kencang.
Sepasang mata dengan tajam memperhatikan gerakan telapak orang she Cu itu, sementara
kakinya perlahan-lahan bergeser maju ke depan, Soat-jie si makhluk aneh diturunkan di belakang
tubuhnya.
Pertempuran sengit yang sedang berlangsung dewasa ini penuh diliputi oleh nafsu membunuh
yang tebal, masing-masing pihak bernafsu besar untuk mengalahkan lawannya, hanya sayang
yang satu adalah keturunan jago kenamaan sedang yang lain adalah jago lihay kelas satu,
meskipun kedua orang itu sama-sama ganas tapi kecuali membentak dan mendengus tiada
kedengaran suara makian atau ejekan.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
239
Makin bertempur kedua orang itu saling bergebrak makin sengit, diam-diam Giok Teng Hujien
serta dua saudara she Siang merasa tegang, tampaknya asal Cu Goan-khek melancarkan
beberapa jurus serangan lagi niscaya Hoa Thian-hong akan menderita kekalahan total.
Siapa tabu pada saat itulah Hoa Thian-hong membentak keras. telapak tangannya dengan
dahsyat mengirim satu pukulan keras ke depan.
“Blaaaam……!” sepasang telapak saling beradu satu sama lainnya menimbulkan suara bentrokan
nyaring.
Tubuh kedua orang itu sama-sama terjengkang ke belakang dan mundur beberapa langkah, Cu
Goan-khek dengan pengalamannya yang lebih matang segera memanfaatkan kesempatan itu
sebaik baiknya, dikala tubuhnya belum bergerak mundur ke belakang tangan kirinya dituding ke
atas dan menyodok iga si anak muda itu.
Pada saat itu kekuatan tubuh kedua orang itu sama-sama telah mengendor, serangan bokongan
yang dilancarkan Cu Goan-khek saat ini betul-betul merupakan suatu serangan yang luar biasa
dan mematikan.
Hoa Thian-hong jadi tercekat hatinya dan berseru kaget, sebelum ingatan kedua berkelebat di
dalam benaknya. jari musuh telah menempel di atas tubuhnya.
Pada detik terakhir yang kritis itulah, tiba-tiba Hoa Thian-hong tarik napas dalam2 dengan ilmu
‘Hoei-Si-Kang’ ia alihkan jalan darahnya setengah coen lebih kesampings kemudian telapak
kanannya berputar kencang menggunakan gerakan membabat ia bacok batok kepala Cu Goankhek
yang sedang menjorok kemuka,
Ketika melihat totokan jarinya mengenai sasaran, Cu Goan-khek merasa sangat berbangga hati,
tiba-tiba jarinya bergetar keras dan jalan darah yang diancamnya ternyata meleset dari dugaan
semula.
Bagaimanapun dia adalah seorang jago kawakan, begitu merasakan sesuatu yang aneh pada
ujung jarinya. segera ia menyadari bahwa si anak muda itn memiliki kepandaian untuk
memindahkan jalan darah-
Sementara hatinya masih tertegun dan ingatan kedua belum muncul dalam benaknya, babatan
telapak kanan dari Hoa Thian-hong telah membacok tiba. Sreet..,! diiringi desiran tajam bagaikan
sabetan senjata tajam, babatan itu melesat ke bawah.
Cu Goan-khek merasa terkejut bercampur sangsi, ia tahu ilmu pukulan apa yang telah digunakan
lawannya, dalam gugupnya sepasang kaki segera menjejak tanah dengan sekuat tenaga,
tubuhnya segera menyurut mundur sejauh beberapa tombak dari tempat semula.
Dengan gebrakan mundurnya sang lawan, babatan telapak Hoa Thian-hong gagal melukai
musuhnya, kendati begitu sambaran angin pukulannya yang tajam sempat menyambar ujung
jubah Cu Goan-khek hingga terkupas kutung sebagian, pada ujung robekan kain jubah tadi
nampak amat rata bagaikan tersobek oleh babatan pisau.
Semua kejadian ini hanya berlangsung dalam sekejap mata, setelah peristiwa itu berlalu Hoa
Thian-hong berdiri menjublak dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. air muka Cu Goankhek
berubah jadi hijau membesi, wajah Giok Teng Hujien berubah jadi pucat pias bagaikan
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
240
mayat, sedangkan dua bersaudara she Siang tergetar keras hatinya, semua orang dibuat kaget
dan tercekat oleh kejadian yang baru saja berlalu itu.
Totokan dari Cu Goan-khek dilancarkan secara mendadak itu melanggar kebiasaan Bulim,
sekalipun Giok Teng Hujien mengawasi jalannya pertarungan dari sisi kalangan dengan siap siaga
penuh, namun ia tak sempat memberikan bantuannya dikala Hoa Thian-hong terancam banyak
maut.
Sebaliknya si anak muda itu sanggup menggeserkan letak jalan darahnya dari tempat semula
disaat yang kritis. tindakan itu cukup mengejutkan hati orang terutama sekali babatan telapaknya
yang dahsyat lebih-lebih menggetarkan hati musuhnya.
Semua orang belum pernah menyaksikan permainan ilmu pedangnya, mereka hanya tahu bahwa
pemuda ini memiliki ilmu pukulan tangan kiri yang hebat, siapa tahu disaat yang paling kritis
itulah dengan telapak menggantikan pedang ternyata pemuda itu berhasil membabat robek
sebagian dari jubah yang dikenakan Cu Goan-khek, kejadian ini sungguh diluar dugaan siapapun
juga Untuk sesaat suasana berobah jadi hening dan sunyi tak kedengaran sedikit suarapun yang
memecahkan kesepian yang mencekam seluruh ruangan itu.
Beberapa saat kemudian terdengar Giok Teng Hujien tertawa dan berkata, “Sebuah totokan
ditukar dengan sebuah babatan, kedua belah pihak sama-sama kuat dan setali tiga uang.
Menurut pendapatku lebih baik pertarungan yang berlangsung pada hari tni hanya dihentikan
sampai disini saja, Jie Tang-kee! bagaimana kalau kau jual muka bagiku dan serahkan
Chin Giok-liong agar bisa diajak pergi oleh Hoa Kongcu? Tentang obat pemunahnya biar kita
lanjutkan pembicaraan ini di kemudian hari.”
Cu Goan-khek adalah seorang jagoan yang tersohor namanya di dalam dunia persilatan,
sedangkan Hoa Thian-hong hanya seorang pemuda yang baru saja munculkan diri di dalam
Bulim, tentu saja ia tak sudi mengakui bahwa kekuatan mereka seimbang. Pikirnya di dalam hati,
“Meskipun ilmu silat yang dimiliki perempuan siluman ini amat lihay, rasanya dengan tenaga
gabungan dari Siang Loo-toa serta Siang Loo-jie untuk sementara waktu ia bisa ditahan.
Ditambah pula dengan binatang aneh itu paling banter kedua belah pihak berada pada posisi
seimbang biarlah aku lihat dulu bagaimanakah keadaan dari si bajingan cilik ini disaat racun
teratainya sedang kambuh ….”
Karena berpikir demikian ia segera tertawa dingin. Katanya, “Perintah dari Hujien sudah
sepantasnya kalau kupenuhi, Cuma sayang bila Chin Giok-liong sampai terlepas dari tanganku
maka aku jadi tak dapat mempertanggung jawabkan diri dihadapan toako nanti, maka maaf bila
aku tak sanggup memenuhi keinginanmu itu.”
Sepasang bahunya bergerak maju ke depan, sebuah pukulan kembali dilancarkan ke arah Hoa
Thian-hong.
Dalam bentrokan kekerasan tadi jelas terlihat bahwa kekuatan tenaga lwekang yang dimiliki
kedua belah pihak sama? Kuat Cu Goan-khek hanya lebih menang dalam pengalaman, beraneka
ragamnya jurus pukulan serta pengetahuan yang lebih luas. sekalipun begitu untuk mengalahkan
Hoa Thian-hong bukanlah suatu pekerjaan yang gampang baginya. Kembali kedua orang itu
melangsungkan pertarungannya. Hoa Thian-hong yang selalu kuatir racun teratai dalam
tubuhnya keburu kambuh, serangan-serangan yang dilancarkan kian lama kian bertambah
gencar, dalam sekejap mata ia sudah membawa pertarungan itu berubah jadi sengit dan seru.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
241
Giok Teng Hujien yang menonton jalannya pertarungan dan sisi kalangan. Mengerutkan alisnya,
tiba-tiba ia berseru dengan nada dingin, “Jie Tang-kee kau terlalu tidak pandang sebelah mata
kepada orang lain …”
Sambil berseru Seat-Jie si makhluk aneh itu dilempar masuk ke dalam kalangan pertempuran.
Tampak bayangan putih berkelebat lewat, ‘Soat-Jie’ si makhluk aneh itu bagaikan segulung asap
ringan segera meluncur ke arah kaki Cu Goan-khek yang sedang bertempur.
“Jie-ko, hati-hati!” teriak dua bersaudara she Siang hampir berbareng dengan suara kaget.
Cu Goan-khek terkejut bercampur gusar badannya cepat berputar kencang sambil mengirim satu
tendangan kilat menyongsong datangnya tubrukan dari makhluk aneh itu.
Tampak bayangan putih kembali berkelebat, dengan kecepatan yang sukar dilakukan dengan
kata-kata Soat-jie berkelebat menuju ke belakang tubuh Cu Goan-khek, kecepatannya sungguh
membuat hati orang tercekat.
Walaupun ilmu silat yang dimiliki Cu Goan-khek masih lebih tinggi satu tingkat jika dibandingkan
dengan Hoa Thian-hong, tetapi si anak muda itu tetap merupakan seorang tandingan yang keras
dan berat
Kini setelah ikut campurnya si Soat-jie makhluk aneh itu ke dalam kalangan pertempuran, Cu
Goan-khek kontan merasakan tekanan yang menimpa dirinya semakin berat, dalam waktu
singkat gerakannya sudah mulai kacau dan kelabakan tidak karuan.
Berhadapan dengan situasi seperti ini, Hoa Thian-hong pun lantas berpikir di dalam hati.
“Menolong orang adalah masalah besar. aku tak usah memikirkan masalah gengsi atau muka
lagi!”
Berpikir demikian menggunakan kesempatan dikala perhatian orang she Cu itu dipusatkan ke
bawah kakinya, ia segera maju ke depan sambil melancarkan serangan bertubi tubi, bayangan
telapak menumpuk laksana bukit menggulung dan menghajar ke depan tiada hentinya.
Soat-jie si makhluk aneh itu sambil mendekam di tanah khusus menyerang sepasang kaki Cu
Goan-khek, gerakannya kesana kemari cepat laksanakan kilatan cahaya, bukan Saja lihay bahkan
sukar diduga sebelumnya.
Ditambah pula dengan serangan gencar dari Hoa Thian-hong, sesaat kemudian Cu Goan-khek
sudah terdesak hebat hingga keringat dingin mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh
tubuhnya, ia merasa amat gelisah bercampur kuatir, sang badan sering kali meloncat ke tengah
udara sambil meraung gusar.
Dua bersaudara she-Siang yang menyaksikan jalannya pertarungan disisi kalangan berusaha
keras untuk menemukan cara yang baik untuk mengatasi serangan dari rase putih itu, namun
setiap kali jalan pikiran mereka selalu menemui jalan buntu, kini setelah menyaksikan keadaan
Cu Goan-khek amat terdesak dan jiwanya terancam bahaya mereka sadar apabila dirinya berdua
tidak segera turun tangan niscaya Jie Tang-kee nya ini akan keok di tangan musuh.
Dalam keadaan begini mereka berdua tak bisa berpikir panjang lagi, setelah saling tukar
pandangan sekejap serentak mereka menyerbu ke dalam kalangan pertempuran.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
242
Terdengar Giok Teng Hujien tertawa merdu tegurnya, “Siang Loo-jie, katanya kau tak akan
berbuat sehina ini, kenapa sekarang kau tebalkan muka dan ikut terjun ke dalam gelanggang?”
Sembari berseru senjata Hud-timnya dibabat kemuka langsung menyerang tubuh Siang Kiat,
Siang Hauw berdua.
Siang Hauw mendengus dingin, tangan kirinya dikebaskan ke muka melancarkan sebuah babatan
dahsyat hingga menggetarkan senjata Hud-tim di tangan Giok Teng Hujien. Sementara kelima
jari tangan kanannya bagaikan kaitan tajam langsung menyambar ketubuh lawan.
