Liong bun siang sat sendiripun menduga bahwa Hoa Hujien masih bersembunyi di dalam gua,
tapi karena mereka tak tabu keadaan yang sebenarnya dari gua kuno itu, untuk beberapa waktu
kedua orang itu tak berani bertindak secara gegabah.
Setelah menunggu beberapa saat lamanya dan baik gua masih belum juga nampak adanya suatu
gejala, rasa was-was dalam hati dua bersaudara itu makin berkurang.
Malaikat kedua Sim Ciu segera membentak nyaring.
“Nenek bangkotan she Tio, kalau engkau menyembunyikan diri terus menerus seperti kura-kura
ketakutan, jangan salahkan kalau aku orang she Sim akan menyumpal delapan keturunanmu!”
Kedudukan serta nama besar Hoa Hujien di dalam dunia persilatan amat tinggi dan di hormati
semua orang, rupanya mereka segan untuk secara langsung mencari gara-gara dengan dirinya,
maka yang dicari adalah Tio Sam-koh.
Bisa dibayangkan betapa gusarnya Tio Sam-koh mendengar teriakan tersebut dengan cepat ia
gerakkan tubuhnya siap menerjang keluar dari gua itu, mendadak ia teringat bahwa Hoa Hujien
pada saat ini sedang mencapai keadaan yang paling kritis, ia takut jika keadaan bertambah seru
maka mereka terpaksa harus tinggalkan tempat itu, andai kata hawa murni sampai buyar, bukan
saja susah payahnya selama ini akan menemui kegagalan bahkan kemungkinan besar akan
mengalami jalan api menuju neraka.
Mengingat betapa besarnya akibat yang bakal ditimbulkan, terpaksa Tio Sam-koh menahan
amarahnya dan menghentikan gerakan tubuh yang sudah mencapai tepi gua itu.
Hoa Thian-hong mengetahui bahwa nenek itu berwatak berangasan, melihat ia berhasil
menguasai diri dalam hati kecilnya pemuda ini merasa amat berterima kasih, segera bisiknya,
“Sam po, bersabarlah sebentar! cepat atau lambat Seng ji pasti akan bereskan manusia-manusia
jahanam tersebut agar rasa dongkol sam po bisa terlampiaskan”
Bluuum….! tiba-tiba kabut warna hitam yang amat tebal itu seakan-akan terhantam oleh
segulung angin pukulan yang amat dahsyat dengan cepatnya menggulung ke dasar gua hingga
jaraknya dengan dasar gua dimana mereka berada dekat sekali.
Hoa In dengan cepat bertindak, dia lancarkan sebuah pukulan dengan ilmu Sau yang ceng ki
untuk memaksa kabut hitam itu meluncur kembali ke tempat semula.
Sementara itu Sim Ciu jadi semakin berani setelah dilihatnya angin pukulan yang dia lancarkan
sama sekali tidak menunjukkan perubahan apapun juga, katanya, “Mungkin saja mereka telah
berlalu dari tempat ini!”
Dengan langkah lebar ia berjalan maju ke depan hingga tiba di depan gumpalan asap warna
hitam itu, telapaknya diayun dan kembali dia lancarkan sebuah pukulan dahsyat kemuka.
Blaaam…. segulung angin pukulan yang amat dahsyat dengan cepatnya menerobos masuk
melewati kabut hitam dan langsung menerjang ke dalam gua.
Tapi dari balik gua sama sekali tidak memperlihatkan reaksi apapun juga, tanpa terasa Sim Ciu
mengerutkan dahinya.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
541
“Loo toa!” ia berseru, “rupanya gua ini kosong tak berpenghuni, biar aku masuk ke dalam untuk
memeriksa keadaan disitu!”
“Tak usah diperiksa lagi,” tukas malaikat pertama Sim Kian dengan nada dingin, “sudah lama
kudengar bahwa kabut hitam itu segera akan terbakar bila terkena api, kita coba saja
melepaskan api kedalam”
Habis berkata dia mengempit tubuh Pek Soh Gi yang masih tertotok jalan darahnya dan
mengundurkan diri keluar gua.
Malaikat kedua Sim Ciu termenung sebentar, akhirnya dia mengundurkan diri sejauh dua tombak
lebih dari tempat semula lalu mengambil api untuk kemudian dilemparkan kedalam.
“Blamm…. ketika cahaya api bertemu dengan udara gas berwarna hitam itu terjadilah ledakan
keras yang disertai percikan cahaya api yang menerangi seluruh gua tersebut.
Hoa Thian-hong yang bersembunyi di dalam gua, segera merasakan sengatan hawa panas yang
luar biasa dahsyatnya, dalam keadaan demikian masing-masing orang segera melancarkan
sebuah pukulan ke arah depan.
Ilmu Sau yang ceng ki dari Hoa In merupakan kepandaian tenaga dalam yang sangat ampuh,
tenaga dalam Tio Sam-koh yang mencapai enam puluh tahun hasil latihan serta tenaga dalam
Hoa Thian-hong berkat kerja teratai racun empedu api bisa di bayangkan betapa mengerikannya
tenaga gabungan dari ketiga orang tokoh sakti terse but.
Baru saja cahaya api meletus di angkasa, angin pukulan yang amat dahsyat itu sudah menerjang
keluar membawa percikan api yang menyengat badan keluar dari mulut gua.
Malaikat kedua Sim Ciu amat terperanjat, dengan ketakutan ia loncat keluar dari gua tersebut.
Dalam waktu singkat cahaya api segera padam dan suasana disekeliling tempat itupun putih
kembali dalam kegelapan, bau gas yang amat tebal dan menusuk penciuman tersebar disekeliling
tempat itu.
Sepasang malaikat dari perguruan naga adalah gembong iblis yang berpengalaman luas, tentu
saja mereka pun tahu bahwa pancaran api yang muncul keluar gua adalah berkat hasil pukulan
dari Hoa Thian-hong sekalian yang bersembunyi dalam gua.
Sekarang dua orang bersaudara itu baru mengetahui bahwa di dalam gua masih terdapat sebuah
ruang lain yang aman, dan Tio Sam-koh sekalian menyembunyikan diri disitu.
Sepasang malaikat dari perguruan naga saling bertukar pandangan sekejap, sorot mata mereka
berdua sama-sama memancarkan sikap ke ragu-raguan.
Haruslah diketahui baik Tio Sam-koh mau pun Hoa In sama-sama merupakan jago lihay yang
berkepandaian tinggi, sekalipun sepasang malaikat dari perguruan naga merasa yakin dapat
menangkan mereka berdua, namun selisih kepandaian diantara mereka boleh dibilang tipis
sekali, kendatipun kemenangan masih berada dipihaknya, itupun harus diperjuangkan secara
mati-matian.
Andaikata Hoa Hujien benar-benar berada di dalam goa, dengan dua lawan tiga maka keadaan
mereka dua bersaudara akan runyam.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
542
Keadaan mereka pada saat ini boleh dibilang ibaratnya menunggang di atas punggung harimau,
mau turun tak berani mau tetap duduk disitupun sungkan…. sementara mereka masih berdiri
dengan wajah kebingungan, tiba-tiba dari jembatan seberang berkumandang datang suara
langkah manusia yang amat lirih.
Liong bun siang sat sama-sama tertegun dan segera berpaling ke belakang, tampaklah belasan
sosok bayangan manusia dengan kece patan bagaikan sambaran kilat sedang bergerak
mendekat.
Dalam waktu singkat seorang kekek berbadan tinggi kurus telah tiba lebih dahulu di tempat itu,
dia bukan lain adalah Jin Hian ketua dari perkumpulan Hong-im-hwie, di sampingnya mengikuti
seorang jago pula dan dia adalah salah seorang tulang punggung perkumpulan Hong-im-hwie
yang bukan lain adalah Yan-san It-koay.
Diam-diam Liong bun siang sat merasa kegirangan melihat kehadiran jago-jago lihay tersebut,
Sim Kian segera melemparkan tu buh Pek Soh Gi ke depan sambil serunya diiringi gelak tertawa
berat, “Sungguh kebetulan sekali kedatangan Cong Tang-kee di tempat ini, dialah putri sulung
dari Pek Siau-thian, coba periksalah benarkah dia adalah pembunuh yang telah membinasakan
Bong ji?”
Ketika tubuh gadis itu dilontarkan ke depan, jalan darahnya telah ditotok bebas, Jin Hian segera
menangkapnya dan membentak dengan wajah menyeringai seram, “Pasang obor!”
Dalam waktu sekejap, delapan orang pengawal golok emas yang dibawa serta oleh Jin Hian telah
memasang obor dan menggangkat tinggi-tinggi, suasana disekeliling gua kuno pun menjadi
terang benderangbagaikan berada disiang hari.
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sambaran kilat, Jin Hian menatap wajah Pek Soh-gie
tanpa berkedip, di dalam ketajaman matanya terpancar keluar cahaya seram yang menggidikan
hati, seakan-akan ia hendak menembusi isi hati gadis itu.
Pek Soh-gie tetap tenang dan air mukanya sedikitpun tidak beruba, mukanya yang cantik dengan
biji matanya yang bening dan jeli memandang wajah Jin Hian penuh kehalusan dan ketenangan,
begitu halus dan tenang keadaannya sehingga mengherankan semua orang yang hadir disitu.
Beberapa waktu kemudian, tangan Jin Hian yang mencengkeram bahu Pek Soh-gie nampak
gemetar keras, cahaya matanya yang bengis bagaikan iblis kian lama kian bertambah kalut dan
kacau tak karuan, mukanya berkerut kencang…. akhirnya dia menundukan kepala, menghela
napas dan berdiri termangu-mangu, lama sekali tak mengucapkan sepatah katapun jua.
Tiba-tiba terdengar Yan sat It koay berseru, “Pek Soh-gie masih gadis psrawan, sedang Bong ji
dengan pembunuh itu pernah melakukan hubungan badan…. aku rasa urusan ini agak sedikit
tidak beres….”
Walaupun Pek Soh-gie berwajah cantik jelita bagaikan bidadari yang baru turun dari kahyangan,
namun dandanannya sederhana dan biasa sekali, dari tubuhnya terpancar pula kehalusan budi
serta keramah tamahan yang begitu meyakinkan, membuat barang siapa pun yang melihat tentu
tak akan percaya kalau dia adalah seorang pembunuh.
Jin Hian berpengalaman luas dan berpandangan luas, tentu diapun mengetahui bahwa Pek Sohgie
masih perawan suci, atau dengan perkataan lain tak mungkin dia adalah pembunuh yang
membunuh putranya serta mencuri barang berharga.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
543
Dengan sepasang alis berkerut Sim kian segera berseru, “Aku lihat di dalam persoalan ini tentu
ada orang yang sengaja membolak balikkan duduk perkara….”
Tiba-tiba terdengar Pek Soh Gi berkata, “Apakah engkau adalah Jin locianpwee?”
Jin Hian melototkan matanya bulat-bulat, setelah menenangkan hatinya dia mengangguk.
“Sedikirpun tidak salah, akulah Jin Hian engkau ada perkataan apa yang hendak disampaikan?”
“Boanpwee belum pernah menyeberangi sungai Huang-ho menuju keutara, dan akupun belum
pernah membunuh orang….”
Jin Hian menggertak giginya kencang-kencang sehingga berbunyi gemerutukan, tiba-tiba ia
berpaling ke arah gua kuno itu sambil bentaknya keras-keras, “Hoa Thian-hong! Kalau engkau
tak menunjukkan diri lagi, janganlah salahkan kalau aku akan bertindak kasar kepadamu!”
Rupanya pikiran jago tua ini sedang kacau sekali, selesai mengucapkan kata-kata tersebut dia
segera ulapkan tangannya kepada seorang pengawal golok emas yang berada disisinya sambil
membentak.
“Lepaskan anak panah!”
Kiranya kawanan pengawal golok emas itu kecuali menyoren sebilah golok bergagang emas yang
besar, pada pinggang masing-masing menyandang pula gendewa serta anak panah yang
berujung bulat telur, sekilas memandang siapapun tahu kalau anak panah yang mereka siapkan
adalah panah-panah berapi.
Setelah mendapat perintah dari Jin Hian, buru-buru pengawal golok emas itu menyiapkan
gendewa dan mengambil anak panah, setelah membakar ujungnya panah tersebut segera
dibidikkan ke dalam gua, Sreeet….! Serentetan cahaya api dengan cepat meluncur masuk ke
dalam gua yang gelap itu.
Gelak tertawa berkumandang memecahkan kesunyian, sambil menjepit batang anak panah itu
dengan ketiga jari tangannya, perlahan-lahan Hoa Thian-hong munculkan diri dari dalam gua
diiringi Tio Sam-koh serta Hoa In dibelakangnya.
Pepatah mengatakan: Budha harus memakai emas dan manusia harus memakai pakaian,
kemarin baju yang dikenakan Hoa Thian-hong tidak komplit dan keadaannya mengenaskan
sekali, sebaliknya hari ini dengan pakaian yang baru serta pedang baja tersoren di atas
pinggang, keadaannya nampak begitu gagah dan mengagumkan.
Liong bun siang sat baru pertama kali ini bertemu dengan Hoa Thian-hong, menyaksikan
sikapnya yang gagah tanpa terasa mereka mendengus dingin.
Pek Soh Gi segera mementang matanya yang jeli ketika menyaksikan kemunculan Hoa Thianhong
dari dalam gua, dengan hati kejut bercampur girang serunya, “Oooh….! ternyata Hoa toako
benar-benar terlepas dari mara bahaya, ketika Ciu locianpwee mengatakan hal itu kepadaku, aku
masih tidak berani untuk mempercayainya!”
Hoa Thian-hong tertawa dengan wajah minta maaf, ujarnya, “Aku tak mampu menyelamatkan
jiwa nona, kalau diingat benar-benar menyesal sekali!”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
544
“Hoa toako tak usah sungkan-sungkan”
Hoa Thian-hong segera memberi hormat kepada Jin Hian, lalu bertanya.
“Ketua Jin, kau memanggil diriku keluar entah ada urusan apa?”
Jin Hian tertawa seram.