Giok Teng Hujien tetap tersenyum, senjata Hud-tim nya menyerang pinggang Siang Kiat
sementara ujung baju tangan kirinya dikebas menggulung pergelangan tagan Siauw Hauw.
Beberapa orang itu semuanya merupakan jago-jago lihay yang memiliki ilmu silat amat tinggi,
gerak-gerik Giok Teng Hujien enteng dan indah bagaikan bidadari yang sedang menari.
Sebaliknya sepasang bersaudara she-Siang yang melatih ilmu cakar maut, dengan perawakannya
yang tinggi kurus jauh lebih tinggi dua depa dari perawakan Giok Teng Hujien, di bawah
serangan Thong-Long-Jiauw mereka yang lihay tampak sepuluh jari berubah jadi hitam
bercahaya dan amar menusuk mata, serangan-serangan yang dilancarkan kedua orang inipun
luar biasa lihaynya.
Di tengah pertarungan Siang Kiat bergerak cepat melepaskan diri dari ancaman senjata Hud-tim
Giok Teng Hujien, kakinya bergerak cepat dan segera menyapu ke arah Soat-jie makhluk aneh
itu.
Perawakan tubuh rase putih ini cuma beberapa depa saja ditambah ekornya paling banter cuma
tiga depa, sekalipun badannya kecil tetapi gerak-geriknya Cepat laksana kilat, cakarnya tajam
dan giginya runcing ditambah pula tenaganya luar biasa, serangannya yang khusus mengancam
kaki orang benar-benar merupakan suatu ancaman yang sangat berbahaya.
Tendangan yang dilancarkan Siang Kiat nampak segera akan mengenai sasarannya, tiba-tiba
pandangan mata terasa jadi kabur dan tahu-tahu tendangannya mengenai Sasaran kosong,
buru-buru ia tarik kembali serangannya sambil ganti melancarkan satu tendangan dengan kaki
kiri,
Dalam waktu singkat situasi di tengah kalanganpun segera berubah, Siang Kiat seorang diri
bertempur melawan rase putih itu, satu manusia yang lain binasa bergebrak dalam keadaan
seimbang, untuk sesaat si rase putih itu tak sanggup melukai Siang Kiat sedangkan Si Siang Kiat
jago lihay yang sudah punya nama besar dalam dunia persilatan pun tak bisa berkutik melawan
seekor makhluk aneh.
Giok Teng Hujien memutar senjata Hud-tim nya mengurung seluruh tubuh Siang Hauw, jelas ia
tidak menggunakan Segenap kekuatan yang dimilikinya. Sambil bertempur perhatiannya selalu
dicurahkan ke arah Hoa Thian-hong serta Soat-jie makhluk anehnya itu untuk menghindari halhal
yang tidak diinginkan.
Agaknya perempuan ini tak mau menimbulkan bentrokan langsung antara perkumpulan Thongthian-
kauwnya dengan pihak perkumpulan Hong-im-hwie. karena itu walau sudah bertempur
agak lama tetapi ia tak pernah melancarkan serangan mematikan,
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
243
Dipihak lain Hoa Thian-hong yang sedang bertempur melawan Cu Goan-khek lama kelamaan ia
terdesak hebat dan tak sanggup menahan diri. ditambah pula ancaman racun teratai yang setiap
saat bisa kambuh dalam tubuhnya membuat pikiran pemuda ini bertambah tidak senang, dengan
sendirinya daya tekanan pada serangan-serangan yang dilancarkanpun bertambah merosot
Cu Goan-khek berhasil menguasai keadaan dan merebut posisi di atas angin, pukulan2nya
dengan gencar dan mantap meneter musuhnya habis2an, sedikitpun ia tidak beri kesempatan
lagi lawannya untuk bertukar napas.
Tiba-tiba Hoa Thian-hong merasakan segulung hawa panas yang amat menyengat badan muncul
dan dalam pusarnya dan menyebar ke seluruh tubuh, Sedarlah si anak muda ini bahwa tengah
hari sudah tiba dan daya kerja racun teratai empedu api sudah mulai kambuh
Selamanya pada saat seperti ini belum pernah ia bergebrak melawan orang, ini hari terdesak
oleh keadaan membuat pemuda itu mau tak mau membendung rasa keadaan, pada pengalaman
yang pertama ini ia tak kuasa membendung rasa tegang yang menguasai hatinya. begitu hawa
panas mulai muncul di dalam pusar ia jadi tercekat dan serangannya semakin mengendor.
Cu Goan-khek adalah seorang jago lihay yang pengalaman. begitu mengetahui peluang baik
kembali didapatkan olehnya, ia segera membentak keras. serangan yang lebih dahsyatpun
dilancarkan bartubi-tubi .
Serangan itu meluncur laksana sambaran kilat, tampaknya dada Hoa Thian-hong segera akan
termakan oleh pukulan itu. Mendadak terdengar suara bentakan nyaring berkumandang datang,
disusul segulung angin pukulan yang tajam menyapu tiba.
Cepat-cepat Cu Goan-khek berpaling tampaklah sebuah telapak putih yang memacarkan cahaya
merah yang membara tiba-tiba menyerang tubuhnya dari arah belakang, dengan cepat ia
geserkan tubuhnya lima depa dari tempat semula untuk melepaskan diri dari ancaman tersebut.
Tetapi dengan adanya gerakan ini maka dengan sendirinya hawa pukulan yang sudah dihimpun
dalam telapakpun jadi buyar, sekalipun bersarang telak di atas dada Hoa Thian-hong hingga
menggetarkan tubuhnya sejauh beberapa tombak dan jatuh terjengkang. namun tidak sampai
melukai isi perutnya
Cu Goan-khek jadi amat gusar, la membentak dan melancarkan serangan dahsyat ke arah Giok
Teng Hujien, pertempuran sengitpun segera berlangsung dengan serunya. dalam waktu singkat
mereka telah saling bergebrak sebanyak delapan sembilan jurus.
Dalam pada itu Siang Hauw yang terlepas dari belenggu senjata Hud-tim Giok Teng Hujien
segera menerjang ke arah Hoa Thian-hong, kelima jari tangannya yang hitam berkilat
menyambar kian kemari mengancam batok kepala si anak muda itu
Terdengar Giok Teng Hujien bersuit nyaring, rase putih yang sedang bertempur melawan Siang
Kiat segera meninggalkan lawannya dan berbalik menubruk ke arah kaki dari Loo-jie Siang Hauw.
Haruslah diketahui perawakan tubuh sepasang bersaudara she-Siang ini mencapai ketinggian
delapan depa lebih, mereka yang harus bertempur melawan Rase putih yang pendek kecil serta
khusus menyerang kaki ini benar-benar terasa amat payah dan tidak leluasa.
Begitu merasakan datangnya ancaman dari belakang tubuh, Siang Hauw segera lepaskan Hoa
Thian-hong sambil putar badan mengirim sebuah tendangan kilat, perhatiannya dipusatkan jadi
satu dan sedikitpun tak berani bertindak gegabah.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
244
Hoa Thian-hong bergelinding di atas tanah beberapa tombak jauhnya lalu meloncat bangun dan
berdiri tak berkutik, sepasang matanya melotot besar memperhatikan empat orang yang sedang
bertempur di tengah kalangan.
Sepasang matanya telah berubah jadi merah berapi api, sepasang giginya bergemerutuk
kencang, otot dan daging di atas keningnya bergetar keras. keringat membasahi seluruh
wajahnya, keadaan Hoa Thian-hong pada saat ini benar-benar mengerikan sekali,
Tiba-tiba. terdengar Giok Teng Hujien membentak keras, “Jie Tang-kee, harap tahan sebentar!”-
Cu Goan-khek yang bertempur sengit beberapa waktu lamanya tanpa berhasil menangkan
musuhnya, dalam hati merasa amat mendendam terhadap Giok Teng Hujien, apa lacur ilmu silat
yang dimiliki perempuan itu terlalu lihay membuat ia kehilangan pegangan untuk merebut
kemenangan begitu mendengar seruan berhenti, tanpa banyak bicara lagi ia tarik kembali
serangannya dan mengundurkan diri ke belakang.
Dengan cepat Giok Teng Hujien berkelebat ke sisi Hoa Thian-hong, tanyanya dengan nada penuh
perhatian, “Kenapa kau saudaraku? Aku lihat lebih baik pergilah dulu keluar kota untuk berlari
racun urusan di tempat ini kita selesaikan di kemudian hari saja.”
Sekujur badan Hoa Thian gemetar keras sepasang giginya saling berada gemerutukan keringat
dingin mengucur keluar dengan amat deras ingin sekali pemuda itu untuk berlari kencang.
Ia gelengkan kepalanya lalu mengangguk tiba-tiba dengan langkah lebar berjalan masuk ke
dalam ruangan, teriaknya lantang, “Giok Liong heng, ayoh kita pergi dari sini”
Selama beberapa orang itu melangsungkan pertarungan sengit Chin Giok-liong seorang diri
duduk di depan meja dengan membelakangi pintu, selamanya ia tak pernah berpaling atau
menegok ke belakang. Menanti dirinya dibentak keras barulah kepalanya perlahan lahan menoleh
ke belakang.
Hoa Thian-hong melangkah maju ke depan. tangan kanannya bergerak mencengkeram
pergelangan tangannya lalu berseru lagi dengan suara keras, “Saudara Giok Liong, ayoh kita
pergi dari sini!”
Chin Giok-liong merasakan pergelangannya amat sakit, ia berusaha meronta untuk melepaskan
diri dari cekalan lawan tetapi usahanya gagal, sementara tubuhnya sudah diseret keluar oleh Hoa
Thian-hong.
Dari sikap serta perubahan wajahnya yang menahan penderitaan besar Giok Teng Hujien
mengetahui bahwa pemuda itu sudah tak kuat menahan diri, ia segera maju menghampiri sambil
berkata, “Saudaraku, pergilah ‘Lari racun’! persoalan di tempat ini serahkan saja kepada cici
untuk menyelesaikannya.”
Hoa Thian-hong gelengkan kepalanya, dengan ujung baju ia menyeka keringat yang membasahi
keningnya lalu menyahut, “Terima kasih atas bantuan yang cici berikan kepadaku, siauwte akan
menyelesaikan sendiri persoalan ini hingga duduknya perkara jadi jelas”
Sambil berkata ia tarik pergelangan tangan Chin Giok-liong dan berjalan menuju keluar dengan
langkah lebar.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
245
Cu Goan-khek jadi mendongkol dibuatnya, dengan sigap ia menghadang jalan pergi pemuda itu.
serunya, “Hoa Thian-hong, kau toh tidak berhasil menahan diriku, kenapa kau ajak pergi orang
itu?”
Hoa Thian-hong berhenti melangkah, wajahnya berubah jadi merah padam, hardiknya, “Enyah
kau dari sini!” Sambil berseru telapaknya bergerak cepat melancarkan sebuah babatan ke depan.
Pukulan telapak ini dilancarkan dengan amat sederhana dan merupakan suatu pandangan hina
terhadap lawannya Cu Goan-khek merasa amat gusar, telapaknya segera dia ayun menyambut
datangnya serangan tadi dengan keras lawan keras.
“Blaam…,! di tengah suara bentrokan yang amat nyaring, tubuh kedua orang itu sama’2 tergetar
keras dan mundur selangkah ke belakang
Hoa Thian-hong merasakan tubuhnya jadi lebih nyaman Setelah terjadi bentrokan itu, daya
tekanan yang mengempit tubuhnya jauh lebih berkurang. segera ia lepaskan pergelangan Chin
Giok-liong dan melangkah maju ke depan, bentaknya dengan penuh kegusaran, “Cu Goan-khek.
lihat pukulan!”
Jago tua she-Cu itu sudah tentu tak mau unjukkan kelemahannya, ia ayunkan pula telapaknya
untuk menyambut datangnya serangan.
“Blaaam…! Sekali lagi terjadi bentrokan keras, sepasang kaki kedua orang itu yang menginjak di
atas lantai batu segera mencetak dalam2 di atas ubin meninggalkan bekas telapak yang nyata.
Dalam tubuh Hoa Thian-hong merasa amat tersiksa tetapi setelah menggunakan tenaga
dalamnya untuk menyerang ia merasa rasa sakitnya rada berkurang, karena kejadian ini
timbullah niatnya untuk menyerang lebih gencar lagi agar rasa sakit dalam badannya lebih
berkurang.
Berpikir demikian ia lantas gertak gigi dan maju lagi ke depan sambil melancarkan satu pukulan.
Cu Goan-khek merasa kaget bercampur gusar, telapaknya segara diayun menyambut datangnya
ancaman itu.
“Braaak…..! Untuk kesekian kalinya terjadi benturan keras yang menimbulkan suara nyaring,
kedua orang itu mendengus dingin Sambil tergetar mundur dua langkah ke belakang, ubin batu
di atas 1antai segera hancur berantakan terinjak kaki kedua orang itu.
Pada saat itu baik Giok Teng Hujien, dua bersaudara she-Siang maupun para jago yang secara
diam-diam mengintip jalannya pertarungan dari tempat persembunyian sama-sama dibikin
melengak oleh cara bertarung kedua orang itu, Giok Teng Hujien yang berdiri sangat dekat
dengan kalangan pertempuranpun tidak berhasil menentukan siapa menang siapa kalah dalam
bentrokan2 kekerasan itu, iapun tak tahu bagaimana caranya untuk mencegah terjadinya
peristiwa itu.
Dikala semua orang mencurahkan perhatiannya ke tengah kalangan itulah, tiba-tiba dari balik
ruangan muncul seorang kakek tua, ia punya perawakan yang pendek. lagi gemuk, kepalanya
botak dan bersinar tajam, pakaiannya kasar dengan sebuah kipas bulat berada dalam
cekalannya.
Tanpa menimbulkan sedikit suarapun ia menyusup ke dalam ruangan itu dan mendekati tubuh
Chin Giok-liong.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
246
Air muka si kakek gemuk ini merah bercahaya, pipinya montok dan mulutnya lebar saat itu
dengan wajah murung bersembunyi di belakang tubuh Chin Giok-liong sambil menatap tajam
wajah Hoa Thian-hong, dari balik sorot matanya secara lapat memancar keluar rasa murung,
kasihan serta kuatirnya yang amal mendalam.
Terdengar Hoa Thian-hong yang berada di tengah kalangan membentak keras, “Cu Goan-khek,
aku orang she-Hoa ingin minta petunjuk tiga buah pukulan lagi darimu!” Tubuhnya merangsek ke
depan dan telapak nya langsung membabat tubuh lawannya.
Sementara itu Cu Goan-khek merasakan isi perutnya telah bergetar keras, darah panas dalam
dadanya bergolak kencang, dalam keadaan begitu ia tak ingin bergebrak lebih lanjut. sebab
keadaannya sudah payah, tetapi mengingat nama besarnya yang dipupuk selama ini dengan
susah payah, ia tak mau unjukkan kelemahannya dihadapan orang.
Ia segera membentak keras, dengan menghimpun tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian
sebuah pukulan dahsyat segera dilancarkan.
“BRAAAK..! dalam bentrokan kali ini tubuh kedua orang itu sama-sama tergetar mundur dengan
kuda2nya gempur. jelas kedua belah pihak telah menderita kerugian semua.
Giok Teng Hujien mengerutkan alisnya ia hendak maju ke depan melerai pertarungan itu, sedang
dua saudara she Siang-pun telah menemukan pula keadaan Cu Goan-khek yang payah, bila
sampai terjadi bentrokan lagi niscaya ia akan menderita luka parah, kedua orang itu segera
saling bertukar pandangan dan siap maju ke depan.
Tapi sebelum kedua belah pihak sama-sama turun tangan untuk membantu jagonya masingmasing,
si kakek cebol gemuk yang berdiri di belakang Chin Giok-liong itu mendadak menyambar
pinggang pemuda itu lalu mengempitnya di bawah ketiak, sambil berteriak tubuhnya segera lari
keluar dari ruangan tersebut …
Lima orang yang berada di dalam kalangan saat itu rata-rata merupakan jago lihay yang memiliki
ilmu silat tinggi, tetapi berhubung Hoa Thian-hong yang tersiksa oleh daya kerja racun teratai
harus menyerang secara ganas dan nekad, semua perhatian Giok Teng Hujien maupun dua
bersaudara she-Siang harus dipusatkah ke tengah kalangan, siapapun tidak memperhatikan
keadaan di belakang mereka.
Menanti beberapa orang itu sadar kembali dan berpaling, tampaklah kakek cebol dan gemuk itu
sudah mengepit tubuh Chin Giok-liong dan kabur jauh.
Reaksi Giok Teng Hujien paling cepat diantara beberapa orang itu, sepintas memandang
bayangan punggungnya ia segera kenali orang itu sebagai orang yang menggoda dirinya
sewaktu ada di rumah penginapan dengan bait lagunya yang konyol, ia segera tertawa merdu
dan berseru, “Saudaraku, Chin Giok-liong telah dirampas orang. kenapa kau tidak melakukan
pengejaran?”
Walaupun tubuh Hoa Thian-hong terasa amat sakit dan menderita, namun pikirannya masih
terang, mendengar seruan itu iapun tinggalkan Cu Goan-khek dan mengejar ke arah kakek tua
itu.
Giok Teng Hujien tak berani berayal diapun enjotkan badannya menyusul disisi pemuda itu, Soatjie
si rase putih menyusul di belakang mereka dan Cu Goan-khek serta dua bersaudara Siang
berada di paling buncit.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
247
Gerakan tubuh kakek gemuk cebol itu sangat aneh, dalam waktu singkat ia sudah berada amat
jauh dari situ. Terlihatlah ia membelok ke kiri menikung ke kanan bergerak menuju ke pintu
besar rumah makan.
Walaupun di sekitar situ banyak terdapat manusia tetapi sebagian besar mereka adalah orangorang
dari perkumpulan Sin-kie-pang yang tak sudi mencampuri urusan itu, para anggota
perkumpulan Hong-im-hwie maupun Thong-thian-kauw telah dipersilahkan keluar dari rumah
makan itu sebelum kedua belah pihak saling bertempur tadi dan kini berjaga jaga diluar pintu
sambil menunggu berita hasil pertarungan itu.
Dengan demikian sewaktu kakek cebol itu raendadak munculkan diri diluar pintu. tak seorangpun
yang turun tangan menghalangi jalan perginya.
Dengan tangan kiri mengepit tubuh Chin Giok-liong, tangan kanan menggoyangkan kipas dalam
usaha melarikan dirinya itu mendadak si kakek cebol tadi bersenandung nyaring,
Arak lama habis, arak baru meluap.
Berdiri di tepi baskom sambil tertawa terbahak- bahak.
Padri gunung kakek liar saling berjumpa muka.
Ia sambang sepasang ayam, aku sumbang seekor bebek.
Ooh…. hidup di alam ini sungguh berbahagia.
Bait lagu ini sangat populer dan dikenal setiap orang, walaupun seorang pekerja kasar juga bisa
membawakan lagu ini, tapi dinyanyikan oleh si kakek gemuk itu ternyata membawa suasana
yang lain.
Giok Teng Hujien segera tertawa cekikikan, teriaknya nyaring, “Hey. kakek tua, pandai amat kau
menyanyi? Bagaimana kalau kau bawakan lagu Soe-Koay-Giok?”
Kakek cebol itu pura-pura tidak mendengar, badannya dengan cepat berkelebat masuk ke dalam
ruang dalam, terlihatlah manusia berjubal-jubal diluar pintu hingga sulit bagi siapapun untuk
berjalan keluar, disaat ia menemui jalan buntu itulah mendadak dilihatnya ada dua benda berada
di atas meja pengurus rumah makan, benda itu yang satu adalah Kim Pay dari Cu Goan-khek
sedang yang lain adalah hioloo kumalu dari Giok Teng Hujien.
Dengan gerakan yang cepat bagaikan hembusan angin kakek cebol gemuk itu meluncur ke arah
meja tersebut, kipasnya dengan cepat bergerak menyapu kedua benda tadi.
Suasana diluar pintu kontan jadi kacau dan ribut, si kakek cebol gemuk itu tidak berhenti sampai
disitu saja, kembali kipasnya bergerak melemparkan kedua macam benda itu ke tengah rumah
orang.
Suasana semakin kacau tak karuan, para anggota perkumpulan Hong-im-hwie sama-sama
menyambar tanda pengenai Kim Pay itu, sedang para anak buah perkumpulan Thong-thian-kauw
sama-sama merampas hioloo kumala ttu, suasana jadi hiruk pikuk dan ramai.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah si kakek cebol tadi menyusup diantara
gerombolan manusia dan melayang keluar dari pintu.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
248
Sementara itu Hoa Thian-hong serta Giok Teng Hujien bersama-sama telah tiba disitu, Soat-jie si
makhluk aneh segera menyusup di antara gerombolan manusia.
Suasana semakin kacau lagi, di tengah jeritan kaget dan panik para jago dari perkumpulan Hongim-
hwie maupun Thong-thian-kauw sama-sama berlompatan ke samping dan melarikan diri
keempat penjuru.
Cu Goan-khek serta dua bersaudara she-Siangpun sejenak kemudian menyusul tiba disitu,
terhadang oleh orang yang saling berdesak2an dihadapan mereka tanpa sadar beberapa Orang
itu tergencet jadi satu dengan Hoa Thian-hong.
Pada saat itulah seorang murid perkumpulan Thong-thian-kauw menyerahkan hioloo kecil yang
berhasil didapatkan itu ke tangan Giok Teng, Hujien, sedang seorang anggota perkumpulan
Hong-im-hwie menyerahkan Kim-Pay itu ke tangan Cu Goan-khek.
Hanya Hoa Thian-hong seorang yang pusatkan seluruh perhatiannya pada Chin Giok-liong,
ditambah pula daya kerja racun teratai yang bergelora dalam tubuhnya membuat ia amat
tersiksa, sepasang tangannya bekerja keras mendorong orang-orang yang menghadang
dihadapannya ke samping, sekuat tenaga ia menerjang maju terus ke depan
Siang Hauw yang berada disisi pemuda itu segera timbul niat jahatnya ketika melihat ketiak
orang terbuka tanpa perlindungan. Pikirnya, “Usia keparat cilik ini. belum mencapai dua puluh
tahun, tapi ia telah sanggup beradu tenaga dalam dengan Cu Jie ko, bila ia dibiarkan hidup terus
di kolong langit maka sepuluh tahun kemudian bukankah akan muncul seorang Hoa Goan-siu lagi
..”
Berpikir sampai disini hawa murninya segera disalurkan ke dalam tangan, kelima jarinya
dipentang dan menunggu disaat Hoa Thian-hong sedang mendorong orang-orang di hadapannya
hingga ketiaknya terbuka, jari tangannya itu segera mencengkeram tubuh lawan.
Tindakan orang ini betul-betul amat keji, ilmu cakar ‘Thong-Long-Jiauw’ yang diyakininya itu
merupakan ilmu kepandaian beracun yang amat tersohor, begitu bertemu dengan, darah segera
akan bekerja dan mencabut jiwa korbannya, Hoa Thian-hong berada dalam keadaan tidak siap
tentu saja sulit baginya untuk menghindarkan diri.
Dalam pada itu Hoa Thian-hong.sama sekali tidak menduga dirinya bakal diserang dari belakang
secara keji. menanti ia menyadari akan datangnya ancaman tahu-tahu ketiaknya sudah kena
dicengkeram oleh Jari tangan Siang Hauw.
Dalam gugupnya tanpa menunggu jari tangan lawan menusuk lebih dalam, sikutnya segera
disodok ke belakang menghajar lengan musuh sementara tubuhnya berputar kencang ke
belakang sambil menggerakkan tangan kanannya mencakar sepasang mata lawan.
Cengkeraman ini sama sekali tidak pakai aturan tetapi merupakan suatu ancaman yang amat
ganas dan keji, dengan sebat Siang Hauw miringkan, kepalanya menghindarkan dari ancaman
tersebut, siapa tahu karena terburu nafsu gerakan tangannya jadi terlambat, sodokan sikut Hoa
Thian-hong segera membentuk telak di atas pergelangannya hingga Jari kelingkingnya terasa
amat sakit kukunya hampir saja patah jadi dua bagian.
Giok Teng Hujien yang menyaksikan kejadian itu jadi amat gusar, ia gerakan tangannya
mencengkeram pergelangan Siang Hauw. Serunya dengan nada ketus, “Hey orang she Siang,
kau betul-betul tak tahu malu. Akan kusuruh kau rasakan siksaan yang paling hebat sebelum
ajalmu tiba!”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
249
Sambil berkata hawa sinkang ‘Hiat-Sat-sinkang’ nya disalurkan ke tangan kiri dan mengurung
tubuhnya.
Siang Hauw yang merasa salah karena serangan bokongannya itu jadi ketakutan, buru-buru ia
geserkan badannya bersembunyi di belakang tubuh Cu Goan-khek, sementara Siang Kiat serta
jago she Cu itu segera menangkis serangan yang dilancarkan Giok Tang Hujien.