“Heeeh…. heeeh…. heeeh…. harap Hoa Lo te suka menyampaikan kepada ibumu, katakanlah
kalau aku ada urusan hendak bertemu dengan dirinya”
“Ketua Jin sebagai pemimpin dari suatu perkumpulan besar, sudah sepantasnya kalau ibuku
menemui dirimu dengan segala kehormatan,” kata Hoa Thian-hong dengan wajah serius….
sayang sekali dia orang tua sedang berlatih suatu ilmu dan tak mungkin untuk keluar dari gua,
karena itu aku mohon ketua Jin bisa memakluminya dan boanpwee mewakili ibuku minta maaf
yang sebesar-besarnya”
Mendengar perkataan itu, Jin Hian segera berpikir di dalam hati, “Jadi kalau begitu, orang yang
bersembunyi di dalam gua benar-benar adalah bininya Hoa Goan Sin….!”
Berpikir sampai disini, sorot matanya segera menyapu sekejap ke arah Pek Soh Gi dan berkata
kembali, “Nasib aku orang she Jin memang benar-benar buruk, sudah begini tua harus
kehilangan satu-satunya putera tunggalku…. aaai! Sampai sekarangpun aku masih belum
mengetahui macam apakah pembunuhnya, apakah dia laki atau perempuan, cantik atau jelek….
kecuali Hoa loo te, tak ada orang lain yang, mengetahui lagi”
Hoa Thian-hong termenung dan membayangkan kembali keadaan pada saat terjadinya peristiwa
itu, kemudian ia menjawab, “Aku rasa pembunuh itu sudah mempunyai susunan rencana yang
amat masak, pergi datangnya bukan saja menutupi raut wajah dengan kain hitam bahkan diapun
minta kepada putramu untuk melarang semua orang melakukan pengintaian, dari sini memang
bisa ditarik kesimpulan bahwa cuma aku seorang yang pernah mengetahui raut wajah aslinya”
Ia berhenti sebentar, sesudah termenung, sambungnya lebih jauh, “Aaaai….! Meskipun aku
pernah bertemu dengan raut wajah sang pembunuh, tapi kalau dipikir lebih seksama maka aku
rasa belum tentu yang kusaksikan adalah raut wajahnya yang sebenarnya”
“Hmmm! apakah engkau punya mata tak berbiji?” sindir Sim Gui malaikat kedua dari Liong bun
siang sat dengan nada dingin.
Air muka Hoa Thian-hong berubah membesi, tegurnya, “Aku rasa engkau tentulah malaikat
kedua dari Liong-bun bukan? Huuh….! Sebagai seorang angkatan tua dari dunia persilatan, kalau
bicara mengapa tak tahu adat dan sopan santun? Munekinkah engkau tak pernah mendapat
pendidikan?”
“Hmmm! Kalau engkau menganggap aku tak tahu adat, panggil saja ibumu suruh dia yang
menuntut kepadaku….”
Hoa Thian-hong tertawa dingin.
“Engkau anggap aku tak mampu untuk menuntut dirimu?” ejeknya.
Baik Liong bun siang sat maupun Yan-san It-koay semuanya merupakan jago-jago lihay yang
mengerubuti Hoa Goan Sin ketika dilangsungkan pertemuan besar Pak beng Hwee, atau dengan
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
545
perkataan lain mereka adalah musuh besar pembunuh ayahnya dari Hoa Thian-hong.
Walaupun pemuda itu tetap memegang teguh pesan ibunya yang mengharuskan dia
mengesampingkan masalah pribadi lebih dahulu, akan tetapi setelah berjumpa dengan musuh
besarnya tak urung hawa kegusaran bergelora juga di dalam dadanya.
Malaikat kedua Sim Kian sebagai seorang jago yang amat lihay tentu saja tidak pandang sebelah
matapun terhadap diri Hoa Thian-hong, dengan sorot mata berkilat serunya sambil tertawa
seram.
“Bajingan cilik yang tak tahu diri, akan kutangkap dirimu lebih dahulu…. akan kulihat ibumu akan
unjukkan diri atau tidak?”
Sambil berkata ia menerjang maju ke depan, kelima jari tangannya bagaikan cakar garu dan
segera mencengkeram dadanya.
Hoa In yang berada dibelakang, pemuda ini segera mendengus dingin, sambil ayun telapaknya
melancarkan serangan ia segera menerjang maju ke depan.
“Hey, tua bangka! apakah engkau adalah Hoa In?” bentak Sim Ciu dengan alis berkerut.
Tubuhnya menerjang maju ke depan, dan diapun mengirim satu pukulan pula kemuka.
“Hmm! Kalau benar, ada apa?”
Sementara pembicaraan masih berlangsung kedua orang itu sudah saling membentur satu sama
lainnya untuk kemudian berpisah kembali, dalam benturan itu tubuh Sim Ciu terdesak mundur
kembali ke belakang, sedangkan Hoa In tetap menghadang dimulut gua, sepasang kakinya
terpantek di atas tanah dan sedikitpun tak bergeser.
Dalam pada itu, Jin Hian telah berpikir di dalam hati.
“Pek Soh Gi tidak mirip pembunuh yang melakukan pembunuhan berdarah tersebut, dan Bong ji
sudah pasti bukan mati ditangannya…. kalau tidak urusan tentu tak akan beres-beres….”
Berpikir sampai disini, kepada Yan-san It-koay serta Sim Kian segera ujarnya, “Aku harap lo koko
berdua suka membayangi diriku dari samping arena, aku hendak bertempur beberapa gebrakan
melawan Hoa loo-te tersebut”
“Cong Tang-kee, mengapa kau harus turun tangan sendiri?” seru Sim Kian dengan cepat….
biarlah aku orang she Sim yang mewakili dirimu!”
Habis berkata ia segera berjalan menuju kemulut gua.
Pada saat itu Hoa Thian-hong sekalian masih berdiri berjejer di depan mulut gua, meskipun
pertarungan antara Hoa In melawan Sim Ciu berlangsung dengan serunya, namun tak
seorangpun yang bersedia tinggalkan tempat kedudukan mereka, kalau ditinjau keadaan tersebut
jelas membuktikan bahwa beberapa orang itu hendak mempertahankan mulut gua itu matimatian
dan tidak memberi kesempatan pada musuhnya untuk masuk ke dalam gua.
Ketika menyaksikan Sim Kian berjalan menghampiri Hoa Thian-hong, tiba-tiba Tio Sam-koh
menyikut si anak muda itu sambil membentak keras, “Seng ji, mundur selangkah ke belakang!”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
546
Luka yang diderita Hoa Thian-hong belum sembuh, ia tak berani secara gegabah menggunakan
tenaga murni, lagipula pemuda itupun menyadari bahwa kekuatannya masih belum mampu
menandingi Sim Kian, maka tanpa banyak bicara lagi ia mundur selangkah ke belakang dan
bersembunyi di belakang Hoa In serta Tio Sam-koh.
Sementara itu perempuan she Tio yang berangasan ini tidak menunggu Sim Kian turun tangan
lebih dahulu, ia segera putar sen jata toyanya dan disapu ke arah depan.
Permainan toyanya benar-benar dahsyat, ibarat harimau yang gila, desiran angin tajam
menderu-deru memenuhi angkasa, ujung toya de ngan cepatnya meluncur keuepan dan
menghantam dada Sim Kian.
Menyaksikan datangnya serangan yang begitu dahsyat, buru-buru orang she Sim itu meluncur ke
samping dengan ilmu Tay im sin jiau ia balas melancarkan sebuah serangan.
Dalam waktu singkat Liong bun siang sat, Tio Sam-koh serta Hoa In terlibat dalam dua
pertarungan yang amat seru, masing-masing pihak berusaha merebut posisi di atas angin dan
merobohkan musuhnya dengan cepat, angin pukulan menderu-deru bayangan telapak berlapislapis,
ilmu Tay im sin jiau dari Liong bun Siang sat menimbulkan desiran tajam yang memekikkan
telinga, masing-masing pihak mengeluarkan kepandaiannya yang terampuh untuk merobohkan
lawannya.
Hoa Thian-hong yang berdiri dimuka gua hanya terpaut tiga lima langkah dari keempat orang itu,
sementara pandangan matanya terasa kabur dan memusingkan kepala…. tiba-tiba terdengar
desiran angin tajam meluncur datang ke arahnya, tahu-tahu sebatang anak panah berapi telah
melurcur di depan mata….Anak panah berapi itu meluncur datang dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat, Hoa Thian-hong merasa amat terkejut dan buru-buru menyingkir setengah depa
ke samping, tangannya dengan cekatan berkelebat kemuka menangkap gagang panah tersebut.
Sreeet….! Sreeet….! desingan tajam kembali berkumandang memecahkan kesunyian, puluhan
batang anak panah berapi pada saat yang bersamaan meluncur datang, sekilas memandang
terlihatlah panah-panah itu bagaikan bintang api yang meletus di udara membuat sekeliling
tempat itu segera berubah jadi merah.
Hoa Thian-hong segera menggerakkan panah yang berada di dalam genggamannya untuk
memukul rontok anak panah berapi yang berhamburan bagaikan hujan gerimis itu.
Ketika ia menengok ke arah depan, tampaklah para pengawal golok emas telah menancapkan
obornya ke atas tanah, saat itu mereka semua sedang mementang gendewa dan membidikkan
anak panah ke arahnya.
Haruslah diketahui para pengawal golok emas itu adalah jago-jago lihay yang sempurna di dalam
hal tenaga dalam, dalam melepaskan bidikan anak panahnya itu mereka telah sertakan pula
hawa murni yang amat besar.
Hoa Thian-hong berjaga dimulut gua dan sama sekali tak berani bergeser dari tempat semula,
dengan sendirinya ia harus berusaha menyampok rontok setiap anak panah yang melurcur ke
arahnya, pekerjaan semacam ini boleh dikata payah dan banyak memakan tenaga.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
547
Jin Hian memberikan perintahnya dari samping, ketika menyaksikan semua panah yang dibidikan
ke arah gua berhasil dipukul rontok semua, tiba-tiba ia meminta gendewa itu dari seorang anak
buahnya dan langsung membidikkan sebatang anak panah ke arah si anak muda itu.
Sreeet….! cahaya api berkilat diiringi desiran angin tajam, kepala panah dengan cepat
menyambarnya lewat dari depan dada Hoa Thian-hong tidak lebih satu dua cun di atas
tubuhnya.
Si anak muda itu berseru kaget, panah di tangannya segera digetarkan kemuka dan sekuat
tenaga menangkis datangnya ancaman tersebut.
Kraaak….! di tengah benturan keras, dua batang anak panah itu segera tergetar patah jadi
puluhan bagian yang kecil dan berceceran di atas tanah.
Sreet! Sreet! di tengah berhamburannya hujan panah, Jin Hian kembali melepaskan pula dua
bidikan ke dalam gua.
Cukup didengar dari desiran angin yang jauh lebih tajam dari panah-panah lain, Hoa Thian-hong
mengetahui bahwa dua batang anak panah tersebut dibidikkan sendiri oleh Jin Hian, dalam
gugupnya ia segera menyambar dua batang panah musuh yang sedang meluncur datang dan
sekuat tenaga disambitkan ke arah panah-panah yang dilancarkan Jin Hian itu.
Traaang….! empat batang anak panah kembali patah jadi beberapa bagian yang kecil.
Tiba-tiba…. sreet! Sepasang panah berapi yang amat tajam meluncur datang melewati atas
kepala Hoa Thian-hong dan langsung meluncur masuk ke dalam gua….
Anak panah tersebut dibidik sendiri oleh Jin Hian, Hoa Thian-hong yang sedang ayun sepasang
telapaknya untuk menyampok datangnya hujan panah sama sekali tak mampu menghadang
datangnya desiian panah berapi yang sedang meluncur ke dalam gua itu.
“Blaaam….!” ledakan keras menggetarkan seluruh bumi, ketika hawa yang mengandung gas
racun itu bertemu dengan jilatan api, se ketika terciptalah serentetan cahaya api yang
menyelimuti seluruh angkasa.
Hoa Thian-hong terkejut bercampur gelisah, ketika ia sedang menguatirkan keselamatan dari
ibunya, tiba-tiba dari dalam gua berkumandang keluar suara dari Hoa Hujien yang dingin dan
berat, “Minggir semua!”
Hoa Hujien adalah orang yang paling dihormati oleh Tio Sam-koh, Hoa Thian-hong serta Hoa In
tentu saja tak usah dikatakan lagi, mendengar perkataan itu tanpa berpikir panjang lagi ketiga
orang itu segera tinggalkan musuh-musuhnya dan meloncat ke samping.
Blaaaam…. ledakan dahsyat bagaikan meletusnya gunung api menggeletar di angkasa,
hembusan udara panas yang bercampur dengan jilatan api segera meluncur keluar dari balik
gua.
Liong bun siang sat sendiri meskipun mendengar seruan dari Hoa Hujien, namun ia tak pernah
menyangka kalau dari balik gua bakal menyembur keluar cahaya api yang begitu panas dan
dahsyat, dalam kejutnya, sekuat tenaga ia loncat mundur ke belakang.
Untung kepandaian silat yang dimiliki kedua orang ini sangat lihay dan luar biasa sekali, hingga
badannya tidak sampai terjilat oleh hembusan api yang amat keras itu.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
548
Dalam waktu singkat jilatan api yang berada di dalam gua itu sudah padam dan lenyap tak
berbekas, akan tetapi rumput serta ilalang yang tumbuh diluar gua segera terjilat api dan
terjadilah kebakaran besar.
Hoa Thian-hong serta Tio Sam-koh sekalian saling berpandangan dengan mulut melongo,
meskipun mereka tahu bahwa kebakaran yang terjadi di sekitar tempat itu akan mengakibatkan
kebakaran hutan yang hebat, tapi karena musuh tangguh ada di depan mata sementara angin
gunungpun berhembus kencang, maka sekalipun ada maksud memadamkan kebakaran itu sudah
tak bakal sempat lagi….
Liong bun siang sat sendiripun merasa terkejut bercampur curiga, dari pancaran api yang
memantul keluar gua diiringi desiran angin tajam, mereka tahu bahwa hal ini pastilah disebabkan
oleh dorongan tenaga pukulan seseorang yang amat keras, seandainya angin pukulan itu
dilancarkan oleh Hoa Hujien maka dapat dibayangkan sampai dimanakah kelihayan perempuan
itu, kendatipun Liong bun siang sat merasa yakin akan kemampuannya tak urung mereka merasa
bergidik juga.
Jin Hian jauh lebih terperanjat lagi, teringat akan keadaan nenek buta yang terhantam sampai
pingsan ketika nenek memasuki gua pagi tadi, diam-diam ia merasa bergidik dan rasa waswaspun
semakin dipertebal.