“Orang she-Siang?” bentak Giok Teng Hujien dengan suara seram. Cepat serahkan obat
pemunah kepadaku, kalau tidak kau akan merasa menyesal untuk selamanya.”
“Heeeh…. heeeh…..heeh…. bukankah orang she-Hoa itu masih segar bugar….?” seru Siang Hauw
sambil memuding ke arah pemuda itu. “Toh ia sendiri yang terburu-buru, kenapa Hujien mesti
ikut prihatin karena porsoalan ini?”
JILID 13
GiOK TENG Hujien jadi amat gusar ia menyeringai seram. “Rupanya kau benar-benar sudah
bosan hidup!” teriaknya, telapaknya diayun kemuka dan perlahan-lahan didorong ke depan.
“Siang Lo-jie, cepat mundur!” bentak Cu Goan-khek, sepasang kakinya disilang ke depan dan
menggunakan sepasang telapaknya diapun melancarkan sebuah pukulan.
Hiat-Sat Sinkang merupakan ilmu pukulan yang paling sakti dikalangan kaum sesat, begitu
sepasang tenaga saling bertemu Cu Goan-khek segera merasakan telapaknya seperti dihantam
oleh segulung tenaga yang berat dan aneh, dadanya jadi sesak dan hidungnya seperti mencium
bau amis darah yang memuakkan,Isi perutnya goncang keras, hampir saja muntah darah segar.
Dalam pada itu Hoa Thian-hong pun telah tundukan kepala memeriksa ketiak sendiri ia lihat di
atas pakaiannya telah bertambah dengan lima buah lubang kecil yang mengucurkan darah
berwarna hitam, walaupun dalam hati merasa amat gusar tetapi karena teringat akan
keselamatan diri Chin Giok-liong ia berusaha keras untuk menekan bawa amarahnya itu di dalam
hati.
“Cici, ayo kita pergi!” serunya.
Di dalam tubuhnya masih bersarang racun Teratai empedu api, semua jalan darah dalam
tubuhnya terasa panas, kaku dan gatal seolah olah diterobosi oleh berjuta juta ekor semut,
penderitaan yang dirasakannya pada waktu itu benar-benar amat hebat.
Sehabis bicara ia segera putar kepala dan meneruskan kembali pengejarannya ke arah kakek
cebol gemuk itu.
Giok Teng Hujien yang berhadapan dengan keadaan seperti ini jadi gugup dan tak tahu apa yang
musti dilakukan pada saat ini, hawa pukulan Hiat-Sat sinkangnya segera ditarik kembali, sambil
mengejar pemuda itu serunya cemas, “Saudaraku, di atas ilmu cakar Thong-Long Jiauw dari
Siang Loo jie mengandung racun keji.”
Belum habis ia berkata, tiba-tiba dari arah belakang berkumandang suara jeritan ngeri yang
menyayatkan hati, cepat ia berpaling ke belakang. terlihatlah sambil menyemburkan darah hitam
dari mulutnya Siang Hauw roboh terjengkang ke atas tanah, sekujur tubuhnya mengejang
beberapa saat lamanya kemudian matanya melotot besar dan mati binasa.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
250
Hoa Thian-hong mengerutkan alisnya, ia tetap meneruskan gerakannya lari ke depan. Giok Teng
Hujien menyusul dari belakangnya sambil berseru kepada Soat-jie makhluk aneh itu, “Soat-jie,
cepat kejar kakek tua tadi.”
Rase putih sangat memahami perkataan manusia, mendengar perintah dari majikannya ia
berteriak kegirangan, tubuhnya segera meluncur lebih dahulu ke depan dan membuka jalan bagi
kedua orang itu.
Sambil berlari Giok Teng Hujien tertawa dan berkata, “Ini hari Cu Goan-khek betul-betul keok di
tangan kita!”
Hoa Thian-hong menjawab ia menoleh ke belakang ketika dilihatnya tak ada orang yang
mengejar. kakinya segera bergerak semakin cepat lagi meluncurkan ke arah depan.
Haruslah diketahui disaat racun teratainya sedang kambuh, semakin cepat pemuda itu berlari
semakin berkurang penderitaan yang sedang dirasakan olehnya, cuma sayang mereka masih
berada di dalam kota yang ramai hingga tenaganya tak bisa digunakan sampai pada puncaknya,
sekalipun begitu Giok Teng Hujien yang harus mendampingi disisinya sudah merasa kepayahan.
Beberapa waktu kemudian mereka sudah keluar dari kota, tampaklah si kakek cebol gemuk itu
sambil memanggul tubuh Chin Giok-liong di atas bahunya sedang berlari mengikuti tembok kota,
Soat-jie membuntuti kurang lebih beberapa tombak dibelakangnya, manusia dan binatang itu
saling kejar mengejar dengan cepatnya, dalam sekejap mata mereka sudah berada jauh sekali
dari pandangan.
Hoa Thian-hong segera berpikir di dalam hati, “Si kakek tua ini entah sahabat atau musuhku?
Kalau. ditinjau dari ilmu silatnya yang begitu lihay, andaikata dia adalah musuhku maka amatlah
sulit bagiku untuk menghadapinya.
Sementara otak berputar, sepasang kakinya berlari semakin kencang lagi, tubuhnya meluncur ke
muka makin tajam hingga badannya berada sepuluh tombak lebih ke depan dari keadaan
semula.
Saat ini posisi Hoa Thian-hong sudah maju lebih ke depan dari keadaan semula, dari kejauhan ia
dapat saksikan si kakek gemuk cebol itu sedang berlari kencang dipaling depan, Soat-jie si
makhluk aneh itu berlari di tengah sedang ia bersama Giok Teng Hujien berada dipaling
belakang.
Setelah berlarian beberapa saat lamanya, tanpa terasa sampailah mereka dipintu selatan kota.
mendadak kakek cebol gemuk itu turunkan Chin Giok-liong ke atas tanah, lalu seorang diri
ngeloyor masuk ke dalam kota dan lenyap dari pandangan.
Dengan cepat Hoa Thian-hong menyusul sampai disitu, ia cekal pergelangan Chian Giok Liong
sambil tegurnya, “Giok Liong heng, masih kenalkah kau dengan diri Siauwte?”
Chian Giok Liong tetap berdiri bodoh di tempat semula, wajahnya bingung dan terasa pandangan
kosong, walaupun sudah ditegur beberapa kali namun ia tetap bungkam dalam seribu bahasa
Akhirnya Hoa Thian-hong menghela napas panjang, ia menoleh ke samping dan berkata, “Cici.
pengetahuan serta pengalaman amat luas, apakah kau punya cara untuk menolong sahabat
Siauwte ini?”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
251
Giok Teng Hujien tersenyum mania, dari sakunya ia ambil keluar sebuah saputangan dan
menyahut, “Aku cuma sudi mengurusi dirimu seorang urusan orang lain ogah untuk
mencampurinya.”
Ia merandek sejenak dan memeriksa luka pada ketiaknya, lalu menambahkan, “Darah yang
menetes keluar telah berubah jadi merah segar, apakah racun teratai yang sedang kambuh telah
tenggelam kembali?”
“Kurang lebih begitulah” jawab Hoa Thian-hong sambil menyeka keringat yang membasahi
tubuhnya.”Setiap hari racun itu kambuh, tentu akan makan waktu setengah jam lamanya agar
bisa tenggelam kembali, rasanya waktu yang dibutuhkan hari ini jauh lebih pendek.”
Dari sakunya Giok Teng Hujien sambil keluar sebuah botol porselen, sambil mengeluarkan
sejumlah bubuk putih untuk dipulaskan ke atas bekas cakar yang membekas di atas ketiak Hoa
Thian-hong, katanya sambil tertawa.
“Bagaimana sih Siang Hauw bisa mati secara mendadak? Agaknya kau tidak mempan terhadap
racun macam apapun, racun keji dari ilmu cakar Thon-Long-Jiauw dari Siang Hauw sama sekali
tidak manjur terhadap dirimu….
Hoa Thian-hong termenung dan berpikir sebentar, lalu jawabnya, “Aku menggunakan serangan
sikut untuk membentur patah kuku di jari Siang Hauw, mungkin darah beracun dari tubuhku
telah bercampur dengan darah segarnya hingga menyebabkan selembar jiwanya melayang.”
“Ei, makhluk racun cilik!” tegur Giok Teng Hujien sambil tertawa, “Seandainya aku gigit dirimu,
bukankah selembar jiwaku juga akan ikut melayang?”
Hoa Thian-hong tertawa geli, ia gandeng tangan Chin Giok-liong dan perlahan-lahan masuk ke
dalam kota. ujarnya
“Cici, kau suruh Soat-jie mengejar kakek tua itu, apakah ia tak akan menimbulkan keonaran?”
“Soat-jie amat jinak dan penurut” sahut Giok Teng Hujien sambil tertawa merdu, “Sebelum
mendapat perintahku ia tak akan melukai orang secara sembarangan, si kakek tua tadi adalah
sisa dari jagoan lihai kalangan lurus yang berhasil lolos dari kematian. aku rasa tindak tanduknya
pasti didasarkan oleh rencana yang matang.”
“Ilmu silat yang dimiliki kakek tua itu sangat lihay, gerak-geriknya lincah dan otaknya cerdas”
pikir Hoa Thian-hong dalam hati. “Seandainya ia benar-benar adalah jago lihay dari kalangan
lurus, kejadian ini betul-betul merupakan suatu keberuntungan bagi kami, aku harus berusaha
untuk menjumpai dirinya dan ajak dia berbicara.”
Tiba-tiba satu ingatan berkelebat di dalam benaknya. segera ujarnya, “Cici sewaktu berada ditepi
sungai Huang-hoo tempo dulu, kau pernah berkata bahwa dirimu memiliki sebuah Jinsom berusia
seribu tahun……”
Berbicara sampai di tengah jalan mendadak ia teringat bahwa hubungan diantara mereka hanya
kenalan biasa, sama sekali tiada ikatan yang mendalam, Jinsom berusia seribu tahun yang
merupakan obat majsrab sekalipun dimiliki olehnya belum tentu perempuan itu rela
menyerahkan padanya.
Karena itu bicara sampai di tengah jalan ia segera membungkam.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
252
Sinar mata Giok Teng Hujien berkilat tajam dengan wajah penuh senyum ia menyahut, “Jinsom
seribu tahun sih cici memang mempunyai sebatang, cuma obat mujarab itu sukar didapat bila
digunakan secara sembarangan amatlah sayang, penyakit yang diderita Chin Giok-liong tidak
sampai mempengaruhi keselamatannya, lain hari bila aku bertemu dengan Jien Hian biarlah cici
tegur dirinya sekalian mintakan obat pemunah bagi orang ini.”
Sebenarnya Hoa Thian-hong mengungkap persoalan ini adalah mengingat luka dalam yang
diderita ibunya, melihat perempuan itu telah salah artikan perkataannya iapun tersenyum dan
tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Mendadak tampaklah Soat-jie si rase putih itu lari kembali, kepalanya celingukan ke kiri ke kanan
dengan pandangan tajam, kalau ditinjau dari keadaan itu jelas ia sudah kehilangan jejak dari
kakek gemuk cebol itu.
Giok Teng Hujien segera ulurkan tangannya membopong rase putih itu ke dalam pelukannya,
sambil tertawa ia berkata, “Licin amat si kakek tua itu, lain kali kalau sampai berjumpa lagi
dengan diriku, aku harus coba-coba dulu kelihaiannya!”
“Apakah cici kenal dengan asal usul orang ini?”-
Sambil tertawa Giok Teng Hnjiec menggeleng. “Pokoknya yang jelas dia adalah salah seorang
peserta dan pertemuan Pek Beng Hwie, waktu itu usia cici masih muda dan tak sempat ikut
menyaksikan keramaian tersebut, jadi akupun tak tahu siapakah nama kakek rua itu?….”
Ketika pembicaraan berlangsung sampai disitu, mereka berdua telah tiba disebuah perempatan
jalan, Hoa Thian-hong segera memberi hormat sambil berkata, “Sungguh beruntung dalam
peristiwa yang terjadi pada hari ini aku telah mendapat bantuan dari cici, budi ini pasti akan
siauwte ingat terus di dalam hati, dilain waktu aku pasti akan membalasnya.”
“Siapa sih yang mengharapkan balas budi darimu?” omel Giok Teng Hujien sambil tertawa. Ia
merandek sejenak lalu tambahnya, “Permusuhanmu dengan pihak perkumpulan Hong-im-hwie
kian lama kian bertambah dalam, pihak mereka pasti tak akan mengampuni dirimu, menurut
nasehatku lebih baik menyingkirlah dahulu ke daerah tenggara. berpesiarlah dahulu di sekitar
situ sambil menunggu hingga suasana jadi reda kembali.