Tetapi bagaimanapun juga dia adalah seorang pemimpin dari suatu perkumpulan besar, sebelum
bertemu dengan Hoa Hujien dan mengetahui keadaan yang sebenarnya tentu saja ia tak mau
mundur dengan begitu saja.
Setelah berpikir sebentar, ia segera memberi hormat ke arah gua dan berkata dengan suara
lantang, “Jin Hian dari perkumpulan Hong-im-hwie sengaja datang berkunjung, Hoa Hujien….”
Hoa Thian-hong sendiripun merasa terkejut bercampur curiga, ia tak tahu dengan cara apakah
ibunya memaksa keluar jilatan api yang berkobar di dalam gua tersebut, dia ingin sekali masuk
ke dalam gua untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, maka ketika Jin Hian mengucapkan
kata-kata itu, dia segera menukas, “Sekarang ibuku masih bertapa, jika ketua Jin Hian bertemu
harap tunggu sebentar, aku akan segera memberi laporan”
“Kalau begitu merepotkan,” ujar Jin Hian dingin.
Hoa Thian-hong segera masuk ke dalam gua, di tengah hembusan hawa gas yang menusuk
hidung buru-buru ia terjang masuk ke tempat ibunya bertapa.
Kabut hitam yang menyelimuti ruang gua membuat suasana bertambah gelap, sekalipun diluar
gua suasana terang benderang tapi keadaan digua tetap gelap gulita sehingga lima jari
sendiripun tak dapat dilihat.
Hoa Thian-hong segera jatuhkan diri berlutut disisi ibunya, lalu menegur dengan suara lirih.
“Ibu, bagaimana keadaanmu? tidak apa-apa bukan?”
Hoa Hujien geleng kepala.
“Aku sudah paksakan diri untuk menggunakan hawa murni, sekarang harus segera bersemedi
untuk memulihkan kembali tenagaku, kalau tidak maka aku akan mengalami jalan api menuju
neraka,” katanya serak.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
549
Setelah berhenti sebentar dia menengok sekejap keluar gua dan menyambung lebih jauh”
“Kebakaran telah melanda luar gua, hal itu akan memancing datangnya para jago dari
perkumpulan Sin-kie-pang serta Thong-thian-kauw, engkau berusahalah untuk mengulur waktu
beberapa jam lagi, aku rasa sampai tengah malam nanti keadaan ku akan tidak berbahaya lagi”
Hoa Thian HoDg mengiakan berulang kali, tiba-tiba ia temukan kabut putih mengepul keluar dari
atas ubun-ubun ibunya, keringat membasahi seluruh tubuhnya, cepat-cepat ia menyeka keringat
ibunya dengan ujung pakaian kemudian muncul kembali dari balik gua, Ketika dilihatnya Hoa
Thian-hong muncul kembali di mulut gua, dengan sepasang mata yang tajam Jin Hian menatap
wajahnya tanpa berkedip.
Secara tiba-tiba pemuda itu merasakan pandangan mata orang ini buas bagaikan srigala dan
sangat tak sedap dirasakan dalam hati, diapun segera menyadari bahwa Jin Hian adalah seorang
manusia yang sangat berbahaya dan licik sekali, ancaman terhadap dirinya sama sekali tidak
berada di bawah Thong-thian Kaucu .
Terdengar Jin Hian tertawa dan berkata.
“Hoa loo te, ibumu pasti masih mendendam kepada kami karena peristiwa di pertemuan Pak
Beng hwee tempo dulu, sehingga sekarang tidak bersedia menjumpai kami manusia-manusia
kasar dari dunia persilatan”
Dengan pandangan yang tajam Hoa Thian-hong melirik sekejap ke arah bukit karang di
sekelilingnya, ketika dilihatnya di bawah kobaran cahaya api tak nampak sesosok bayangan
manusiapun yang muncul disitu, dengan wajah serius segera ujarnya.
“Ketua Jin harap maklum, sebenarnya ibuku akan keluar dari gua untuk menyambut sendiri
kedatanganmu, tapi berhubung saat ini beliau sedang berlatih ilmu maka maafkanlah bila ibuku
tak bisa menemui kalian”
Bicara sampai disini ia segera memberi hormat dan melanjutkan, “Ibuku memerintahkan aku
untuk mewakili beliau menyambut kedatangan ketua Jin, harap ketua Jin suka masuk ke dalam
gua, tapi karena tempat kami terlalu sempit dan tak bisa menyambut pula saudara-saudara yang
lain, harap para enghiong lainnya suka memaafkan”
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, Tio Sam-koh dan Hoa In segera berdiri tertegun.
Mereka tidak habis mengerti, sekarang Hoa Hujien toh sedang berlatih ilmu kenapa Jin Hian
dipersilahkan masuk kedalam? Karena kebingungan dan tak habis mengerti, maka sorot mata
yang tajam segera dialihkan ke arah si anak muda itu.
Hoa Thian-hong tetap berlagak pilon dan sama sekali tidak menggubris kedua orang rekannya,
malahan dengan tenang ia menantikan Jin Hian untuk masuk ke dalam gua, Kendatipun Jin Hian
adalah seorang jago kawakan yang banyak pengalaman, berada dalam keadaan begini diapun
jadi ragu-ragu dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
Diam-diam ketua dari perkumpulan Hong-im-hwie ini segera berpikir.
“Perempuan itu tersohor karena kekerasan hatinya, ketegasan tindakannya serta tingkah lakunya
yang sukar diduga. Hmm! Hmm! ditinjau dari sikapnya siang hari tadi ketika dia memerintah
bangsat ini untuk membokong nenek buta, tindakan tersebut sudah melanggar semangat jantan
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
550
seorang pendekar ditambah pula ketika turun tangan membokong nenek buta yang merupakan
tindakan melanggar peraturan Bulim…. sekarang ia hendak gunakan akal licik untuk mencelakai
pula dirimu….Hmm….Hmm…. aku adalah manusia macam apa? tidak mungkin aku akan bersedia
masuk perangkapmu”
Berpikir sampai disini sirnalah niatnya untuk memasuki gua, tetapi karena dia sendirinya yang
bermaksud untuk menemui Hoa Hujien, bila tak berani masuk ke dalam gua tentu akan
dipandang remeh orang, maka dalam keadaan yang serba salah ia segera berpaling ke arah Yansan
It-koay serta Liong bun Siang sat.
Kedudukan ketiga orang itu dalam perkumpulan bagaikan seorang tiongloo dalam perguruan.
kedudukannya tinggi dan sangat terhormat melebihi jabatan Jin Hian sendiri.
Sekarang ketika dilihatnya Jin Hian berpaling ke arah mereka dengan maksud bertanya, sorot
mata dengan cepat saling bertukar pandangan cuma tiada sesuatu jalanpun yang berhasil
mereka dapatkan.
Malaikat kedua Sim Ciu adalah seorang yang jumawa dan bengis, melihat Jin Hian dibikin serba
salah dia jadi naik pitam dan kebuasannya menyelimuti seluruh wajah, dengan kepala diangkat
ke atas ia maju ke arah mulut gua dan serunya dengan dingin, “Sudah banyak manusia aneh dan
pendekar sakti yang kutemui, Hujien ini benar-benar tidak pandang sebetah matapun terhadap
kita semua”
Tio Sam-koh berjaga-jaga di depan Hoa In, melihat orang itu maju ke depan ia segera
mengetahui banwa pihak lawan ada maksud hendak masuk ke dalam gua, dengan gusar ia
lantas menatap wajah orang itu sementara suara tertawa dingin bergema tiada hentinya, bila
Sim Ciu berani berjalan makin dekat maka segera dia akan turun tangan.
Hoa Thian-hong sebenarnya sedang menjalankan siasat untuk menakut-nakuti musuhnya,
kendatipun Jin Hian berani menerima undangannya, dengan seorang diripun belum tentu ia
ijinkan musuhnya masuk kedalam, apa lagi setelah dilihatnya orang yang mendekati gua adalah
Sun Ciu, diam-diam hawa murninya dihimpun ke dalam telapak dan siap menghadapi segala
kemungkinan yang tidak diinginkan.
Siapa tahu Sim Ciu pun sedang berpikir di dalam hati, “Perempuan itu bersembunyi di dalam gua
entah permainan setan apakah yang sedang ia persiapkan? Nama besarku didapat dengan susah
payah dan harus berjuang selama setengah abad lamanya, buat apa aku musti menempuh mara
bahaya yang sama sekali tak ada gunanya itu? Bila bangsat cilik itu berhasil kutangkap,
bukankah tidak sukar untuk memaksa dia untuk mengaku….?”
Berpikir sampai disini, ia segera mendekati Hoa Thian-hong, tiba-tiba sambil tertawa seram
dengan ilmu Tay im sin jiau ia lancarkan sebuah cengkeraman kilat kemuka.
Hoa Thian-hong tertawa dingin, ia mengegos ke samping meloloskan diri dari cengkeraman Sim
Ciu, kemudian jari tangan kanannya dikeraskan bagaikan tombak dan balas menyerang ke
depan.
Inilah jurus ‘menyerang sampai mati’ dari ilmu tujuh kupasan dari Ci yu, bukan saja lihay dalam
serangan, hebat pula dalam tenaga.
Bagi kedua orang yang sama-sama mempunyai maksud tertentu, serangan yang dilancarkan
bagaikan guntur membelah bumi di siang hari bolong ini masih belum terasa seberapa lain
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
551
keadaannya dengan para penonton yang berada disisi arena, mereka jadi amat terperanjat
sehingga air mukanya berubah hebat.
Di tengah desingan suara tajam, Hoa Thian-hong serta Sim Ciu bersama-sama loncat mundur ke
belakang, kendatipun tidak sampai terluka, namun jantung mereka berdua sama-sama berdebar
keras karena emosi.
Dengan cepat Hoa In loncat ke depan Hoa Thian-hong sambil tegurnya dengan suara gelisah,
“Siau Koan-jin, kenapa kau?”
“Aku tidak apa-apa!”
Sambil berkata, empat buah mata bersama-sama melirik ke arah pinggangnya, di atas jubah
warna biru yane baru kini sudah bertambah dengan tiga buah bekas cakar tangan yang nyata.
Sedari tadi Hoa In sudah terkesiap sehingga keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh
tubuhnya, kini setelah rasa kagetnya agak berkurang dengan hawa amarahnya yang berkobar, ia
membentak keras, “Setan tua she Sim, kalau punya kepandaian ayoh adu kekuatan dengan
diriku akan kusuruh engkau rasakan sampai dimanakah kelihayan dari ilmu silat perkampungan
Liong soat Sanceng!”
“Huuuh….! engkau situa bangka bangkotan punya kepandaian apa?” ejek Sim Ciu dengan nada
menghina, berani benar engkau menantang diriku untuk bertarung, rupanya engkau sudah bosan
hidup?”
Hoa In mendengus dengan gusarnya, sepasang telapak diayun ke depan sementara tubuhnya
menerjang dengan hebatnya.
Diluaran Sim Ciu bicara dengan enteng dan seenaknya, padahal ia tak berani bertindak gegabah,
setelah mengenos dari serangan lawan tubuhnya berebut maju ke depan dan sekuat tenaga
mendahului musuhnya dengan satu sodokan maut, dalam waktu singkat terjadilah suatu
pertempuran yang amat seru, masing-masing pihak mengeluarkan segenap kemampuannya
untuk berusaha merobohkan lawannya secepat mungkin.
Setelah mengikuti jalannya pertarungan itu beberapa saat, Hoa In Hong mengetahui bahwa
pertarungan itu tak akan berakhir dalam satu dua ratus jurus, sinar matanya segera dialihkan ke
arah yang lain, ia lihat fajar telah menyingsing di ufuk sebelah Timur, segera pikirnya, “Ibu
memerintahkan aku untuk mengulur waktu, sekarang fajar sudah hampir menyingsing, semoga
saja dalam tiga jam terakhir jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi”
Baru saja ingatan tersebut berkelebat lewat dalam benaknya, tiba-tiba dari tepi seberang muncul
kembali belasan sosok bayangan manusia yang mana dengan cepatnya berlari mendekat.
Dalam pada itu kobaran api telah membakar rumput ilalang yang lebat dan tingginya mencapai
sedada manusia, jilatan api yang amat besar menyebar keempat penjuru menimbulkan
kebakaran yang amat besar, sepanjang pandangan mata yang terlihat hanya tanah gersang yang
berwarna hitam karena hangus….
Dalam waktu singkat belaian orang yang munculkan diri itu sudah berada di depan mata,
ternyara mereka adalah para jago lihay perkumpulan Sin-kie-pang.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
552
Orang pertama yang memimpin rombongan para jago itu bukan lain adalah kunsu atau juru pikir
dari perkumpulan Sin-kie-pang yakni Cukat beracun yau sut, dibelakangnya mengikuti dua belas
orang jago yang semuanya terdiri dari para pelindung hukum perkumpulan.
Bsgitu tiba di tempat tujuan, dengan pandangan yang tajam Cukat beracun Yau Sut menyapu
sekejap suasana disekeliling arena tersebut, kemudian sorot matanya yang tajam dialihkan ke
atas tubuh Pek Soh-gie.
Begitu melihat hadirnya Yau Sut di tempat itu Hoa Thian-hong segera teringat kembali
pengalamannya sewaktu berada ditepi sungai Huang-ho tempo hari, orang inilah yang telah
menusuk tubuhnya dengan jarum pengunci sukma Soh hun sin ciam, dan ia pula yang memaksa
dirinya menelan teratai racun empedu api untuk melakukan bunuh diri. Tanpa terasa pikirnya di
dalam hati.
Keadaan dari manusia berhati racun ini masih juga seperti sediakala, sayang tubuhku masih
terluka…. kalau tidak aku ingin se kali memberi pelajaran kepadanya!”
Dalam pada itu, Cukat racun Sut telah memberi hormat dan menyapa sambil tertawa nyaring,
“Ketua Jin, baik-baik-baikah engkau? Sudah lama kita tak pernah berjumpa”
“Yau heng, selamat bertemu,” sahut Jin Hian sambil balas memberi hormat. Sinar mata Cukat
beracun Yau Sut menyapu sekejap wajah Yan-san It-koay serta Sim Kian, tapi ketika dilihatnya
kedua orang itu sama sekali tidak menggubris dirinya bahkan malah menonton jalannya
pertarungan antara Sim Ciu dengan Hoa In, maka diapun tidak menyapa kedua orang itu
sebaliknya alihkan kembali sorot matanya ke arah Hoa Thian-hong,
Sambil tertawa ia memberi hormat dan tegurnya.