Hoa Thian-hong segera menggeleng. “Siauwte masih ada urusan pribadi lain yang belum selesai,
bagaimanapun juga aku tetap harus tinggal di kota Cho Chiu!”
“Apakah kau telah mengadakan janji dengan Chin Wan-hong untuk saling bertemu muka di kota
Cho Chiu?”
Merah jengah selembar wajah si anak muda itu, dengan cepat ia menggeleng. “Nona Chin telah
mendapat guru baru, dalam dua tiga tahun tak mungkin ia lakukan perjalanan diluar. Siauwte
sedang menanti seorang angkatan tuaku”
“Serangan secara terang-terangan gampang dihindari, serangan bokongan susah diduga, untuk
sementara waktu pindahlah dulu ke dalam kuil It-goan-koan dan tinggal bersama cici.”
“Terima kasih atas perhatianmu, siauwte paling takut segala macam peraturan yang
membelenggu kebebasan orang, lagipula masih ada saudara Chin ini. Aku harus berusaha keras
untuk menyelamatkan dirinya!”
“Hiih….. hiih…. hiih…. sungguh tak nyana kau suka jual tenaga bagi seorang sahabat.”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
253
Hoa Thian-hong mengerti bahwa dibalik ucapan Giok Teng Hujien mengartikan lain, diam-diam ia
menyindir pemuda itu sebagai penolong Chin Giok-liong karena memandang di atas
hubungannya dengan Chin Wan-hong adiknya, segera ia tertawa hambar, sambil berpura-pura
tidak mengarti perkataan itu ia berpamitan dan mohon diri,
Giok Teng Hujien tertawa cekikikan, setelah termenung sejenak ia putar badan dan berlalu.
tetapi baru berjalan beberapa langkah tiba-tiba ia putar badan sambil bertanya, “Saudara Hoa
tahukah kau cici she apa?”
“Cici tidak bilang siauwte tak berani banyak bertanya,” kata Hoa Thian-hong dengan wajah
berubah jadi merah padam.
Giok Teng Hujien tertawa cekikikan. “Cici tidak punya she dan tidak bernama aku tak pernah
angkat guru dan ilmu silatku adalah hasil latihan sendiri. percayakah kau?”
Diam-diam Hoa Thian-hong berpikir dalam hati, “Lie Hoa Siancu serta Ci-wi siancu dari Biauw-
Nia-Sam-Sian adalah anak buangan yang ditemukan gurunya, merekapun tak bernama. cuma ia
bilang tak ada orang yang menurunkan ilmu silat kepadanya, kepandaian itu adalah hasil latihan
sendiri, perkataan ini benar-benar sulit membuat orang untuk mempercayainya.”
Dalam hati berpikir demikian, diluar ia menjawab, “Siauwte tentu saja akan mempercayainya,
tolong tanya siapakah nama Ciehu atau kakak iparku itu?”
“Hiiih…. Hiiih…. Hiiih…. siapa bilang kau sudah punya kakak ipar? Sebutan Nyonya (Hujien)
adalah pemberianku sendiri, sampai sekarang cicimu belum pernah kawin!”
“Kurang ajar….” batin Hoa Thian-hong dalam hati, ia segera memberi hormat dan sambil
menggandeng tangan Chin Giok-liong berlalu dari situ.
Giok Teng Hujien tertawa cekikikan iapun kembali ke tempat tinggalnya di kuil It-goan-koan.
Dalam pada itu Hoa Thian-hong setelah kembali ke dalam rumah penginapan, tiba-tiba ia
temukan Ciong Lian-khek berjalan menghampiri dirinya, si anak muda itu merasa kedatangannya
diluar dugaan, dengan cepat ia persilahkan tamunya masuk ke dalam.
“Cianpwee, ada urusan apa secara tiba-tiba kau berkunjung kemari?” sapanya.
“Aku telah pindah ke rumah penginapan ini dan sekarang berdiam di kamar sebelahmu!”
Mendengar ucapan itu Hoa Thian-hong jadi kegirangan, iapun lantas menerangkan asal usul dari
Chin Giok-liong serta pertarungannya melawan Cu Goan-khek serta dua bersaudara she-Siang di
rumah makan Ci-Eng Loo.
Dengan tenang Ciong Lian-khek mendengarkan kisah itu, kemudian katanya, “Dewasa ini
situasimu amat kacau tak karuan, banyak penjahat yang ada maksud mencelakai jiwamu, biarlah
untuk sementara waktu Chin Giok-liong berdiam bersama aku sehingga bila terjadi sesuatu hal
yang tak diinginkan kau tak usah cabangkan pikiran untuk memperhatikan dirinya.”
Hoa Thian-hong jadi amat terharu, pikirnya, “Bergaul dengan para ksatria sejati memang
sepantasnya terus terang dan bicara blak-blakan, kalau sikapku ragu-ragu dan sangsi malahan
rasanya kurang hormat.”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
254
Berpikir demikian iapun mengacapkan rasa terima kasihnya dan serahkan Chin Giok-liong ke
tangan pendekar itu, sedang ia sendiri sehabis mandi dan tukar pakaian bersama mereka berdua
makan siang dalam kamar.
Tiba-tiba Ciong Lian-khek bertanya, “Ilmu pukulan tangan kirimu itu kau dapatkan dari siapa?”
“Orang itu bernama Cioe It Bong, sekarang terperangkap dalam kurungan perkumpulan Sin-kiepang.”
“Lalu kepandaian silat tangan kananmu?’ “Mendiang ayahku telah meninggalkan sebilah pedang
baja serta enam belas jurus ilmu pedang sederhana kepadaku, sayang aku tak becus dan
kehilangan pedang baja itu sewaktu masih ada di dalam markas besar perkumpulan Sin-kie-pang
“Sungguh aneh,” bisik Ciong Lian-khek dengan alis berkerut. “Hoa tayhiap adalah seorang jago
kosen, tidak mungkin ia cuma tinggalkan enam belas jurus ilmu pedang yang amat sederhana,
menurut penilaianku ilmu pedang itu pasti tak akan sesederhana itu cuma kau belum sampai
berhasil menemukan inti sari dari ilmu itu.”
Merah jengah selembar wajah Hoa Thian-hong sehabis mendengar perkataan itu katanya,
“Sayang pedang baja itu tidak berada disisiku kalau tidak aku pasti akan mainkan jurus-jurus
pedang itu sambil memohon petunjuk dari cianpwee, aku percaya banyak manfaat yang bakal
kutarik dari diri cianpwee.”
Ciong Lian-khek adalah seorang ahli pedang yang setiap saat menggembol sebilah pedang baja
di atas punggungnya, saat itu sambil bersantap katanya, “Coba gunakanlah sumpit itu sebagai
ganti pedang dan mainkan salah satu jurus serangan itu!”
Hoa Thian-hong mengangguk, ia gunakan sumpit ditangannya mainkan beberapa gerakan,
kemudian sambil gelengkan kepala dan tertawa sahutnya, “Pedang baja milikku itu besar lagi
berat, sedang sumpit ini terlalu kecil. Sulit bagiku untuk memperlihatkan gerakan jurus serangan
itu.”
Ciong Lian-khek termenung tidak bicara, beberapa saat kemudian katanya, “Selesai bersantap
nanti gunakanlah pedangku untuk bermain beberapa jurus serangan itu.”
Tapi Hoa Thian-hong segera menggeleng. “Pedang macam apapun yang berada dalam
genggamanku segera akan patah jadi dua bagian bila kugunakan, dahulu sudah begini aku rasa
setelah tenaga dalamku memperoleh kemajuan pesat keadaan itu semakin bertambah payah.”
Mendengar perkataan itu kembali Ciong Lian-khek termenung pikirnya sejenak, lalu katanya,
“Menurut dugaanku enam belas jurus ilmu pedang yang diwariskan Hoa tayhiap kepadamu itu.
Pastilah serangkaian ilmu silat yang maha sakti dan maha dahsyat, mungkin usiamu masih terlalu
muda dan pengalamanmu masih amat cetek hingga inti sari dibalik kepandaian itu belum berhasil
kau pahami …”
Mula-mula Hoa Thian-hong melengak, kemudian pikirnya, “Perkataan ini sedikitpun tidak salah,
sewaktu ayah mewariskan kepandaian tersebut kepadaku, beliau pernah berpesan pedang ada
manusia hidup, pedang musnah orang mati!”
Berpikir sampai disini ia merasa amat murung dan kesal, dalam hati pemuda inipun mengambil
keputusan untuk berangkat ke markas besar perkumpulan Sin-kie-pang guna minta kembali
pedang bajanya bila saatnya telah tiba
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
255
Selesai bersantap karena terlalu lelah maka sesudah bercakap2 sebentar Hoa Thian-hong naik ke
atas pembaringan dan beristirahat sedangkan Ciong Lian-khek sambil membawa Chin Giok-liong
kembali ke kamar sebelah, selama bercakap2 tadi meski ia tidak tunjukkan sikap yang hangat
tapi jelas terlihat bahwa la amat menyayangi si anak muda itu,
Tidur Hoa Thian-hong kali ini benar-benar amat nyenyak, ketika ia mendusin, hari sudah gelap.
tampaklah suasana dalam kamarnya sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, ia segera
bangun dan berpakaian lalu menuju ke kamar sebelah,
Di bawah sorot lampu tampaklah dalam kamar Ciong Lian-khek terdapat tiga orang tamu, kecuali
Chin Giok-liong dua orang tamu yang lain adalah Si utusan pencabut nyawa Ma Ching-san serta
si pelindung hukum dan perkumpulan Sin-kie-pang, Tang Hiong-sim.
Ketika melihat Hoa Thian-hong melangkah masuk ke dalam kamar. Ma Ching-san serta Tang
Hiong-sim segera bangkit berdiri dan maju memberi hormat, sapa mereka sambil tertawa,
“Oooh! Kongcu telah mendusin, aku….”
Mendengar sebutan mereka berdua terhadap dirinya telah berubah. diam-diam Hoa Thian-hong
menaruh curiga, cepat tukasnya, “Aaah, aku tak tahu kalau kalian berdua akan berkunjung
kemari. bilamana kalian harus menunggu lama harap suka dimaafkan.”
Si utusan pencabut nyawa Ma Ching-san dari perkumpulan Thong-thian-kauw segera tertawa.
katanya, “Pertempuran yang terjadi antara Hoa kongcu melawan Cu Goan-khek dari
perkumpulan Hong-im-hwie hari ini telah menggemparkan seluruh kota Cho Chiu, segenap
anggota perkumpulan kami dari atas sampai bawah tak ada yang tidak merasa kagum, Untuk
kehebatan kongcu sengaja Giok Teng Hujien telah menyiapkan perjamuan untuk merayakan
kemenangan itu, harap Hoa kongcu sudi untuk menghadirinya.”
“Ngomong terus tiada hentinya, jadi dia ada maksud mengundang aku pergi makan” pikir Hoa
Thian-hong dalam hati. Sambil tertawa segera tukasnya. “Harap Ma-heng tunggu sebentar, aku
segera berangkat mengikuti dirimu!….” bicara sampai disini ia lantas berpaling ke samping.
“Kedatangan Tang-heng kesini apakah membawa tugas dari perkumpulan?”
Tang Hiong-sim tertawa terbahak-bahak, sekilas cahaya merah melintas di atas wajahnya, ia
melangkah maju ke depan dan ambil keluar sepucuk surat dari sakunya lalu diangsurkan ke
depan.
“Hoa Thian-hong menerima surat itu dan membaca isinya, ternyata ditulisan tangan dari Pek
Kun-gie. terbacalah isi surat itu berbunyi demikian, “Aku telah tiba di kota Cho-Chiu, harap
datang untuk berjumpa”
Terdengar Tang Hiong-sim berkata, “Nona kami mendengar bahwa setiap hari Hoa kongcu harus
melakukan ‘Lari Racun’ dalam hati merasa amat kuatir. oleh sebab itu ia berharap bisa cepatcepat
berjumpa muka dengan kongcu.”
Diam-diam Hoa Thian-hong tertawa dingin, pikirnya, “Hmmm! Seandainya tempo dulu aku mati
sekarat ditepi sungai Huang-hoo, masing-masing pihak tentu tidak akan saling kuatir dan saling
mengagumi….”