“Hoa kongcu, sejak berpisah apakah engkau berada dalam keadaan baik-baik saja? Apakah
masih ingat dengan aku orang she Yau?”
“Aku tak berani melupakan dirimu!” jawab Hoa Thian-hong sambil tertawa hambar.
Air muka Cukat beracun Yau Sut segera berubah amat serius, tiba-tiba ujarnya, “Apakah nona ini
adalah nona Pek Soh Gi dari perkumpulan kami?”
“Sedikitpun tidak salah” sahut Pek Soh Gi sambil membentangkan biji matanya yang jeli,
“keponakan bukan lain adalah Pek Soh Gi, siapa paman? Apakah engkau adalah Cukat beracun?”
Melihat gadis itu mendadak membungkam, Cukat beracun Yau Sut segera tertawa nyaring.
“Benar, aku adalah Cukat beracun Yau Sut, sudah lama aku mengabdi pada pangcu dan nona Gi
dibesarkan oleh kami!”
“Oooh…. rupanya paman Yau, maaf kalau tit-li kurang hormat” sambil berkata Pek Soh Gi hendak
maju ke depan, tapi pergelangannya terasa mengencang ketika ia berpaling maka terlihatlah
orang yang mencekal pergelangannya bukan lain adalah Jin Hian.
Bentak-bentakan gusar berkumandang dari arah belakang, belasan orang jago yang berada di
belakang Yau Sut dengan amat gusarnya siap melakukan terjangan ke arah depan.
Cukat beracun Yau Sut sendiri tetap tenang, dia melintangkan tangannya menghadang anak
buahnya melakukan penyergapan.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
553
Sejak ia tiba disitu situasi yang terbentang sudah terlihat olehnya, ia tahu Pek Soh Gi berada
tidak jauh dari Jin Hian, asal dirinya turun tangan maka pihak lawan pasti akan mendahului
dirinya, maka setelah menyaksikan pergelangan Pek Soh Gi sudah di cengkeram Jin Hian, ia
semakin tak berani turun tangan secara gegabah.
0000O0000
38
SETELAH termenung sebentar Yau Sut segera mengerling sekejap ke arah kakek baju hijau yang
berada disampingnya, kakek baju hijau itu mengangguk, dari sakunya dia ambil keluar sebuah
bom udara dan segera dilepaskan ke udara.
Sreet…. blaam! Serentetan cahaya merah membumbung tinggi ke angkasa dan meledak dengan
kerasnya, serentetan bintang berwarna emas dengan cepat memancar keluar dan membentuk
sebuah panji besar, perlahan kerlipan cahaya itu melayang ke bawah dan lama sekali baru
lenyap.
Dalam sekejap mata dari tempat kejauhan berdentuman pula beberapa puluh ledakan bunga api
yang berbentuk sama.
Sim Ciu yang sedang melakukan pertarungan tiba-tiba membentak keras, dia lancarkan dua
pukulan dahsyat menggetar mundur musuhnya, kemudian diapun meloncat mundur pula ke
belakang.
Hoa In tarik kembali serangannya dan segera menegur dengan suara dingin, “Setan tua she Sim,
menang kalah toh belum berhasil ditetapkan, kenapa kau mengundurkan diri di tengah jalan?”
Sim Ciu menyeringai seram, “Tua bangka bangkotan, hanya mengandalkan beberapa jurus silat
kasaranpun berani pentang bacot dihadapanku, suatu ketika akan suruh engkau merasakan
kelihaianku”
Sorot matanya dialihkan ke atas wajah Cukat beracun Yau Sut, kemudian menambahkan,
“Engkaukah juru pikir dari perkumpulan Sin-kie-pang yang disebut orang Cukat beracun Yau
Sut?”
Cukat beracun tersenyum.
“Mana nama…. aku memang bernama Yau Sut, kata beracun secara dipaksakan masih dapat
kupakai, kalau kata Cukat sih tak berani kugunakan”
Ketika Hoa Thian-hong melihat Sim Ciu melepaskan Hoa In dan mencari gara-gara dengan Yau
Sut, hatinya jidi amat girang, pikirnya, “Andaikata kedua kekuatan besar itu saling bentrok dan
bertempur sehingga waktu bisa terulur lebih lama lagi, ibu pasti akan berhasil melepaskan diri
dari mara bahaya”
Tiba-tiba terdengar suara Sim Ciu berseru sambil tertawa seram.
“Yau Sut, kami Liong bun siang sat akan bernama kosong jika tindakan kami kalah beracunnya
kalau dibandingkan dengan diri mu, aku ingin menjajal apakah engkau benar-benar beracun
tidak?”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
554
Mendengar perkataan tersebut semua orang merasa tercengang, mereka tak tahu dengan cara
apakah Sim Ciu akau menjajal kepandaian Yau Sut, kecuali beberapa orang kepercayaan yang
merasa kuatir atas kejadian ini, semua orang diam-diam merasa girang sekali dengan terjadinya
peristiwa itu, sebab mereka ingin melihat Yau Sut dibikin malu.
Tapi Cukat beracun Yau Sut benar-benar lihay dan tidak malu menjabat kedudukan sebagai Kun
su, orang lain tak dapat menebak maksud hati Sim Ciu sebaliknya ia sudah dapat menduga apa
yang hendak dilakukan lawannya.
Tampak sepasang alisnya berkerut kencang dengan wajah murung serunya, “Engkaupun
merupakan seorang jago lihay yang amat tersohor di dalam dunia persilatan, kalau beraninya
hanya melukai angkatan muda apakah engkau tak takut akan ditertawakan oleh para enghiong
hoohan di kolong langit?”
Sim Ciu tertawa terbahak-bahak, dengan langkah lebar ia berjalan mendekati kesisi Pek Soh Gi,
kemudian sambil menempelkan telapaknya di atas punggung gadis itu, serunya sambil tertawa
seram.
“Yau Sut! aku perintahkan engkau untuk turun tangan membekuk batang leher bangsat cilik she
Hoa itu di dalam seratus jurus, andaikata perintah ini dapat kau penuhi maka aku akan bertukar
tawanan dengan dirimu, sebaliknya kalau engkau tak mampu, maka sekali bacok akan kubunuh
mati budak ini sehingga Pek loo ji akan bikin perhitungan dengan dirimu….”
“Sim Ciu!” bentak Hoa Thian-hong dengan alis berkerut, “aku orang she Hoa toh berada disini,
mengapa kau tak berani turun tangan sendiri?”
Tio Sam-koh takut suasana jadi bertambah kacau, mendengar ucapan tersebut dengan nada
dingin ia segera berseru, “Siapa yang akan turun tangan toh sama saja, apakah kalau Pek Siauthian
kematian putrinya maka engkau yang harus mengganti nyawanya?”
Hoa Thian-hong segera alihkan sorot matanya ke arah Pek Soh Gi, diam-diam ia menghela napas
dan berpikir, “Aaai…. nona itu berbudi luhur dan lemah lembut, tak tahunya bencana yang
menimpa dirinya ternyata beruntun…. ia benar-benar patut dikasihani….”
Walaupun berada dalam keadaan bahaya, sikap Pek Soh Gi masih tetap tenang sekali, air
matanya sama sekali tidak berubah, sesudah berpikir sebentar tiba-tiba ia bertanya, “Paman Yau,
sekarang ayahku berada dimana?”
Pada saat itu Cukat beracun Yau Sut sedang putar otak mencari akal untuk mengatasi persoalan
itu, mendengar pertanyaan tersebut segera menjawab, “Pangcu mendengar engkau sudah
terjerumus ke dalam kuil It-goan-koan, sekarang ia pergi mencari Thian Ik-cu untuk minta orang,
menurut Thian Ik-cu engkau sudah di culik oleh Ciu It-bong, maka setelah bertempur sebentar
kami berpisah untuk mencari diri mu….”
Karena kehabisan akal maka ia mengambil keputusan untuk mengulur waktu sambil menunggu
datangnya bala bantuan, maka setelah berhenti sebentar Cukat racun Yau Sut segera mendehem
ringan sambil berkata, “Untuk menghindari siasat licik dari Thian Ik-cu, sekarang pangcu sedang
melakukan pemeriksaan langsung ke dalam setiap too koan milik perkumpulan Thong-thiankauw,
sedangkan orang-orang dari pihak Thong-thian-kauw sedang mencari jejak dari Ciu Itbong,
sebenarnya Thian Ik-cu akan mengejar ke arah sini, tapi disebabkan mereka berhasil
menemukan jejak Ciu It-bong di tengah jalan, sekarang telah mengajar ke arah lain”
Mendengar perkataan itu Pek Soh-gie menghela napas panjang, gumamnya seorang diri.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
555
“Aaaai….! Untuk pertama kali keluar rumah, aku telah mendatang-kan banyak kerepotan bagi
semua orang sehingga membuat ayah jadi gelisah bercampur cemas, aku benar-benar seorang
anak yang tak berbakti!”
“Perubahan situasi dalam dunia persilatan bagaikan awan di tengah angkasa setiap perubahan
yang berlangsung sukar diramalkan sebelumnya, di dalam peristiwa ini engkau sama sekali tak
salah” sambung Cukat Racun dengan cepat.
Tiba-tiba terdengar malaikat kedua Sim Ciu menegur dengan suara dingin, “Yan Sut apakah
pembicaraan soal rumah tangga sudah selesai? Kalau engkau tidak turun tangan lagi, jangan
salahkan kalau tela pakku akan kudorong ke depan, waktu itu engkau tak usah menyesal yaa!”
“Kurang ajar orang ini, benar-benar memaksa aku untuk bertindak” pikir Yau Sut di dalam hati,
“dia anggap dari keluarga Hoa adalah seorang manusia yang gampang ditaklukkan? Hemm….
hemm…. kalau gampang sekali, akupun tidak nanti sudi menggunakan cara yang begini rendah
untuk mengulur waktu….”
Meskipun Cukat racun Yau Sut adalah seorang manusia cerdik dengan akal muslihat yang
banyak, namun saat itu dia dibikin kelabakan juga sehingga tak tahu apa yang musti dilakukan.
Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa ia keluar dari barisan dan perlahan-lahan berjalan
menuju ke depan gua.
“Paman Yau!” tiba-tiba Pek Soh-gie berseru lantang, “jangan sekali-kali kau turun tangan secara
gegabah, ketahuilah Hoa toako adalah sahabat karib dari adik Kun-gie, keponakan bersedia
mengorbankan jiwaku dari pada musti menyusahkan Hoa toako!”
Jilid 28
HOA THIAN-HONG yang ikut mendengar perkataan tersebut dalam hati ia merasa geli atas
kepolosan dara muda itu di dalam berpikir, pertama belum tentu dia adalah sahabat karib dari
Pek Kun-gie dan kedua belum tentu Cukat racun Yau Sut mampu membekuk dirinya, ia
bermaksud untuk membantah ucapan tersebut akan tetapi ketika ucapannya hendak melontar
keluar dari bibirnya mendadak ia telah kembali.
Sementara itu Cukat racun Yau Sut telah berkata, “Keponakanku, engkau tak usah kuatir! Selama
paman masih berada disini, tak seoanng pun akan mampu membinasakan dirimu”
“Heeeeeh…. heeehh…. heeeehh…. Yau Sut, aku nasehati kepadamu lebih baik kurangilah
pembicaraan yang tak berguna,” sela malaikat kedua Sim Ciu sambil menyeringai seram,
“ketahuilah aku tak berputera ataupun berputri, selama hidup aku tak pernah menerima murid
dan lagi melakukan pekerjaan tak pernah memikirkan tentang akibatnya, jika engkau tidak turun
tangan lagi maka aku segera akan beradu kekuatan dengan dirimu, akan kulihat engkau lebih
‘beracun’ ataukah aku yang lebih ampuh?”
Cukat racun Yau Sut adalah seorang jago yang mempunyai kedudukan tinggi sekali dalam
perkumpulan Sin-kie-pang, kecuali pangcu sendiri dia adalah orang yang memegang kekuasaan
dalam perkumpulan itu, dihari-hari biasa, nama serta perkataannya disegani orang jangan
dibilang ia sudah menyadari bahwa untuk menangkap Hoa Thian-hong bukanlah suatu pekerjaan
yang gampang, berada dihadapan orang banyak diapun tak sudi dirinya diperintah oleh malaikat
kedua Sim Ciu sehingga di kemudian hari ditertawakan banyak orang.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
556
Akan tetapi keselamatan jiwa Pek Soh-gie telah berada di tangan lawan, semua kecerdikannya
telah diperas untuk mencari suatu jalan keluar yang paling baik untuk menolong puteri
pangcunya ini sayang usahanya selalu gagal, sebagai seorang Kun su dari perkumpulan Sin-kiepang
tentu saja ia tak dapat berpeluk tangan belaka, untuk beberapa saat lamanya ia jadi serba
salah dan tak tahu apa yang musti dilakukan pada saat ini.
Setelah termenung beberapa saat lamanya, bukan marah dia malah tertawa tergelak, tiba-tiba
ujarnya dengan suara tegas, “Sim Ciu, engkau berkelana di dalam dunia persilatan lebih dahulu
sedang aku orang she Yau punya nama belakangan, seandainya engkau masih mempunyai
kegagahan sebagai seorang pria, silahkan datang kemari dan bertanding secara jantan dengan
aku orang she Yau, tidak mungkin kutampik keinginanmu itu sekalian kita lihat umur siapa yang
lebih panjang diantara kita, bagaimana? Bersedia bukan?”
“Bagus sekali!” bentak Hoa Thian-hong pula sambil tertawa, “Cukat racun, memandang dalam
beberapa patah kata yang barusan kau ucapkan, perselisihan diantara kita dimasa lampau aku
sudahi sampai disini saja!”
Kemudian pemuda itu berpaling ke arah malaikat kedua Sim Cui dan sambungnya lebih jauh.
“Sim Ciu! asal engkau berhasil menangkap Cukat racun, meskipun aku punya luka dibadan tentu
akan kulayani dirimu untuk bergebrak sebanyak beberapa jurus, kalau engkau merasa punya
cukup kepandaian, silahkan sekalian tangkap aku orang she Hoa!”
Sebagai seorang pemuda yang jujur dan berwatak gagah, pemuda itu merasa muak sekali
menyaksikan perbuatan Sim Ciu yang rendah dan tak tahu malu itu sehingga karena pengaruh
emosi, meluncurlah kata-kata tersebut.
Bagi orang lain yang mendengar, ucapan itu tidak menimbulkan reaksi apa-apa, tetapi bagi TÃo
Sam-koh serta Hoa In jadi kuatir se kali.
Perkataan seorang lelaki sejati berat laksana bukit, andaikata Sim Ciu benar-benar sanggup
mengalahkan Cukat Racun Yau Sut, maka dengan sendirinya Hoa Thian-hong harus tampil ke
depan untuk melayani tantangan dari Sim Cui, dengan dasar perjanjian yang dibuat lebih dahulu,
siapakah yang mampu untuk menghalang-halangi kejadian tersebut?
Malaikat kedua Sim Cui tak kuat menahan hasutan tersebut, ia segera bersiap-siap untuk
meloncat masuk ke dalam gelanggang serta melayani Cukat Racun, tetapi sebelum ia sempat
melangkah ke tengah gelanggang terdengarlah malaikat pertama Sim Kian dengan suara yang
dalam telah berseru, “Loo ji, julukan kita adalah sepasang malaikat, jangan kau layani hasutan
dari keparat cilik itu, lakukan saja apa yang kau ingin kaulakukan, jangan sekali-kali kau
termakan oleh jebakan bajingan itu.”
Mendengar teguran dari saudaranya, malaikat kedua Sim Cui segera berubah pendirian kembali,
ia tertawa aneh dan serunya kepada Cukat Racun Yau Sut.
“Cukat racun, ilmu silat kucing kaki tiga yang kau miliki itu sudah pernah kulihat ketika berada
dipertemuan besar Pak Reng hwe tempo hari, engkau tak usah kuatir! Setelah keparat cilik she
Hoa itu berhasil kau tangkap ataukah budak ingusan she Pek itu sudah keburu mampus, aku
pasti akan melayani dirimu untuk bergebrak sampai puas”
“Oooh….! rupanya ketika berada dalam pertemuan besar Pak Beng Hwee engkau sudah pernah
berjumpa dengan aku orang she Yau, aku masih mengira engkau benar-benar telah lupa,” ejek
Cukat racun dengan nada dingin.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
557
Berbicara sampai disini tiba-tiba ia berpaling dan ujarnya lagi, “Teng Loo huhoat, coba engkau
minta petunjuk beberapa jurus lebih dahulu dari Hoa kongcu!”
Semua orang tertegun mendengar perkataan itu, secara terang dan jelas malaikat kedua Sim Ciu
memerintahkan dia untuk bergebrak melawan Hoa Thian-hong, sebaliknya dia malah
memerintahkan seorang pelindung hukum untuk maju bertarung, bukankah tindakannya ini sama
sekali menyimpang dari maksud hati Sim Ciu yang sebenarnya?”
Terlihatlah seorang kakek berpakaian perlente meloncat maju ke tengah gelanggang, setelah
memberi hormat katanya, “Aku Teng Kong Li mohon petunjuk dari Hoa kongcu, harap kongcu
suka memenuhi harapanku ini!”
Sambil memegang toya bajanya Tio Sam-koh segera tampil keluar dari dalam gua, teriaknya
dengan gusar, “Engkau tak perlu berkaok-kaok, aku si nenek tua akan memberi petunjuk
kepadamu!”
Hawa amarah berkelebat dialas wajah Teng Kong Li namun tetap ia membungkam dalam seribu
bahasa, ketika serangan toya yang di lancarkan Tio Sam-koh telah menyapu datang, buru-buru
kakek tua itu meloncat mundur satu langkah ke belakang, dari balik bajunya dia ambil keluar
sebatang alat penotok jalan darah yang berwarna emas.
Setelah Tio Sam-koh melancarkan serangan gencarnya, terjadilah penarungan yang amat seru
antara dua orang jago lihay itu.
Mereka berdua yang menggunakan senjata berat dengan tenaga raksasa yang menimbulkan
deruan angin tajam, sedang pihak lain menggunakan senjata ringan khusus melancarkan totokan
dengan menggunakan peluang yang didapat, membuat suasana dalam pertarungan itu berubah
jadi tegang dan ramai sekali.
Tio Sam-koh adalah seorang jago lihay yang sudah tersohor dalam dunia persilatan sejak
puluhan tahun berselang, sebenarnya ia sama sekali tak pandang sebelah mata pun terhadap
seorang pelindung hukum yang tak bernama, dalam perkiraannya semula cukup beberapa
gebrakan saja dia akan berhasil memukul keok Teng Kong Li.
Siapa tahu pelindung hukum yang tak ternama dan kelihatannya lemah itu ternyata mempunyai
kepandaian silat yang ampuh, selama berlangsungnya pertempuran sengit ia dapat mengatur
pertahanan serta serangannya secara teratur serta jitu, sedikitpun tidak nampak bodoh.
Kebagusan jurus serangan serta kecepatan perubahan gerak yang dimiliki kedua orang ini samasama
dapat disebut sebagai ilmu silat luar biasa dalam dunia persilatan, belum lama pertarungan
berlangsung semua orang sudah tertarik untuk mengikuti jalannya pertarungan tersebut.
Tiba-tiba terdengar malaikat kedua Sim Ciu berseru kembali dengan suara lantang, “Manusia she
Yau, benarkah engkau tak akan menggubris perkataan yang kuucapkan?”
Cukat racun Yau Sut segera berpaling, kemudian jawabnya dengan nada dingin dan ketus,
“Engkau tak usah sombong, ini hari aku orang she Yau mengaku kalah di tanganmu….”
“Nah! begitulah sepantasnya,” tukas malaikat kedua Sim Ciu sambil tertawa bangga, “kalau
sudah mengaku kalah, maka sudah sepantasnya kalau engkau segera melaksanakan perintahku”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
558
“Oooh….! tentu saja akan kulaksanakan apa yang kau kehendaki itu,” jawab Cukat racun Yau Sut
sambil memperlihatkan satu senyuman aneh di atas wajahaya, “cuma Saja, kalau aku orang she
Yau membiarkan engkau hidup sampai melewati bulan tujuh tanggal limabelas dibukanya
pertemuan besar Kiani Ciau tay hwe, di kolong langit tak akan muncul seorang manusia yang
bernama Cukat racun lagi”
“Haaah…. haaah…. haaah…. tentu saja, tentu saja,” Malaikat kedua Sim Ciu tertawa seram,
“seandainya aku harus pulang ke alam baka, masa tidak kubawa serta dirimu?”
Cukat racan Yau Sut mendengus dingin, sinar matanya berputar dan segera memberi tanda
kepada seorang kakek bermuka kurus yang berada di samping tubuhnya.
Kakek bermuka kurus itu segera mencabut senjata kaitan racun berwarna kebiru-biruan yang
tersoren di atas punggungnya, kemudian sekali enjot badan ia menerjang ke arah Hoa In.
Menyaksikan datangnya terjangan itu, Hoa In teramat gusar, telapak tangan segera diayun ke
depan melancarkan sebuah pukulan dahsyat, sementara dimulut ia membentak, “Siau Koan-jin,
cepat mengundurkan diri kedalem gua!”
Rupanya Hoa Thian-hong sendiripun dapat merasakan gentingnya situasi yang sedang dihadapi
olehnya, ia tarik napas panjang lalu mengundurkan diri ke dalam gua, ketika ia berpaling kembali
maka tampaklah Hoa In serta kakek kurus bersenjata kaitan racun itu secepat kilat telah saling
bergebrak sebanyak dua jurus.
Setelah Tio Sam-koh serta Hoa In masing-masing menantang seorang lawan, meskipun kekuatan
mereka untuk menghadapi lawannya masih le bih dari cukup namun untuk meluangkan waktu
sudah tak mungkin lagi, sebab dua orang jago tua dari perkumpulan Sin-kie-pang bukan
termasuk manusia-manusia sembarangan, di dalam dua tiga gebrakan tak mungkin bagi Tio
Sam-koh berdua untuk merobohkannya.
Tercekatlah hati Hoa Thian-hong menyaksikan peristiwa tersebut, pikirnya di dalam hati, “Dalam
barisan jago-jago lihay kalangan lurus, Tio Sam-koh maupun Hoa In merupakan manusiamanusia
yang amat lihay dan disegani semua orang, tetapi dua orang pelindung hukum dari
perkumpulan Sin-kie-pang ternyata sudah mampu untuk membendung kekuatan mereka,
bukankah hal ini….”
Berpikir sampai disini ia tak berani melanjutkan kembali jalannya pikiran, sementara itu
bentakan-bentakan keras dari Tio Sam-koh serta Hoa In berkumandang tiada hentinya dari luar
gua, jelas kedua orang jago itu merasa malu untuk melakukan pertarungan selama ini tanpa
berhasil merobohkan lawannya.
Terlihatlah permainan toya dari Tio Sam-koh bagaikan gulungan ombak di tengah samudra,
permainan sepasang telapak Hoa In bagaikan angin puyuh dan hujan badai, dua orang itu
melancarkan serangan-serangan yang ampuh secara bertubi-tubi meneter musuhnya habishabisan.
Sebaliknya, permainan senjata petotok jalan darah dari Teng Kong Li serta kaitan racun dari
kakek kurus rupanya terdesak hebat sehingga harus diputar sedemikian lupa untuk
mengutamakan perlindungan atas keselamatan sendiri, dalam keadaan tersebut jelas dalam
umpat lima jurus pertarungan itu masih tetap belum bisa diakhiri.
Dalam kenyatan Hoa Thian-hong mana tahu kalau dua orang kakek tua yang sedang bertempur
saat ini adalah jago-jago lihay sisa dari pertemuan besar pak Beng hwee dimasa lampau, kedua
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
559
orang itu bukanlah manusia sembarangan yang tak bernama, cuma saja berhubung para jago
yang dikumpulkan perkumpulan Seng Kie Pang tak terhingga banyaknya maka nama-nama
mereka jadi tenggelam diantara para jago lainnya yang rata-rata lebih hebat ilmu silatnya dari
mereka berdua.
Tib-tiba terdengar Cukat racun Yau Sut berteriak lantang, “Hoa kongcu mumpung sekarang kita
tak ada urusan, bagaimana kalau kitapun beradu kepandaian untuk meluruskan otot?”
Mendengar tantangan terebut Hoa Thian-hong jadi terperanjat, dengan sorot matanya yang
tajam ia menyapu sekejap disekeliling tempat itu, rupanya kakek kurus yang bersenjata kaitan
racun itu berlaku cerdik, meskipun Tio Sam-koh serta Hoa In berada di depan gua, namun kakek
kurus itu mundur terus kebealkang memancingg Hoa In meninggalkan mulut gua, dengan begitu
terbukalah sebuah liang kosong.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik ini, Cukat racun Yau Sut segera menerobos masuk
ke dalam gua dan berdiri saling berhadapan dengan Thian-hong, berada dalam keadaan begini
tentu saja tangannya tak dapat diabaikan dengan begitu saja.
“Bajingan yang tak tahu diri, lihat serangan!” bentak Tio Sam-koh dengan penuh kegusaran.
Weeess….! Sebuah serangan gencar dengan cepat dilancarkan ke arah juru pikir dari
perkumpulan Sin-kie-pang itu.
Sementara itu Hoa In pun takut Hoa Thian-hong melayani tantangan lawan, tubuhnya segera
berputar kembali ke belakang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun sebuah pukulan keras
dilancarkan ke arah punggung Yau Sut.
Sejak Thian-hong terkena racun teratai yang tak dapat dipunahkan sehingga setiap hari harus
lari racun dan tak diketahui bagaimana akrabnya, Hoa In sudah amat membenci terhadap Cukat
racun yang dianggap sebagai biang keladi dalam peristiwa itu, serangan yang sepnitas lalu
kelihatannya enteng sekali dalam kenyataan telah diseratai dengan sepuluh bagian hawa murni
Sau yang Ceng ki, asal Yau Sut berani menangkis dengan jalan keras lawan keras maka tenaga
pukulan yang maha dahsyat itu bagaikan tanggul yang jebol segera akan menghantam tubuhnya
dengan luar biasa hebatnya.
Serangan telapak dan toya itu tiba pada sasaran hampir bersamaan waktunya, meskipun Cukat
racun Yau Sut sudah bikin persiapan sejak semula, tak urung hatinya di bikin terperanjat juga
oleh kedahsyatan mu-suhnya.
Sekuat tenaga ia enjotkan badannya meloncat mundur sejauh beberapa tombak dari tempat
semula, sementara Teng Kong Li serta kakek bermuka kurus itu tidak menanti sampai Tio Samkoh
serta Hoa In mengejar dari belakang, mereka segera menyerang kembali musuhmusuhnya
dengan gencar, Cukat racun Yau Sut menyadari apabila pertarungan ini diteruskan lebih jauh
maka dua orang anak buahnya pasti akan terluka di tangan musuh, diam-diam ia segera
mengulapkan tangannya ke belakang, dengan cepat muncul kembali dua orang jago lihay yang
segera menerjang ke arah Hoa In serta Tio Sam-koh.
Dalam sekejap mata Tio Sam-koh harus menghadapi dua orang musuh sekaligus, dengan cepat
pula situasi dalam gelanggang mengalami perubahan besar.
Terdengar Cukat racun Yau Sut telah berkata kembali, “Hoa kongcu, aku dengan ibumu telah
munculkan diri kembali dalam dunia persilatan, kenapa kau tidak undang keluar untuk berjumpa
dengan kami?”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
560
Sambil berkata tubuhnya bergerak kembali mendekati mulut gua, hanya saja untuk menghindari
sergapan dari Tio Sam-koh atau Hoa In kali ini ia tak berani terlalu mendekati gua tersebut.
Hoa Thian-hong sepera tertawa dingin, pikirnya di dalam hati, “Dewasa ini jumlah lawan jauh
lebih banyak dari pada pihak kami, bila pertarungan dengan cara roda kereta ini dibiarkan
berlarut- larut, kendatipun Tio Sam po serta Hoa In tidak sampai menderita kalah, paling sedikit
mereka akan lelah dan kehabisan tenaga, selama ini Yan-san It-koay serta Liong bun siang kiat
tetap terdiam diri, dalam keadaan penat serta kehabisan tenaga darimana mungkin nenek Tio
serta Hoa In mampu untuk menghadapi serangan mereka?”
Berpikir sampai disini, ia tahu jika dirinya tidak segera tampil ke depan maka keadaannya akan
bertambah runyam, maka sambil melangkah maju ke depan, serunya dengan suara lantang,
“Aku harap saudara sekalian suka saling hentikan pertarungan, aku ada perkataan hendak
disampaikan kepada kalian semua”
“Pelindung hukum sekalian harap segera mengundurkan diri!” seru Yau Sut kemudian.