Berpikir demikian tanpa terasa ia terkenang kembali akan Chin Wan-hong, cinta kasihnya yang
suci dan murni terasa amat merasuk ke dalam hatinya, ia berharap bisa cepat-cepat berjumpa
lagi dengan gadis itu.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
256
Terkenang akan adiknya pemuda itu segera teringat pula akan kakaknya. ia berjalan
menghampiri Chin Giok-liong lalu menyapa dengan suara lembut, “Saudara Giok Liong, masih
ingatkah dengan siauwte?”
Chin Giok-liong angkat kepalanya dan menatap wajah pemuda itu beberapa saat lama tapi ia
tetap bimbang dan kebingungan. jelas terhadap diri Hoa Thian-hong ia merasa tak pernah kenal.
Ciong Lian-khek yang berada disisinya segera menimbrung, “Ia sudah dicekoki obat pemabok
dari Jien Hian, kejadian yang lampau sudah terhapus sama sekali dari benaknya. untung
selembar wajahnya masih bisa dipertahankan. lain kali kita bisa berusaha secara perlahan-lahan
untuk menyembuhkan penyakitnya itu, aku percaya suatu saat dia akan pulih kembali seperti
sedia kala.”
Hoa Thian-hong menghela napas panjang, kembali ia berpaling ke arah Tang Hiong-sim dan
berkata, “Tang heng, merepotkan dirimu suka memberi kabar kepada nona Pek bahwa besok
akan menyambut kedatangannya di rumah makan Kie Eng Leo!”
Mendengar perkataan itu, Tang Hiong-sim melirik sekejap ke arah Utusan pencabut nyawa Ma
Ching-san kemudian mohon diri dan berlalu.
Ma Ching-san sendiri berdiri sambil tersenyum dikulum, rupanya ia merasa amat bangga dengan
keputusan itu.
Sementara itu Hoa Thian-hong telah menoleh ke arah Ciong Lian-khek sambil berkata, “Aku pikir
mumpung tak ada urusan maka boanpwee ingin pergi mengunjungi kuil It Goan-Koan, aku ingin
lihat manusia macam apa saja yang tergabung di dalam sekte agama Thong-thian-kauw!”
“Pergi berkunjung sih tak mengapa, cuma kau musti perhatikan permainan setan yang mereka
siapkan” ujar si jago bercambang memperingatkan.
Utusan pencabut nyawa Ma Ching-san yang mendengar ucapan itu, sepasang matanya kontan
melotot.
“Sahabat, kalau berbicara aku minta kau sedikitlah tahu diri…..”
“Siapa yang sudi jadi sahabatmu?” hardik Ciong Lian-khek dengan mata mendelik, Kenapa musti
tahu diri terhadap dirimu?”
Air muka Utusan pencabut nyawa Ma Ching-san berubah hebat, tapi dengan cepat pulih kembali
seperti sedia kala, ujarnya hambar, “Memandang di atas wajah Hoa kongcu aku orang she-Ma
tak ingin ribut-ribut dengan dirimu.” Habis berkata ia putar badan dan berlalu dari ruang kamar.
Diam-diam Hoa Thian-hong merasa geli setelah berpamitan dengan jago bercambang ia keluar
dari rumah penginapan, disitu tampaklah Ma Ching-san dengan menuntun dua ekor kuda
jempolan sedang menunggu diluar pintu, Hoa Thian-hong sambut tali les dan berangkatlah
mereka berdua menuju ke arah kuil It-goan-koan.
Kantor cabang dari sekte agama Thong-thian-kauw ini terletak di sudut kota sebelah timur.
banyak sekali jemaah yang bersembahyang disitu, tapi bagi mereka hanya boleh mengunjungi
batas ruang depan saja, ruang berikutnya merupakan daerah terlarang bagi kaum awam.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
257
Mengikuti di belakang Ma Ching-san, secara beruntun Hoa Thian-hong melewati beberapa buah
ruang besar dan tibalah di depan sebuah bangunan loteng yang tinggi.
Suasana di depan loteng sunyi senyap. tak kedengaran sedikit suarapun, delapan orang bocah
imam berbaju hijau dengan pedang pendek tersoren di punggung berjaga-jaga di depan pintu.
Sambil menggandeng tangan Hoa Thian-hong berjalan masuk ke dalam loteng itu.
Pikirnya, “Ditinjau dari sikap Ma Ching-san rupanya ia merasa agak tegang untuk memasuki
tempat ini, dari wajahnya yang serius jelas loteng ini merupakan tempat penting disini.
Diam-diam ia perhatikan suasana di sekitar sana tampaklah olehnya pada setiap saat bangunan
loteng itu dijaga ketat oleh para penjaga pada tingkat yang paling bawah dijaga oleh delapan
orang imam kecil berbaju hijau, pada tingkat kedua dijaga oleh delapan orang toosu muda
sedang pada tingkat ketiga dijaga delapan orang pria berbaju hitam, berkerudung hitam dan
berbadan kekar.
Menanti ia sudah tiba di loteng tingkat keempat, tampaklah di bawah cahaya lampu yang
berkilauan sebuah meja perjamuan telah disiapkan, Giok Teng Hujien dengan sanggul yang
tinggi dan dandanan yang agung duduk di meja utama. Soat-jie si rase salju berada dalam
bokongannya. Seorang gadis berbaju ungu yang cantik jelita berdiri di belakang tubuhnya,
sementara dua orang toosu tua duduk pada kursi samping, delapan orang gadis cantik dan
beberapa orang imam kecil berdiri disekeli1ing sana.
Begitu melihat kehadiran Hoa Thian-hong di atas loteng, Giok Teng Hujien segera bangkit dari
tempat duduknya dan maju menyambut dengan senyum dikulum.
“Lama benar nih!” serunya, “Aku mengira kau sangat marahnya dan minta dijemput oleh aku
sendiri!”
Hoa Thian-hong tersenyum, sesudah menjura dia alihkan sorot matanya melirik sekejap ke arah
dua orang toosu tua yang ikut bangkit dan tempat duduknya itu.
“Siapakah sebutan dari tootiang berdua? Cici kau harus perkenalkan dulu kepadaku!” serunya.
Giok Teng Hujien tersenyum. “Ayoh duduk dulu, soal itu kita bicarakan nanti saja!” ia tarik
tangan pemuda itu dan membimbingnya menuju ke meja perjamuan.
Setelah ambil tempat duduk, Giok Teng Hujien baru menoleh ke arah kedua orang toosu tua itu
sambil berkata, “Dialah Hoa kongcu! Kegemilangan serta kecemerlangan nama keluarganya tak
perlu dibicarakan lagi kalian musti sudah kenal bukan? pemuda gagah semacam ini harus
dihormati harap kalian berdua suka memberi hormat lebih dahulu.”
Kedua orang toosu tua itu tak berani membantah, mereka segera bangkit berdiri sambil memberi
hormat.
“Selamat bertemu!” serunya hampir berbareng,
Giok Teng Hujien tuding seorang toosu tua di sudut paling muka, katanya, “Dia adalah Ngo Ing-
Cinjin, sekarang menjabat sebagai ketua dari kuil It-goan-koan
“Selamat berjumpa!” seru Hoa Thian-hong sambil menjura.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
258
Dia angkat kepala dan perhatikan toosu itu, tampaklah usia dari Ngo Ing Cinjin kurang lebih lima
enam puluh tahunan, jenggot putih terurai sepanjang dada, jubah kuningnya yang lebar
bersulamkan sebuah lukisan Pat-kwa dari benang emas, sebilah pedang berbentuk aneh tersoren
di atas bahunya dilihat gerak-geriknya ia nampak gagah dan menyeramkan
Sementara itu Giok Teng Hujien telah menuding toosu kedua, ujarnya kembali, “Yang itu adalah
Cing-st-cu, jabatannya adalah ketua dari ruangan ini,” ia merandek sejenak lalu sambil tertawa
terusnya, “Perkumpulan kami semuanya dibagi jadi tiga sektor atas, tiga sektor tengah dan tiga
sektor bawah, kekuasaan kesembilan sektor itu terletak pada sembilan buah kuil, yaitu Sanggoan-
koan, Tiong-goan-koan serta He-goan-koan. Kuil It-goan-koan langsung dibawahi oleh
ketua kami dan terlepas dari pengawasan sektor2 tersebut. Apabila kau memandang kedudukan
Cing-Si-Cu seimbang dengan kedudukan ketua kantor cabang seperti pada perkumpulan lain,
maka dugaanmu itu keliru besar”
“Haah…. haaah…… haaaah….. aku mana berani” sahut Hoa Thian-hong sambil tertawa,
“Terhadap orang yang bisa duduk sederajat dengan cici, tentu saja aku tak berani bersikap
kurang ajar”
Diluaran ia berkata begitu, sementara dalam hati pikirnya, “Entah selain sang ketua serta
sembilan orang penjabat kuil apakah masih terdapat kekuasaan yang lain? Apa pula jabatan cici
di dalam sekte agama Thong-thian-kauw ini”
Mendadak terdengar Cing Si Cu berkata sambil tertawa, “Dalam pertempuran yang terjadi hari ini
Cu Goan-khek kehilangan pamor dan namanya jatuh, pengaruh perkumpulan Hong-im-hwie pun
terpukul hebat. sejak kini pandangan sahabat kangouw dalam dunia persilatan terhadap diri Hoa
Kongcu tentu akan berubah seratus delapan puluh derajat”
Ia angkat cawan araknya dan menambahkan sambil tertawa, “Aku sebagai tuan rumah tempat
ini, dengan menyender di atas kecemerlangan hujien ingin menghormati Hoa kongcu dengan
secawan arak, anggap saja penghormatan ini sebagai pengutaraan rasa kagum kami terhadap
dirimu!….”
Hoa Thian-hong tersenyum, “Tengah hari tadi kebetulan saja racun keji yang bersarang dalam
tubuhku sedang kumat sehingga aku bertempur dalam keadaan setengah tak sadar, seandainya
kejadian itu berlangsung di saat2 biasa, aku bukan tandingan dari Cu Goan-khek”
Diapun angkat cawan araknya dan meneguk habis isinya
Selama ini gadis berbaju hijau itu sambil membawa sebuah poci arak berdiam di belakang Hoa
Thian-hong, melihat cawannya telah mengering buru-buru ia penuhi kembali cawan tersebut
dengan arak.
Merasa hanya dia seorang yang dilayani Hoa Thian-hong curiga. ia segera angkat kepala dan
memandang sekejap ke arah gadis itu. Rupanya Giok Teng Hujien mengerti apa yang sedang
dipikirkan pemuda itu, sambil tertawa segera ujarnya, “Dia bernama Pui Che-giok seorang
dayang kepercayaanku, ketika berada di tepi sungai Huang-ho malam itu, bukankah kau sudah
pernah bertemu dengan dirinya!”
Hoa Thian-hong mengangguk, sementara dalam hati pikirnya, “Perempuan yang membunuh mati
Jin Bong juga mengaku bernama Pui Che-giok, entah saat ini bersembunyi dimana?” Berpikir
sampai disitu segera ujarnya, “Kasus pembunuhan terhadap Jin Bong rupanya sudah buyar
bagaikan awan di udara, apakah Jin Han telah berhasil menemukan pembunuhnya dan berhasil
membunuh orang itu untuk membalas dendam atas sakit hatinya?”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
259
“Aaaah masa urusan bisa beres dengan begitu gampang?” sahut Giok Teng Hujien sambil
tertawa, “Dewasa int memang keadaannya kendor diluar tegang di dalam sepintas lalu suasana
terasa tenang tak berombak padahal sedari dulu Jin Hian telah meninggalkan propinsi San-Say
dan melakukan penyelidikan secara diam-diam untuk membekuk gadis yang mengaku bernama
Pui Che-giok itu.”
“Aku lihat nasib perkumpulan Hong-im-hwie di tahun ini kurang begitu mujur” tiba-tiba Ngo Ing
Cinjin menyela, “Loo-toa kehilangan putra kesayangannya, Loo-sam terpenggal lengannya dan ini
hari Siang Hauw modar secara konyol aku pikir makhluk2 ganas yang selama ini tak pernah
mencampuri urusan dunia, sebentar lagi pasti akan bermunculan kembali”
Hoa Thian-hong kerutkan sepasang alisnya ketika mendengar perkataan itu pikirnya, “Ngo Ing
Cinjin adalah ketua sektor atas dari sekte agama Thong-thian-kauw, ia sebut orang-orang itu
sebagai makhluk ganas, kemungkinan besar mereka memang merupakan manusia yang amat
lihay!”