Empat orang jago dari perkumpulan Sin-kie-pang dengan cepat menghentikan pertarungannya
dan loncat mundur ke belakang, sedangkan Tio Sam-koh serta Hoa In pun terpaksa buyarkan
serangan dan berhenti bertarung.
Tio Sam-koh segera berpaling ke arah Hoa Thian-hong, dengan mata melotot nada gusar ia
menegur, “Perkataan apa yang hendak kau utarakan keluar?”
Hoa Thian-hong tersenyum.
“Ini hari jumlah musuh yang harus kita hadapi jauh lebin besar daripada kita, meskipun Sam poo
gagah dan hebat namun mampukah engkau hadapi musuh-musuh yang begitu banyaknya?
Boanpwee memang tak becus tapi aku tak tega untuk berpeluk tangan belaka, sebab cepat atau
lambat pertarungan tak bisa dihindarkan lagi, oleh karena itu ijinkanlah boanpwe untuk
bertempur pada babak pertama!”
Tio Sam-koh tertegun mendengar perkataan itu, lalu serunya, “Tapi…. badanmu menderita luka,
jika sampai kalah bukankah kekalahanmu itu sama sekali tak ada nilainya?”
“Aaah….! bagaimanapun toh pertarungan ini bukan adu kepandaian di atas panggung Lui thay,
ada orang mencari gara-gara masa aku tak boleh memberikan perlayanan sebagaimana
mestinya?” jawab Hoa Thian-hong sambil tertawa.
Habis berkata, dengan langkah lebar dia segera berjalan maju ke depan.
Hoa In tidak berusaha mencegah dengan menggunakan kata-kata, akan tetapi dengan ketat dia
mengikuti terus disisi majikan mu danya, kalau dilihat dari tampangnya, barang siapa berani
mengganggu Hoa Thian-hong maka pertama-tama harus berhadapan lebih dahulu dengan
dirinya.
Tiba-tiba si anak muda itu berpaling, dengan pura-pura gusar bentaknya keras-keras, “Ibu paling
benci kalau ada orang yang mengganggu dirinya, sana! berjagalah di depan gua dan tak usah
mencampuri urusan pribadiku lagi….”
Dengan amat jelas Hoa In mengetahui bahwa majikan mudanya masih bukan tandingan dari
Cukat racun Yau Sut, tentu saja ia tidak membiarkan si anak muda itu menghantar kematiannya,
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
561
sesudah tertegun beberapa saat lamanya, ia berseru, “Budak tua tak akan memperdulikan soal
apapun lagi, bagaimanapun juga….”
Ditinjau dari kesetiaannya, mungkin langit ambrukpun dia benar- benar tak mau mengurusinya
kecuali memperhatikan keselamatan dari majikan mudanya, akan tetapi ia tak berani membantah
ataupun memperingatkan dengan kata-kata, oleh sebab itulah ia segera mengambil keputusan
untuk berjaga-jaga di samping tubuh pemuda itu.
Sebenarnya susah bagi Hoa Thian-hong untuk menegur ataupun menyakiti hati pelayan tuanya
yang amat setia serta sangat mem perhatikan keselamatan jiwanya itu, tetapi dalam situasi
semacam itu tak mungkin baginya untuk bersikap ragu-ragu, sekalipun begitu setelah
mengucapkan kata-kata kasar tadi, timbul rasa tak tega dalam hati kecilnya.
Tiba-tiba dari dalam gua berkumandang keluar suara dari Hoa Hujien yang berat dan rendah,
“Hoa In segera mengundurkan diri, biarlah Seng ji beradu kekuatan dengan sahabat itu,
bilamana diapun benar-benar tak mampu mempertahankan diri lagi rasanya belum terlambat
bagimu untuk menolong dirinya!”
Meskipun ucapan tersebut diucapkan dengan suara dalam dan rendah, akan tetapi nyata, jelas
dia amat bertenaga. Bagi siapa pun yang pernah mengikuti pertemuan Pak Beng Hwee, suara itu
bukan nada yang terlalu asing bagi bagi mereka, dan bayangan atas seorang perempuan cantik
tegas dan keras dalam pendirianpun terlintas dalam be nak mereda.
Sorot mata semua orang yang hadir dalam arena dengan cepat dialihkan ke dalam gua yang
gelap gulita itu, air muka semua orang secara tiba-tiba saja berubah jadi amat serius.
Setelah hening beberapa saat lamanya, dari boalik gua tidak kedengaran suara pembicaraan lagi,
Hoa In tertegun akhirnya perlahan-lahan ia mundur beberapa langkah ke belakang.
“Hoa Hujien!” terdengar malaikat kedua Sim Ciu berteriak gusar dengan sepasang alis berkernyit,
“bagi setiap orang dalam dunia persilatan, siapa yang kuat di dalam pemimpin yang harus
dihormati setiap orang, kami bersaudara she Sim sudah hampir beberapa jam lamanya tiba di
tempat ini tapi Hujien tidak menegur ataupun menyapa, sedikitpun tidak mengindahkan tatacara
dalam dunia persilatan, apakah hal ini berarti bahwa ilmu silati yang dimiliki oleh dua bersaudara
she Sim masih belum mencapai taraf yang tinggi sehingga tidak pantas untuk berjumpa dengan
dirimu?”
“Hmm, yang kuat dialah pemimpin? pemimpin kentut anjing yang busuk….” maki Tio Sam-koh
dingin.
Tiba-tiba dari dalam gua berkumandang kembali suara dari Hoa Hujien, “Pendapat dari Sim kong
tak sejalan dengan pikiran aku Bun si, tetapi ada satu yang jelas yakin ilmu cakar Tay in sin jiau
yang kalian berdua miliki, sudah lama aku orang Bun si merasa sangat kagum”
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan, “Sejak perpisahan di pertemuan besar Pek Beng
Hwe, dalam sekejap mata dua belas tahun sudah lewat, aku percaya ilmu silat yang kalian
berdua miliki sudah mendapat kemajuan yang amat pesat, jika engkau bermaksud untuk
memberi petunjuk, silahkan diperlihatkan dimulut gua, dari sini aku Bun si akan melayani!”
Malaikat kedua Sim Ciu mengerutkan dahinya, bibir bergetar seperti mau mengucapkan sesuatu,
tetapi malaikat pertama Sim Kian yang teringat kembali akan nasib nenek buta dimana baru saja
tubuhnya berada dimulut gua, segulung tenaga pukulan yang amat keras telah membanting
tubuhnya hingga jatuh tak sadarkan diri, buru-buru mengerdipkan matanya, lalu menjawab,
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
562
“Pertemuan besar Kian ciau Tay hwee yang akan diselenggarakan oleh pihak Thong-thian-kauw,
dalam waktu singkat segera akan berlangsung, pada waktu itu semua jago yang ada di kolong
langit boleh mendemonstrasikan keampuhannya disana. aku rasa kalau mau bertarung itulah
waktunya paling tepat karenanya pertarungan saat ini lebih baik diabaikan saja!”
Hoa Thian-hong tertawa, sambil memandang wajah Cukat racun Yau Sut dia pun berseru, “Kalau
semua pertarungan diabaikan, maka akupun akan gunakan kesempatan ini untuk
menyembunyikan kembali ilmu silatku”
Cukat racun Yau Sut tahu bahwa Hoa Thian-hong adalah kekasih hati dari Pek Kun-gie, sebelum
persoalan dibikin terang ia tak ingin turun tangan terhadap si anak muda itu, maka mendengar
ucapan tadi sorot matanya segera dialihkan kepada malaikat kedua Sim Ciu, ujarnya sambil
tertawa, “Sim kong, bagaimana dengan keputusan mengenai barter ini? dilanjutkan atau batal
sampai disini?”
Tiba-tiba terdengar Jin Hian tertawa dingin, lalu berseru, “Hoa loo te, membicarakan tentang asal
mulanya peristiwa maka persoalan ini kembali terjatuh di atas kepalamu”
“Aku bodoh dan tak dapat menangkap maksud dari ucapan Jien Tang-kee, apakah engkau
bersedia untuk menerangkan lebih lanjut?”
“Hmm! putraku mati di tangan Hoa loo te engkau tentu tahu bukan bahwa kematiannya tak akan
sia-sia belaka!” seru jin Hian dengan nada dingin menyeramkan.
“Ooo…. kiranya kau maksudkan tentang persoalan itu….” kata Hoa Thian-hong dengan alis mata
berkenyit.
Tidak menunggu pemuda itu menyelesaikan kata-katanya, kembali Jin Hian menukas, “Pada saat
peristiwa ini baru saja berlangsung, Hoa Loo te mengatakan bahwa raut wajah pembunuh itu
rada mirip dengan Pek Kun-gie dan sekarang setelah persoalan berlaut-larut samnai sekarang
ternyata Pek Kun-gie bukan pembunuhnya sedang Pek Soh-gie pun bukan pembunuh tersebut,
sekarang aku hendak menuntut kepada Hoa Loo te, apa alasanmu menuding menjangan
mengatakan kuda dan membolak balikkan duduknya persoalan sehingga menjadi tak karuan
seperti ini?”
“Pembunuh yang sebenarnya pasti Pui Che-giok” pikir Hoa Thian-hong di dalam hati, “sayang
sekali raut wajahnya tidak cocok dengan apa yang kukatakan, bagaimana aku bisa
menjawabnya?”
Tatkala dilihatnya pemuda itu membungkam dalam seribu buhasa, Jin Hian segera tertawa dingin
dan berkata kembali, “Hoa loo te, aku Jin Hian ingin mengajukan satu pertanyaan lagi
kepadamu, putraku pernah mengadukan hubungan kelamin dangan pembunuh tersebut, apakah
kesemuanya itu kau saksikan dengan mata kepala sen diri?”
Hoa Thian-hong sama sekali tak menduga kalau ia bakal diajukan pertanyaan seperti ini, uniuk
beberapa saat lamanya pemuda itu berdiri tertegun sementara dalam hati kecilnya ia berpikir,
“Oooh….! rupanya ia masih tetap menaruh curiga atas diri kakak beradik she Pek!”
Dalam hati ia berpikir demikian, diluaran ia menjawab, “Aku tidak sudi mengintip urusan pribadi
seseorang apalagi urusan yang mengenai permainan di atas ranjang, benarkah putera mu
pernah mengadakan hubungan badaniah dengan sang pembunuh, aku tidak menyaksikan
dengan kepala sendiri dan tak berani pula menegaskan secara meyakinkan, kalau Jien Tang-kee
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
563
ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya, kenapa tidak kau tanyakan sendiri kepada pelayan
yang melayani puteramu itu? Aku rasa mereka jauh lebih tahu”
“Hmm! Hoa loote , bukankah engkau pernah berkata bahwa pembunuh itu telah memohon
kepada anakku untuk melarang semua orang bawahannya mengintip kedatangannya?” seru Jin
Hian dengan nada hambar.
Tio Sam-koh yang ikut mendengarkan pembicaraan itu jadi naik pitam, dengan cepat selanya,
“Sekalipun tak ada yang mengintip, diperiksa dari keadaan pembaringan masa tidak tahu?”
Jin Hian sama sekali tidak menggubris perkataan itu, kembali ia berkata dengan nada
menyeramkan, “Andaikata putraku tidak pernah melakukan hubungan badaniah dengan
pembunuhnya maka urusan ini akan lebih gampang untuk diselesaikan, Hoa Loo te, bagaimana
pendapatmu?”
Hoa Thian-hong tidak langsung menjawab, diam-diam ia berpikir kembali di dalam hati, “Kakak
beradik dari keluarga Pek adalah gadis-gadis perawan yang belum pernah dijamah kaum lelaki,
jelas dalam pembicaraannya itu dia hendak menimpakan semua dosa serta kesalahan ini kepada
dua orang gadis itu….”
Berpikir demikian, tanpa terasa ia menghela napas panjang dan berkata.
“Jien Tang-kee, harap engkau suka memakluminya. Tempo hari aku mengatakan bahwa raut
wajah sang pembunuh agak mirip dengan nona dari keluarga Pek, apa yang kukatakan sesuai
dengan apa yang kusaksikan tak sepatah katapun merupakan ucapan yang berbohong, dan
sekarang akupun berani bersumpah dihadapan Thian bahwasannya pembunuh yang
kumaksudkan itu bukanlah kakak beradik dari keluarga Pek….”
Tiba-tiba malaikat pertama Sim Kian berkata dengan nada yang menyeramkan, “Hmm! Kalau
mau menuduh seseorang tuduhlah orang itu, kalau tak mau menuduh orang lain tak usahlah kau
tuduh. Heeeh…. .heeehh…. heeehh…. menurut pendapatku, kemungkinan besar memang tiada
terdapat perempuan semacam itu, pembunuh yang sebenarnya bukan lain adalah kau Hoa
Thian-hong seorang!”
Sepasang mata Hoa Thian-hong kontan melotot bulat, dengan pandangan dingin ia melirik
sekejap ke arahnya, kemudian menjawab.
“Hmm! aku tahu bahwa persoalan yang paling menguatirkan hatimu tidak lain adalah Pedang
emas tersebut seandainya pembunuh tersebut adalah aku Hoa Thian-hong seorang, bukankah
engkau segera akan menun tut kembali pedang emas tersebut dari tanganku?”
“Haah…. haaah…. haaah….” malaikat pertama Sim Kian tertawa seram, “pada waktu itu aku
hendak menerima dirimu sebagai anak muridku….!”
“Aaai….! aku lihat persoalan ini harus ku ucapkan keluar secara jelas dan tanpa tedeng alingaling,
kalau tidak nona Pek Sok Gie pasti tak akan memperoleh ketenangan di dalam hidup
selanjutnya,” pikir Hoa Thian-hong di dalam hati.
Berpikir sampai disini, dengan wajah serius ia segera berkata kepada diri Jin Hian, “Terus terang
saja kukatakan bahwa pada saat itu dalam genggamanku telah berhasil menemukan penanda
yang cukup kuat, aku telah mengetahui siapakah pembunuh yang sebenarnya telah menghabisi
jiwa putramu, namun sayang sekali bukti yang kuat belum berhasil kudapatkan sehingga akupun
tidak ingin mengutarakannya keluar lebih dahulu. Jin longteee! aku harap engkau bersedia untuk
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
564
bersabar selama beberapa hari lagi, dalam pertemuau besar Kian ciau tay hwee aku pasti akan
berhasil membuktikan kepadamu siapakah pembunuh yang sebenarnya!”
Diam-diam Jin Hian mendengus dingin, batin-nya, “Keparat cilik, ergkeu anggap aku adalah
seorang manusia tolol? Berani benar engkau gunakan siasat kosong untuk mengulur waktu!”
“Hoa Thian-hong! terdengar malaikat kedua Sim Ciu menjerit dengan suaranya yang tinggi
melengking, benarkah engkau mengetahui siapakah sebenarnya pembunuh itu?”
“Kalau benar ada apa?” tanya Hoa Thian-hong dengan dahi berkerut dan alis mata berkenyit.
Malaikat kedua Sim Ciu tertawa.
“Kalau begitu engkau sudah mengetahui bukan pedang emas tersebut pada saat ini berada di
tangan siapa?” tanyanya
“Tentu saja aku tahu!”
“Coba kau katakan siapakah orang itu?”
“Sekalipun aku katakan keluar belum tentu kalian bersedia untuk mempercayainya,” jawab Hoa
Thian-hong dengan nada hambar, “pedang emas itu sekarang berada di tangan Thian Ik-cu,
percaya tidak?”
“Hmmm mengadu domba diantara sesama umat persilatan, engkau memang licik sekali”
“Hmmm bukan sejak tadi aku sudah berkata, kendatipun kuberitahukan kepadamu, belum tentu
engkau percaya. Nah seorang lihatlah bukankah ucapanku hanya sial belaka?”
Jin Hian tertawa seram, tiba-tiba ia berseru, “Kalau tidak sakit tidak gatal, siapa yang bersedia
mengaku secara terus terang?”
“Sedikitpun tidak salah” sambung malaikat kedua Sim Ciu, “Cukat racun, bagaimana kalau aku
mengajak engkau untuk membicarakan soal barter….? Kau tentu bersedia bukan?”
Sambil berkata, telapak tangannya kembali ditempelkan ke atas punggung Pek Soh-gie.
Cukat racun Yau Sut termasuk juga seorang jago kawakan yang punya banyak pengalaman di
dalam dunia persilatan, akan tetapi berada dihadapan siluman tua yang banyak akalnya ini dia
dihabiskan akal juga dibuatnya.
Andaikata Pek Soh-gie adalah putrinya sendiri, mungkin akan keraskan hati dengan tidak
memperdulikan perintahnya tetapi apa daya gadis tersebut adalah putri kesayangan dari
ketuanya, meskipun dalam hati kecilnya merasa tak senang hati, akan tetapi perasaan tak
senang itu tak berani diuta-rakan keluar.
Terdengar Pek Soh-gie berseru dengan suara lantang, “Paman Yau, tit-li mempunyai sepucuk
surat yang harus diserahkan kepada ayahku, apakah engkau bersedia menyampaikannya kepada
ayahku?”
“Tentu saja akan kusampaikan kepadanya,” jawab Cukat racun Yau Sut dengan cepat tetapi
engkau tak usah berpikir yang bukan-bukan lebih dahulu, putri dari ketua perkumpulan Sin-kiepang
tak akan begitu gampang menemui ajalnya!”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
565
Sebenarnya Pek Soh-gie ada maksud untuk menyelesaikan kehidupan sendiri apabila keadaan
terlalu mendesak, sehingga tidak sampai mendatangkan banyak kesulitan dan kerepotan buat
orang lain, setelah rahasia hatinya ini berhasil ditebak secara jitu oleh Yau Sut tak dapat dicegah
lagi air mukanya berubah jadi merah padam saking jengahnya, untuk sesaat ia tak tahu apa yang
harus dilakukan olehnya.
Cukat racun Yau Sut sendiri rupa-rupanya juga telah menyadari bahwa pertarungannya pada hari
ini melawan Hoa Thian-hong tak dapat dihindari lagi, otaknya dengan cepat berputar dan ia
berhasil mendapatkan cara yang paling jitu untuk mengatasi masalah lersebut.
Perlahan-lahan ia berjalan maju ke depan, setelah memberi hormat ujarnya, “Hoa kongco,
pertarungan yang berlangsung pada hari ini sebenarnya terjadi karena keadaan yang
mendesak….”
“Engkau tak perlu sungkan-sungkan,” tukas Hoa Thian-hong sambil tertawa pula, “akupun tahu
bahwa keadaan yang memaksa kita harus bertempur!”
Sambil berkata pedang bajanya perlahan-lahan dicabut keluar dan dalam sarung, kemudian
bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan
“Silahkan!” seru Cukat racun Yau Sut dengan wajah serius.
Dalam sekejap mata suasana dalam arena berubah jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit
suarapuo.
Pertarungan ini merupakan suatu pertarungan yang luar biasa, orang yang hendak bergebrak
yang satu merupakan jago Bulim yang sudah diketahui oleh setiap orang dalam dunia persilatan
sedangkan yang lain adalah seorang keturunan jago kenamaan yang belum lama terjun dalam
sungai telaga.
Para penonton yang berada disisi arena semua tahu bahwa Hoa Thian-hong masih bukan
tandingan dari Cukat racun Yau sut, tapi mereka tak tahu berapa banyak selisih kepandaian yang
mereka miliki, semua orang ingin lahu berapa gebrakan, yang sanggup diterima oleh Hoa Thianhong,
dan berapa jurus serangan yang dibutuhkan Yau Sut Cukat racun itu untuk merobohkan
lawannya.
Cukat racun Yau Sut tersohor karena kekejaman serta ketelengasannya yang melebihi ular
beracun atau binatang buas, dan semua orang dalam dunia persilatan mengetahui akan hal ini.
Sebaliknya Hoa Thian-hong merupakan tulang punggung dari kawanan pendekar golongan lurus,
pendekar muda yang disayang serta dikagumi olen kawan sealiran, golok tak bermata,
pertarungan tak mengenal belas kasihan, seandainya Hoa Thian-hong sampai musnah di tangan
Cukat racun Yau Sut niscaya peristiwa ini akan sangat menggemparkan seluruh kolong langit
terutama sekali dalam kalangan kaum lurus sendiri.
Sementara itu fajar telah menyingsing diufuk sebelah timur, sinar keemas-emasan memancar
keempat penjuru dan menyoroti mulut gua kuno tadi.
Kebakaran yang terjadi disekeliling gua tersebut belum padam, bahkan makin lama semakin
meluas keempat penjuru, sepintas memandang ke tempat kejauhan yang terlihat hanyalah tanah
hangus yang berwarna hitam, suasana benar-benar mengenaskan sekali.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
566
Tiba-tiba….”Weeess….!” desingan angin tajam menderu-deru di angkasa, dengan membawa
suara pekikan tajam pedang baja Hoa Thian-hong yang besar dan berat itu meluncur ke depan.
Menyaksikan betapa dahsyat datangnya bacokan itu, tentu saja Cukat racun Yau Sut tahu lihay,
dengan cepat badannya berkelit ke samping untuk meloloskan diri dari datangnya ancaman
tersebut, kemudian badannya laksana kilat menerjang maju ke depan, sebuah serangan balasan
ini dilancarkan dengan Kecepatan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata, tak sempat lagi bagi
Hoa Thian-hong merubah jurus ganti gerakan, tampaklah olehnya serangan itu meluncur seakanakan
kosong namun dalam kenyataan berisi serta terselip banyak perubahan yang tak terduga,
membuat seluruh jalan mundurnya sama sekali tersumbat.
Dalam keadaan terdesak dan gugup, Hoa Thian-hong segera menekan pergelangan tangannya
ke bawah, pedang baja disilangkan di depan dada sementara tubuhnya berputar kencang.
Dalam perkiraan Cukat racun Yau Sut semula, dalam satu jurus saja ia akan berhasil menguasai
keadaan, siapa tahu perbuatan Hoa Thian-hong sambil menyilangkan pedangnya itu
mengandung pertahanan yang sangat kuat, apabila ia tidak segera buyarkan serangan serta
menarik diri niscaya separuh bagian lengannya akan terbabat sampai kutung.
Dalam keadaan begini terpaksa ia rubah gerak telapaknya, sesudah berputar membentuk
gerakan setengah lingkaran ia ganti menyerang pinggang Hoa Thian-hong, sementara jari tangan
dan telunjuk tangan kirinya menotok jalan darah Jit kan hiat dibadan-nya.
Dua jurus serangan itu dilancarkan cepat, ganas dan lincah, membuat semua jago yang
menyaksikan jalannya pertarungan itu
diam-diam bersorak memuji, sorot mata Liong bun siang sat serta Yao San It koay pun
memancarkan cahaya tajam, setelah menyaksikan betapa sempurna dan ampunnya ilmu silat
yang dimiliki Yau Sut, perasaan memandang rendah lawannya seketika lenyap tak berbekas.
Hot Thian-hong segera angkat lengannya ke atas mengikuti gerakan tersebut, pedang bajanya
menyapu ke depan, hawa pedang memancar ke empat penjuru dan dalam sekejap mata telah
menyergap badan Yau Sut.
Diam-diam Cukat racun mengerutkan alis matanya melihat kemampuan musuhnya, terburu-buru
ia rubah jurus serangannya kembali, telapak dan jari melancarkan serangan secara berbarengan,
ia berusaha menyerobot posisi di atas angin.
Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu pertempuran yang menarik hati, dalam sekejap
mata kedua orang jago itu sudah saling bertarung sebanyak dua puluh jurus lebih.
Setiap kali Hoa Thian-hong pasti berhasil meloloskan diri dari serangan lawan dengan suatu
gerakan pedang yang sederhana dan mudah, gerakannya menghindar dan balas menyerang
begitu leluasa permainan pedangnya itu memang khusus diciptakan untuk menahan jurus
serangan lawan, kejadian ini membuat para jaro disisi arena diam-diam merasa keheranan dan
tercengang.
Yan-san It-koay serta Liong bun Siang sat sekalian yang ilmu silatnya telah mencapai taraf
kesempurnaan, setelah menyaksikan jalannya pertarungan itu beberapa saat lamanya mereka
segera menemukan bahwa ilmu pedang yang dipergunakan pemuda itu sebetulnya cuma terdiri
dari enam belas jurus belaka, hal itu membuat hati mereka jauh lebih terperanjat dari pada
siapapun juga.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
567
Bapi Cukat racun Yan Sut baru pertama kali ini ia berjumpa dengan serangkaian ilmu pedang
sedemikian anehnya, semakin ber tempur hatinya merasa semakin terperanjat, makin bertarung
hatinya semakin berat, ia sama sebali tidak jeri terhadap keampuhan ilmu silat yang dimiliki Hoa
Thian-hong, tapi ia terperanjat oleh kesaktian serta kelihayan dari ilmu pedangnya itu.
Hoa Thian-hong sendiri diam-diampun merasa terkejut bercampur keheranan, enam belas jurus
ilmu pedang ini sudah dilatihnya selama sepuluh tahun lebih, sejak pedang bajanya ditahan oleh
Ciu It-bong, selama satu tahun lebih meskipun tiap hari dia menghapalkan kembali gerakan
pedang itu dalam benaknya namun tidak sekalipun pernah dipraktekkan.
Siapa tahu setelah dipergunakan olehnya pada saat itu, bukan saja gerakan pedangnya sama
sekali tidak kelihatan asing atau membingungkan, malahan sebaliknya bertambah hapal dan
matang keampuhan yang terpancar dari ujung pedang semakin mantap dari pada keadaan
dahulu.
Dahulu setiap kali ia mempergunakan ilmu pedang tersebut, sering kali terasa olehnya seakanakan
bahunya sedang memikul suatu beban yang amat berat sekali, tetapi sekarang sesudah
racun teratai empedu api membaur dengan tenaga dalamnya, bukan saja pedang yang berat
terasa enteng dalam penggunaan yang lebih aneh lagi ketika ia mainkan pedang itu dengan
enteng dan perlahan karena kuatir mulut luka di atas dadanya merekah kembali, ternyata hasil
yang diperoleh luar biasa sekali, makin enteng dan perlahan ia gunakan pedang tersebut, tenaga
murni yang terpancar keluar lewat ujung pedangnya semakin lancar dan luar biasa.
Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah bertarung sebanyak limapuluh jurus lebih, Hoa
Thian-hong semakin memahami rahasia serta inti dari gerakan ilmu pedangnya, makin bertempur
ia semakin bersema-ngat, semakin bergebrak ia semakin menghemat dalam penggunaan tenaga.
Akan tetapi Cukat racun Yau Sut juga bukan seorang manusia sembarangan, meskipun ilmu
pedang lawan sangat ampuh akan tetapi keyakinan dalam ilmu silatnya jauh lebih unggul
daripada si anak muda itu, sete-lah lima puluh jurus lewat diapun berhasil menguasai seluruh
keadaan.
Permainan ilmu telapaknya tiba-tiba berubah, ia mulai melancarkan serangan secara bertubi-tubi,
jurus satu dengan jurus berikutnya di lancarkan makin dahsyat, hal ini memaksa daya serangan
yang terpancar keluar dari ujung pedang Hoa Thian-hong seketika terdesak balik.
Pedang baja Hoa Thian-hong dilancarkan secara bertubi-tubi, sekuat tenaga ia berusaha untuk
memulihkan kembali posisinya yang terdesak, akan tetapi ilmu silat yang dimiliki Cukat racun Yau
Sut beberapa kali lipat jauh lebih tinggi beberapa kali lipat, setelah saling bertahan beberapa saat
lamanya, siapa yang tangguh dan siapa yang lemahpun segeia terlihat di depan mata.
Tiba-tiba terdengar Cukat racun Yau Sut membentak keras, sepasang telapaknya beterbangan di
angkasa, silih berganti ia lancarkan pukulan mematikan yang memaksa Hoa Thian-hong tak
mampu mempertahan-kan diri serta mundur ke belakang berulang kali.
Melihat dirinya didesak hebat, hawa amarah berkobar di dalam benak Hoa Thian-hong pikirnya
dalam hati, “Ibu sedang berlatih ilmu di dalam gua, sedangkan aku bertugas mempertahankan
pintu masuk ke dalam gua ini, berarti pula kesela matan jiwa ibuku berada ditanganku, kalau aku
begini tak becus, bagaimana tanggung jawabku terhadap ibu nantinya?”
Begitu ingatan tersebut berkelebat di dalam benaknya, semangat bertempur segera berkobar di
dalam benaknya, pedang baja diayunkan berulang kali, dalam waktu singkat tiga tusukan kilat
telah dilepaskan.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
568
Meskipun tiga rangkaian serangan berantai itu dilancarkan dalam waktu yang amat singkat akan
tetapi daya serangannya amat hebat bagaikan tanggul yang jebol, buru-buru Cukat racun Yau
Sut ayunkan telapaknya berulang kali untuk memunahkah serangan tersebut, begitu berat daya
tekanan yang datang menggulung membuat dia seakan-akan baru saja melakukan perjalanan
jauh.
Sreeet….!sreeet….!sreeeet….! tiga buah serangan balasan dilancarkan dengan cepat telah
membendung pula serangan gencar dari Cukat racun Yau Sut.
Diam-diam juru pikir dari perkumpulan Sin-kie-pang ini merasa amat gusar, dia mendengus
dingin dan tubuhnya tiba-tiba menerjang maju ke depan, telapak kiri melancarkan serangan
dengan menyapu sedangkan telapak kanan menyerang dengan tonjokan, dengan jurus Thian
kang Pat to atau bintang langit cahaya diutara, ia menyerang kemuka.
jurus serangan tersebut merupakan suatu serangan yang aneh dan jarang ditemui di kolong
langit, menyaksikan datangnya serangan dari pihak lawan itu Hoa Thian-hong merasa gugup dan
terkesiap, ia merasa seakan-akan semua jalan mundurnya telah tersumbat oleh pukulan lawan.
Para jago yang menonton jalannya pertarungan dari sisi arenapun nampak berubah air mukanya
setelah melihat gerakan ilmu telapak itu, Tio Sam-koh serta Hoa In paling terperanjat diantara
beberapa orang itu, mereka bersama-sama menunjukkan gerakan hendak menerjang ke depan.
Hoa Thian-hong sebagai keturunan seorang jago kenamaan tentu saja tak mau menyerah
dengan begitu saja, tiba-tiba ia mengepos tenaga lalu membentak keras, sekuat tenaga ia
lancarkan sebuah bacokan ke arah tubuh lawan.
Daya serangan yang terpancar keluar dari bacokan itu amat dahsyat bagaikan meretaknya bumi
terkena gempa bumi, hawa pedang memancar keempat penjuru diantara berdesingnya pedang
baja menembusi angkasa terselip suara getaran lembut yang amat lirih, meskipun lirih namun
mengandung daya kekuatan yang menggetarkan hati.
Cukat racun Yau Sut merasa terkejut bercampur gusar, melihat sepasang telapaknya hampir
menghajar tubuh lawan akan tetapi pedang baja lawanpun akan segera melukai tubuhnya
terpaksa ia berganti jurus dan mencari jalan lain untuk menguasai musuhnya.
Kehebatan Hoa Thian-hong segera terpancar keluar keempat penjuru, secara beruntun ia
lancarkan empat buah babatan dahsyat, tiba-tiba mulut luka di atas dadanya terasa amat sakit
dan kedua kakinyapun ikut jadi kaku bercampur linu,
Sadarlah si anak muda itu bahwa mulut lukanya pecah kembali, diikuti diapun merasa darah
segar bagaikan air marcur mengalir ke luar dengan amat derasnya.
Teringat akan darah, tiba-tiba semangat pemuda itu berkobar kembali, dia membentak keras,
seluruh tenaga dalamnya disalurkan ke luar dan secara tiba-tiba sebuah bacokan pedang
dilepaskan ke arah depan.
Dari keganasan serta kehebatan datangnya bacokan lawan, Cukat racun Yau Sut merasa tak
mampu untuk menandinginya, dengan cepat badannya berputar kencang, sebuah totokan segera
dilepaskan menyergap belakang punggung Hoa Thian-hong.
Pertempuran itu benar-benar merupakan suatu pertarungan sengit yang menentukan antara mati
hidup, ilmu silat yang dimiliki Yau Sut beraneka ragam dengan jurus yang aneh sebaliknya Hoa
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
569
Thian-hong hanya mengerti enam belas jurns ilmu pedang yang biasa dan sederhana dalam
menggunakan, walaupun begitu pertarungan tetap berjalan seru dan di dalam sepuluh jurus,
menang kalah masih belum dapat ditentukan.
Sementara itu darah segar telah mengucur keluar membasahi seluruh pakaiannya, mulut luka
terasa panas, linu dan sakitnya bu kan kepalang, sambil menggertak gigi menahan rasa sakit Hoa
Thian-hong masih tetap berusaha mempertahankan diri, sekalipun begitu rasa sakit terpancar
juga dari atas wajahnya.
00000O00000
39
KEADAAN seperti ini tentu saja tak dapat mengelabuhi pandangan mata beberapa orang tokoh
persilatan yang sedang menonton jalannya pertarungan dari sisi arena, Hoa In paling gelisah dan
kuatir dan dialah yang pertama-tama menyadari keadaan majikan mudanya yang terdesak hebat
itu.
Teng Kong Li serta kakek bermuka kurus adalah komplotan yang setia dengan Cukat racun Yau
Sut, melihat Hoa In menerjang masuk ke dalam gelanggang kedua orang itu segera membentak
gusar dan terjun ke dalam kalangan untuk menghalang-halangi niat lawan.
“Blaaaam….!” sebuah pukulan yang amat dahsyat dari Hoa In menghajar tubuh Teng Kong Li
serta kakek bermuka kurus sehingga isi perutnya goncang dan kepalanya pusing tujuh keliling,
tubuh mereka tergetar mundur sampai beberapa tombak jauhnya dari tempat
semula….Sepasang mata Hoa In telah berubah jadi merah darah, sepasang telapaknya diayun
berulang kali, bagaikan seekor harimau gila dia menerkam ke arah tubuh Cukat racun Yau Sut.
Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata, anak buah dari perkumpulan Sin-kie-pang
bersama-sama membentak keras dan terjun ke dalam gelanggang.
Tio Sam-koh segera putar toya bajanya menyongsong datangnya serbuan itu, dalam waktu
singkat suasana jadi kacau balau, pertarungan secara massalpun segera berlangsung.
Disaat-saat yang amat kritis itulah, tiba-tiba terdengar seseorang dengan suara yang nyaring
bercampur gelisah berkumandang datang, “Saudara-saudara sekalian, harap tahan!”
Bersamaan dengan munculnya suara bentakan itu, terlihatlah Pek Kun-gie, Oh Sam serta tujuh
delapan sosok bayangan manusia lainnya dalam waktu singkat telah menyeberangi jembatan
batu dan meluncur ke arah mulut gua tersebut.
Cukat racun Yau Sut berotak cerdas dan paling cepat reaksinya, begitu mendengar suara
bentakan dari Pek Kun-gie dia segera menyadari bahwa beban seberat ribuan kati yang terpikul
di atas bahunya kini sudah tersingkirkan, dengan cepat ia memerintahkan anak buahnya untuk
berhenti bertempur serta meloncat mundur ketepi kalang an.
Dalam waktu singkat Pek Kun-gie yang cantik jelita bagaikan bunga mawar itu sudah tiba lebih
dahulu di tengah kalangan.
Pek Soh-gie jadi kegirangan setengah mati, buru-buru teriaknya dengan suara nyaring, “Moay
Moay….!”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
570
Dengan sorot mata yang tajam dan cepat Pek Kun-gie menyapu sekejap ke arah para jago yang
berada disekeliling tempat itu, ke mudian tegurnya, “Cici darimana engkau bisa tiba di tempat
ini?”
“Thian Ik-cu telah menangkap diriku kemudian Ciu It-bong membawa aku ke tempat ini dan
akhirnya para enghiong hoohan dari perkumpulan Hong-im-hwie menyandera diriku serta
memaksa paman Yau untuk bertempur melawan Hoa toako, katanya bilamana paman Yau tidak
berhasil menangkap Hoa toako maka akupun tak akan dilepaskan”
Pek Kun-gie dengan sorot mata yang tajam dengan cepat berpaling ke arah Hoa Thian-hong.
Dibalik sorot matanya itu terselip rasa cinta yang sukar dilukiskan dengan kata-kata, seakan-akan
rasa hangat di tengah hujan salju bagaikan pula hujan dimusim kemarau, meskipun hanya
pandangan dalam sekejap mata akan tetapi rasa cinta yang terpancar keluar dapat dirasakan
pula oleh setiap jago yang hadir dalam kalangan itu.
Hoa Thian-hong jadi tersipu-sipu dibuatnya oleh pandangan yang penuh dengan perasaan cinta
itu, ketika teringat kembali akan pesan ibunya yang mengharuskan dia untuk memutuskan
hubungan dengan gadis ini, buru-buru wajahnya dicemberutkan dan tak berani menampilkan
senyuman.
Pek Kun-gie segera alihkan sorot matanya dan menyapu ke arah para jago dari perkumpulan
Hong-im-hwie, di atas wajahnya terlintas rasa muak benci dan pandangan hina yang amat tebal.
Sedari kecil gadis ini sudah terbiasa dimanja dan selalu pandang tinggi diri sendiri, apabila ia
memandang hina terhadap seseorang maka di atas wajahnya segera tercerminlah rasa tak
senang hatinya itu. Dan terutama sekali pandangan sinisnya yang penuh penghinaan terasa jauh
lebih lihay dari pada tusukan golok, kendatipun seseorang mempunyai iman yang tebal ataupun
watak yang sabar, sesudah menyaksikan sikapnya yang penuh penghinaan itu tentu akan naik
pitam dan menjadi marah.
Malaikat kedua Sim Ciu yang pertama-tama tak kuat menahan diri, sorot mata tajam terpancar
keluar dari balik kelopak matanya, dengan penuh kegusaran dia membentak keras, “Budak
ingusan! engkaukah putri kedua dari Pek Siau-thian si tua bangka itu?”
Cukat racun Yau Sut takut gadis itu tak tahu lihay dan melakukan tindakan secara semberono,
buru-buru sambil menuding ke arah orang itu dia menerangkan, “Kedua orang ini adalah dua
bersaudara she Sim dari perkumpulan Hong-im-hwie, mereka berdua menetap di Liong bun dan
di sebut oleh setiap orang Bulim sebagai Liong bun Siang sat sepasang malaikat dari Liong bun!”
Dari sikap malaikat kedua Sim Ciu yang berjaga-jaga di samping tubuh sucinya, Pek Kun-gie
segera mengetahui apa maksud tujuan orang, tak tahan lagi ia tertawa dingin.
“Heeeh…. heeehh…. heeehh…. kalau kutinjau dari situasi yang terbentang pada saat ini, rupanya
perkumpulan Hong-im-hwie sudah mengambil keputusan untuk berselisih paham dengan
perkumpulan Sin-kie-pang kami?”
“Kita toh sama-sama merupakan perkumpulan besar dalam dunia persilatan, apa takutnya untuk
berselisih paham? engkau anggap kami jeri terhadap perkumpulanmu itu?” ejek malaikat kedua
Sim Ciu sambil tertawa seram.
Pek Kun-gie mendengus dingin.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
571
“Hmm! perkumpulan Hong-im-hwie bukan milikmu seorang, pendapatmu apakah dapat disetujui
oleh rekan-rekanmu yang lain?” serunya.
Mendengar ucapan itu malaikat kedua Sim Ciu tertegun, sesudah termenung beberapa saat
lamanya ia segera berpaling ke samping kiri kanannya dan berseru, “Kami dua bersaudara she
Sim adalah satu hati satu pendirian-entah bagaimana dengan pendapat kalian semua?”
Jin Hian yang sudah lama tidak buka suara ketika menyaksikan sorot mata Sim Ciu berhenti di
atas wajahnya, dengan cepat ia menyambung, “Tujuanku datang kemari adalah mencari tahu
siapakah pembunuh puteraku kemudian balaskan dendam bagi kematiannya, persoalan
mengenai perkumpulan silahkan kalian berdua untuk memutuskannya sendiri”
Setelah berhenti sebentar, sepasang matanya yang tajam menyapu tiada hentinya di atas wajah
kakak beradik she Pek itu lalu melanjutkan lebih jauh, “Selamanya pendapat dari Sim loe selalu
dikagumi oleh setiap saudara yang ada dalam perkumpulan, tentu saja tak usah kau rundingkan
lagi dengan diriku, kalian boleh bersikap sekehendak hatimu!”
Dengan sorot mata tajam malaikat kedua Sim Ciu berpaling ke arah rekannya Yan-san It-koay,
kemudian bertanya lebih jauh, “Makhluk tua, bagaimana menurut pendapatmu?”
“Buat apa musti bersilat lidah dengan kawanan manusia dari angkatan muda, mau berdua,
bagaimana kita lakukan saja menurut rencana, kita cepat selesaikan masalah ini agar bisa segera
berlalu pula dari tempat ini!”
Malaikat kedua Sim Ciu mengerutkan dahinya, tiba-tiba dengan ilmu menyampaikan suara ia
berseru, “Aku hendak berdaya upaya untuk memaksa perempuan itu keluar dari dalam gua, ingin
kulihat permainan setan apakah yang sedang ia persiapkan! bagaimana pandangan mu
mengenai rencanaku ini?”
Dengan ilmu menyampaikan suara Yan-san It-koay segera menjawab pula, “Ilmu ampuh apakah
yang telah berhasil kau yakinkan, berani benar mencari gara-gara, apakah engkau yakin mampu
menangkan pihak lawan? janganlah dikarenakan sebilah pedang emas yang tak ada harganya,
selembar jiwapun ikut lenyap”
“Makhluk tua, engkau tak usah lain dimulut lain dihati!” seru Sim Ciu dengan dingin, “kalau
engkau menginginkan pedang emas tersebut silahkan tangkap dahulu keparat cilik she hoa itu,
kami berdua akan berada di belakang untuk membendung datangnya para pengejar!”
“Hmmm! belum tentu ada gunanya kita tangkap keparat cilik itu, lebih batk nanti saja kita
bicarakan lagi persoalan ini!”
Kedua orang itu saling bercakap-cakap dengan bibir saja yang bergerak namun tak kedengaran
sedikit suarapun, setelah ditunggu beberapa saat namun pihak lawan belum juga buka suara,
dengan gusar Pek Kun-gie segera menegur, Bagaimana? Apakah engkau ada rahasia penting
yang tak dapat diketahui oleh orang lain?”
“Heeehh…. heeehh…. heeeh….!” malaikat ke dua Sim Ciu tertawa seram, “budak ingusan besar
amat nyalimu! orang sih tak akan kulepaskan engkau mau apa?”
Pek Kun-gie tertawa dingin.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
572
“Hmm! Semula aku mengira para enghiong hoohan