“Aaah….! Itu sih belum tentu benar” ujar Giok Teng Hujien sambil tertawa, “aku rasa urusan
yang berkembang dewasa ini masih belum sampai menyangkut pokok kekuatan dari
perkumpulan Hong-im-hwie seperti Yan-san It-koay, Liong-bun Siang-Sat sekalian hingga kini
belum pernah munculkan diri, Tetapi, seandainya Jin Hian temui kesialan lagi maka pada saat
itulah si nenek buta itu mungkin akan muncul kembali di dalam dunia persilatan”
“Aku benar-benar sangat bodoh” pikir Hoa Thian-hong dalam hati,” seandainya perkumpulan
Hong-im-hwie tidak memiliki kekuatan besar yang menunjang di belakang mereka sedari dulu
pihak Thong-thian-kauw serta Sin-kie-pang pasti sudah membagi wilayah utara jadi dua bagian!”
Terdengar Ngo Ing Cinjin berkata lagi, “Selama tiga kekuasaan merajai dunia, aku pikir dunia
persilatan tak akan aman dan tenteram. Terutama sekali kaum pedagang, pelancong serta rakyat
jelata, beban hidup mereka kian lama kian bertambah berat. Hoa kongcu! Kau adalah seorang
pendekar muda yang berjiwa besar, apa pendapatmu mengenai situasi tersebut?”
“Aaah… Kiranya pihak Thong-thian-kauw memang ada maksud meluaskan daerah kekuasaannya,
entah dengan cara apa mereka hendak mewujudkan ciia-citanya itu?” pikir Hoa Thian-hong di
dalam hati.
Berpikir demikian sambil tersenyum ia lantas menjawab, “Aku masih muda, pengetahuanku amat
cetek dan ilmu silatku amat rendah. Terhadap urusan dunia persilatan yang begitu meluas, aku
tak berani sembarangan memberi komentar” Habis berkata dia alihkan sorot matanya ke arah
Giok Teng Hujien.
Tampak perempuan itu tertawa manis, kepada Ngo Ing Cinjin segera ujarnya, “Saudaraku ini
memang masih amat muda, pengetahuannya cetek sekali sedang ilmu silat yang dimiliki tak bisa
dikatakan rendah, namun kalau dibandingkan dengan puncak kesempurnaan memang masih
terpaut jauh sekali, cuma saja, ia tak doyan yang keras ataupun yang lunak, perkataan siapapun
tak sudi didengar, siapa berani menyatroni dirinya maka dia akan hadapi orang itu habis-habisan”
Ngo Ing Cinjin segera tertawa lantang. “Haaah…. Haaah…. Haaah saudara Hoa!” serunya,
“Sepanjang hidupnya Giok Teng Hujien selalu memandang tinggi dirinya, menurut apa yang
kuketahui belum pernah ada orang yang peroleh perbatian serta kasih sayang dari dirinya”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
260
“Cinjin, jangan kau teruskan perkataan itu,” tukas Giok Teng Hujien sambil goyangkan tangannya
berulang kali, “Dia tak sudi menerima kebaikanku, akupun tak mau terlalu banyak tersiksa
olehnya,’
“Cici, kapan sih aku menyiksa diri cici?” ujar Hoa Thian-hong sambil tertawa. “Ayoh, kau harus
dihukum dengan tiga cawan arak!” Selesai bicara dia angkat Cawan dan teguk isinya sampai
ludas
Mendadak ia merasakan sesuatu yang aneh, ketika arak tadi mengalir masuk lewat
tenggorokannya segera timbullah rasa kaku dan pedas yang amat tak enak dirasakan, sepasang
alisnya kontan berkerut. Pikirnya, “Kiu-tok Sianci pernah berkata kepadaku, teratai racun empedu
api adalah raja dari segala macam racun, selama racun teratai masih mengeram dalam tubuhku
maka aku tak akan mempan terhadap racun keji macam apapun juga seandainya bertemu
dengan obat racun yang tak berwujud ataupun berwarna, dalam lidahku malah akan terasa suatu
perasaan yang aneh jangan dalam arak tersebut mengandung racunnya?….”
Dalam pada itu ketika Giok Teng Hujien menyaksikan air mukanya menunjukkan suatu
perubahan yang sangat aneh, sambil tertawa segera tegurnya, “Kenapa? wajahmu tampak
murung dan tidak senang hati, apakah kau salahkan perkataan cici yang kurang sedap didengar”
oooOooo
Hoa Thian-hong kontan tertawa dingin. “Ucapan cici indah didengar, siapa yang bilang kalau kau
Sudan salah bicara? Cuma lambung siauwte rada tidak cocok dengan arak yang mengandung
racun, harap cici suka memakluminya.”
Air muka Giok Teng seketika berubah jadi pucat pias, ia rebut cawan arak itu dari hadapan Hoa
Thian-hong lalu diperiksa di bawah sorot cahaya lampu, sesaat kemudian perempuan itu
menoleh ke arah Pui Che-giok dan melotot bulat-bulat.
Pui Che-giok yang dipelototi jadi ketakutan setengah mati, ia segera jatuhkan diri berlutut di atas
tanah sambil rengeknya, “Budak…….”
Nafsu membunuh berkelebat memenuhi biji mata Giok Teng Hujien yang indah, mendadak
sambil gertak gigi dia ayun telapaknya menghajar ubun-ubun orang.
Disaat yang kritis Hoa Thian-hong ayun tangannya mencengkeram pergelangan Giok Teng
Hujien, katanya sambil tertawa, “Aduuuh…. cuma urusan kecil saja, masa cici benar-benar akan
bunuh orang untuk melenyapkan bukti?”
Giok Teng Hujien jadi semakin gusar. “Kurang ajar kau memang manusia yang tak berperasaan!”
Melihat perempuan itu mengucurkan air matanya dengan badan gemetar keras saking
jengkelnya, dalam hati Hoa Thian-hong segera berpikir, “Kalau dibilang dia ada maksud
mencelakai diriku, kenapa ia menjadi mendongkol hingga menangis? Kalau dibilang tak sengaja,
kejadian ini amat tak masuk diakal…”
Ngo Ing Cinjin serta Cing Si-cu saling berpandangan dengan wajah kebingungan dan tak habis
mengerti, agaknya kedua orang toosu itupun tak tahu duduknya perkara.
Giok Teng Hujien meronta berusaha keras melepaskan diri dari cekalan orang, namun tak
berhasil. Tiba serunya kepada Pui Che-giok dengan nada gemas, “Tak ada gunanya
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
261
membicarakan soal ini kuampuni selembar jiwamu tapi kau harus kutungi sepasang lenganmu
itu”
“Budak tahu salah, terima kasih atas kebaikan nyonya tidak membinasakan diriku,” sahut Pui
Che-giok dengan air mata berlinang.
Ia letakkan poci arak di atas meja, lalu dari sakunya cabut keluar sebilah pisau belati yang
langsung ditebaskan ke arah pergelangan tangan kirinya.
Dengan ketajaman mata Hoa Thian-hong sekilas memandang ia telah mengetahui bahwa pisau
belati dalam cekalan Pui Che-giok adalah sebilah senjata mustika, bukan begitu saja bahkan
senjata itu terasa sangat dikenal olehnya, seakan-akan ia pernah melihat benda itu disuatu
waktu.
Satu ingatan berkelebat dengan cepat di dalam benaknya ia segera menghardik, “Tahan!”
Laksana kilat ia ulurkan tangannya merampas pisau belati itu dari tangan orang.
Oleh peristiwa ini rupanya Giok Teng Hujien merasa kheki bercampur mendongkol dengan gemas
teriaknya, “Eeei…,sebetulnya apa maumu? Apakah kau ingin melihat aku mati bunuh diri untuk
membuktikan kesucianku?”
Hoa Thian-hong segera tersenyum. “Aku tak pernah menyalahkan diri cici? Kenapa cici musti
marah2?”
Sorot matanya melirik kembali ke arah pisau belati itu, mendadak ia teringat kembali akan
peristiwa yang terjadi dalam perkampungan Liok Soat Sanceng, di masa itu perempuan genit
yang mengaku bernama Pui Che-giok pernah menggunakan pisau semacam ini untuk membunuh
Jin Bong.
Dalam hati segera pikirnya, “Kejadian ini benar-benar aneh, Pui Che-giok yang berada di depan
mata saat ini jelas bukanlah Pui Che-giok yang telah membunuh Jin Bong serta mencuri pedang
emas, tetapi mengapa pisau belati tersebut bisa muncul dari sakunya?….”
Ingatan tersebut dengan cepat berkelebat di dalam benaknya, ia ada maksud menjajal
kepandaian silat yang di miliki Pui Che-giok tetapi berada di hadapan orang banyak pemuda itu
merasa tidak leluasa baginya untuk turun tangan.
Mendadak terdengar Pui Che-giok merengek, “Nyonya pernah berkata bahwa kongcu-ya tidak
mempan terhadap obat racun macam apapun, budak tidak percaya perkataan itu maka dalam
sangsinya…..”
“Mau menjajal sih tak jadi soal” sambung Hoa Thian-hong sambil tertawa nyaring. “Cuma
rasanya berbeda jauh, kalau tidak setelah masuk ke dalam perutku bisa jadi aku akan muntah2”
Berbicara sampai disitu ia kembalikan pisau belati tadi kepadanya. lalu sambil mengambil poci
arak dan membuka tutupnya ia berkata lagi sambil tertawa, “Aku akan mohonkan ampun
baginya, tentu cici suka mengabulkan bukan?….”
Agaknya Giok Teng Hujien sangat menurut terhadap pemuda ini, mendengar ucapan tersebut
segera ujarnya kepada Pui Che-giok dengan suara dingin, “Ayoh cepat ucapkan banyak terima
kasih kepada Kongcu-ya, kalau sampai menggusarkan hatinya… Hmm! Jangan salahkan kalau
aku bsnar2 akan membinasakan dirimu.”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
262
Buru-buru Pui Che-giok jatuhkan diri berlutut di hadapan si anak muda itu, sambil angguk2kan
kepalanya ia berseru, “Terima kasih buat kebaikan kongcu-ya!”
“Sudah…sudahlah…” ujar Hoa Thian-hong sambil tertawa.
Beberapa saat lamanya dia awasi cawan arak sendiri namun tiada pertanda apapun yang
menunjukkan suatu keanehan. Sementara pelayannya telah hidangkan kembali arak baru,
pemuda itu segera mencicipinya, terasa arak yang diteguk wangi dan enak dirasakan, sedikitpun
tiada tanda kaku arau pedas lagi. Terdengar Giok Teng Hujien berseru manja, “Orang bodoh,
penyakitnya tidak terletak di dalam poci arak itu”
“Bagaimana sih caranya melepaskan serbuk racun tersebut? Apa aku boleh lihat?”
Merah jengah selembar wajah Pui Che-giok, ia tuang kembali arak dalam poci itu ke dalam
cawan Hoa Thian-hong yang awasi terus sepasang tangannya segera menemukan bahwa jari
tangan kiri gadis itu mengetuk di ujung cawan, tanpa terasa pemuda itu tertawa tergelak.
“Haaah… haaah….haaah…. kiranya penyakit itu letaknya di ujung jari!”
Sehabis berkata cawan arak tadi disambar dan segera dituang ke dalam mulutnya.
Giok Teng Hujien yang melihat kejadian itu jadi kaget, ia rampas cawan itu dari tangan orang
lalu ditumpah ke atas lantai, serunya, “Andaikata aku hendak mencelakai selembar jiwamu, buat
apa kugunakan obat beracun?”
“Yang budak gunakan bukan racun!” sola Pui Che-giok.
Merah jengah selembar wajah gadis she-Pui itu, untuk sesaat ia jadi tergagap, “Anu….anu….”
Cing Si-cu yang selama ini membungkam segera tertawa terbahak bahak.
“Haah…. haaah…. haaaah… saudara Hoa tak usah banyak curiga, hujien sangat menyayangi
dirimu bagaikan menyayangi diri sendiri, masa Che-giok berani mencelakai jiwamu?”
Hoa Thian-hong segera tersenyum. “Aaaah, kalau begitu pastilah obat pemabok yang dipakai,
eemh aku memang kepingin tidur pulas…..”
Ia bopong Soat-ji si rase salju itu, tambahnya sambil tertawa, “Sungguh lihay kepandaian yang
dimiliki makhluk cilik ini, jago kangouw kelas menengah belum tentu bisa menandingi
kelihayannya”
“Sayang kau tak mampu untuk memelihara dirinya,” kata Giok Teng Hujien sambil tersenyum,
“Kalau tidak binatang tersebut pasti sudah kuhadiahkan kepadamu!”
“Seorang lelaki sejati tak akan sudi merampas barang kesenangan orang sekalipun aku mampu
untuk memeliharanya juga tak mau kuterima,” sorot matanya dialihkan kepada Ngo Ing Cinjin,
lalu tambahnya. “Cinjin adalah ketua dari sektor atas, jauh-jauh datang ke kota Cho Ciu, pasti
ada urusan yang hendak diselesaikan bukan?”
Sambil mengelus jenggot Ngo Ing Cinjin tertawa, “Dalam kolong langit dewasa ini hanya saudara
Hoa seorang yang pernah menyaksikan sendiri wajah pembunuh dari Jin Bong, setelah tempo
hari Saudara Hoa dipaksa bunuh diri dengan menelan teratai racun empedu api, Jin Hian mengira
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
263
saudara Hoa pasti mati dan jejaknya akan putus, sekalipun sudah melakukan penyelidikan
selama banyak hari hasilnya tetap nihil. Kini setelah ia mengetahui kalau saudara Hoa berhasil
lolos dari kematian ia tentu akan datang ke kota Chu Ciu serta turun tangan terhadap dirimu…..”
Hoa Thian-hong mengangguk.
“Dugaan Cinjin sangat tepat dan perkataanmu masuk diakat, tetapi numpang tanya, apakah
kedatangan Cinjin kemari memang ada hubungannya dengan kejadian ini?”
“Jin Hian cuma mempunyai seorang putera tunggal, kematiannya merupakan suatu kejadian
yang amat iuar biasa, seandainya pembunuh Jin Bong bukan termasuk diantara anggota
perkumpulan Sin-kie-pang, atau Thong-thian-kauw mungkin urusannya masih mendingan, tetapi
kalau termasuk sebagai anggota salah satu diantara dua perkumpulan ini maka jelaslah sudah
dunia persilatan bakal dilanda badai dahsyat yang mengerikan, pertarungan total antara dua
perkumpulan besar atau mungkin juga melibatkan pertarungan diantara tiga perkumpulan besar
jelas sudah pasti bakal terjadi!”
“Bukan saja sekte agama Thong-thian-kauw telah menaruh perhatian terhadap kejadian ini,
sekalipun perkumpulan Sin-kie-pang secara diam-diam juga pusatkan perhatiannya kemari,” kata
Giok Teng Hujien sambil tertawa. “Dewasa ini perhatian semua orang telah tertuju ke tubuhmu,
setiap perkataan serta tindak tandukmu sangat mempengaruhi perkembangan dari peristiwa itu.
“
“Bicara tanpa bukti apa gunanya? Masa Jin Hian suka mempercayai setiap patah kata yang
kuucapkan?”
“Tentu saja,” sahut Ngo Ing Cinjin. “Meskipun hanya sepatah kata namun hal itu harus dilihat
du!u bagaimana caranya menyampaikan kata-kata tadi, saudara Hoa mempunyai peluang yang
amat besar untuk memutar balikkan duduk perkara yang sebenarnya”
“Kalau didengar dari ucapannya barusan, rupanya ia ingin aku putar balik dan kejadian dan
menimpakan semua kesalahan pada tubuh perkumpulan Sin-kie-pang….” pikir Hoa Thian-hong
dalam hati, “Ehmmm…Pui Che-giok gadungan itu mempunyai raut wajah yang rada mirip dengan
Pek Kun-gie. kejadian ini memang sangat mencurigakan.”
Sementara itu Cing Si-cu telah berkata, “Saudara Hoa, betulkah satu jurus ilmu pukulan yang kau
miliki itu adalah warisan dari Ciu It-bong?”
Sambil tertawa Hoa Thian-hong mengangguk. “Betul, saat ini Ciu It-bong masih terkurung di
tengah markas besar perkumpulan Sin-kie-pang, ilmu pukulan ‘Kun-Su-Ci Tau’ tersebut memang
berhasil kupinjam dari dirinya”
“Pinjam? Bagaimana caranya meminjam?” tanya Giok Teng Hujien tercengang.
“Dia ingin aku gunakan ilmu pukulan itu membinasakan Pek Kun-gie bila urusan telah selesai
maka aku harus kutungi lengan kiriku sebagai tanda mengembalikan jurus pukulan itu
kepadanya. Yaaah….. memang orang itu rada aneh, dalam hati kecilnya dia ingin sekali
meminjam tenagaku untuk membunuh Pek Kun-gie, tapi ingin pula menggunakan kekuatanku
untuk mencari jejak pedang emas dan membantu dirinya lolos dari kurungan. aku jadi tak habis
mengerti apa yang musti kukerjakan baginya”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
264
“Heeeh,…. heeeh…. heeeeh…….sungguh gegabah dan omong kosong!” seru Giok Teng Hujien
sambil tertawa dingin, “membunuh Pek Kun-gie masih boleh saja dilakukan, kutungi lengan kiri
sendiri untuk mengembalikan ilmu pukulannya peraturan apakah itu?”
“Aku pribadi memang ada maksud membantu usahanya untuk menemukan pedang emas itu dan
membantu dirinya lolos dari kurungan, akan kuanggap perbuatan ini sebagai balas jasaku
terhadap dirinya, sedangkan mengenai ilmu silat yang dimiliki Siang Tang Lay pemilik pedang
emas itu aku sama sekali tak ada niat untuk mempelajarinya
“Oooh… kau sudah mengetahui cerita tentang Siang Tang Lay?”
“Itupun aku dengar dari mulut Ciu In Bong.”
Ngo In Cinjin angkat cawan araknya dan berkata, “Saudara Hoa, mari kita teguk secawan arak
aku masih ada beberapa patah perkataan hendak diucapkan kepadamu.”
Sejak menelan Teratat racun empedu api daya tahan Hoa Thian-hong jauh melebihi orang lain.
Terhadap makanan ataupun minuman merangsang macam apapun tiada pengaruhnya sama
sekali baginya, semua makanan itu segera lenyap tak berbekas setelah masuk ke dalam
lambungnya bagaikan batu tenggelam di dasar samudra, karenanya walaupun sudah bercawan2
arak ia habiskan namun pemuda itu masih tetap segar.
“Cinjin, apa yang hendak kau tanyakan?” tanyanya kemudian.
“Selama pengaruh Sin-kie-pang serta Hong-im-hwie masih menguasai kolong langit. anggota
mereka tutap melakukan perbuatan-perbuatan bejat yang terkutuk. Mereka sering kali memeras
rakyat, membegal pedagang, menodai hukum dan mencelakai orang baik, sungguh jauh berbeda
dengan Thong-thian-kauw kami yang khusus melayani para jemaah yang hendak berdoa,
kehidupan kami tergantung dari sokongan para penganut agama dan tak pernah melakukan
kejahatan di dunia!”
“Pinter amat orang ini berbicara,” batin Hoa Thian-hong, “Sudah terang perkumpulan Thongthian-
kauw adalah aliran sesat tapi ia berani bicara besar dengan membanggakan diri sebagai
aliran suci!”
Dalam hati berpikir demikian, diluar ia menjawab, “Perkumpulan Sin-kie-pang serta Hong-imhwie
adalah organisasi yang amat besar dengan akar yang sudah merambat dimana-mana,
untuk mengalahkan mereka mungkin saja masih bisa kita lakukan, kalau ingin membasmi mereka
keakar2nya., aku pikir itu cuma suatu khayalan kosong belaka!”
“Perkataan dari saudara Hoa memang betul Ngo Ing Cinjin mengangguk tanda membenarkan,
“tetapi kita toh bisa bertindak dengan gunakan otak? Asal pemimpin2 mereka berhasil dibasmi,
apa susahnya untuk membubarkan antek2 mereka?”
“Itulah yang ku-idam2kan selama ini,” kembali Hoa Thian-hong membatin, “Sayang ilmu silat
yang kumiliki tak bisa terlalu dipaksakan, aku harus basmi pemimpin perkumpulan itu dengan
cara apa?”
Walaupun belum lama pemuda ini terjunkan diri ke dalam dunia persilatan, tapi pengalamannya
sudah amat luas, pengetahuannya mengenai kehidupan manusia luas dan terlatih sekali. Saat itu
tanpa ia sadari meluncurkan kata-kata dari bibirnya.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
265
“Perkumpulan Sin-kie-pang maupun Hong-im-hwie adalah serang naga harimau yang dipenuhi
oleh jago-jago lihay yang maha dahsyat, sebelum anak buah mereka berhasil dibasmi. mana
mungkin kita bisa basmi para pemimpinnya?”
“Saudara Hoa bisa mengupas setiap masalah dengan gamblang dan jelas, sungguh membuat aku
merasa amat kagum” ia merandek sejenak, lalu sambil menyapu sekejap ke sekeliling perjamuan
lanjutnya, “Bicara terus terang saja. selama di kolong langit masih terdapat perkumpulan Sin-kiepang
atau Hong-im-hwie yang pegang kekuasaan maka sekte agama Thong-thian-kauw sulit
untuk merentangkan sayapnya memperluas daerah kekuasaannya di kolong langit.”
“Ooo… jadi kalau begitu kekuatan yang di miliki sekte agama Thong-thian-kauw saat ini lebih
kalau digunakan untuk menandingi salah satu diantara dua kekuatan itu, dan lemah bila harus
menandingi kedua kedua kekuatan itu sekaligus?”
Sambil bertepuk tangan Ngo Ing Cinjin tertawa. “Tepat sekali dugaanmu itu, asalkan diantara
Sin-kie-pang serta Hong-im-hwie terjadi perselisihan sehingga kekuatan mereka saling bentrok
satu sama lainnya maka Thong-thian-kauw akan peroleh kesempatan untuk berkembang dan
menunggu saat yang baik untuk membasmi lawan-lawannya”
“Tekebur amat ucapan itu!” batin, Hoa Thian-hong dalam hati, “Jago-jago lihay yang terdapat
dalam tubuh Sin-kie-pang maupun Hong-im-hwie banyak laksana awan di angkasa, berapa besar
sih kekuatan dalam tubuh Thong-thian-kauw sehingga berani punya angan-angan yang begitu
muluk?”
Tiba-tiba terdengar Cing Si-cu berkata, “Saudara Hoa, mumpung usiamu masih muda dan
tenagamu masih segar, inilah kesempatan bagimu untuk muncul dalam dunia persilatan dan
menjagoi kolong langit. asal kau sukses dan luar biasa maka tidak sulit bagimu untuk
menggantikan kedudukan Hoa tayhiap tempo du!u, namamu tersohor dimana mana dan
kehebatanmu disegani setiap orang”
Hoa Thian-hong tertawa hambar ia tidak menanggapi perkataan itu sebaliknya alihkan sorot
matanya ke arah Giok Teng Hujien, seolah olah ia menghadapi suatu persoalan besar yang tak
bisa diputusi sendiri dan kini mohon pendapatnya,
Terdengar Giok Teng Hujien tertawa ringan dan berkata, “Sering kali aku dengar orang berkata
bahwa Pek Kuan Gie berulang kali menghina serta mencerca dirimu Pek Siau-thian pun pernah
menancapkan jarum beracun pengunci sukmanya di atas tubuhmu, sebagai seorang lelaki sejati,
pria tulen. kalau sakit hati semacam Ini tidak dituntut balas, apa gunanya hidup lebih lanjut di
kolong langit?”
Ia merendek sejenak, dengan wajah serius terusnya, “Manusia-manusia yang tergabung di dalam
perkumpulan Sin-kie-pang maupun Hong-im-hwie. bukanlah termasuk manusia baik-baik bila kau
berhasil memancing perpecahan diantara mereka sehingga mengakibatkan terjadinya
pertempuran diantara mereka sendiri, itu akan merupakan pahala besar bagimu Dan seandainya
pihak Thong-thian-kauw hanya berpelukan tangan menyaksikan hari’mau bertarung kemudian
jadi nelayan mujur yang menantikan hasil, apa pula ruginya terhadap dirimu?”
Dalam hati kembali Hoa Thian-hong berpikir, “Mereka mengepung diriku dan selalu menasehati
diriku untuk memusuhi pihak Sin-kie-pang serta Hong-im-hwie, bila aku tetap bersikeras menolak
kerja sama dengan mereka, orang-orang itu pasti akan berubah sikap dan malahan membenci
diriku. Waktu itu musuh akan muncul dari tiga penjuru, sulit bagiku untuk menghadapinya.
Bagaimanapun menyanggupi dulu persoalan ini tak ada salahnya, asal tindakanku selanjutnya
benar dan tidak keluar dari pikiran sendiri”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar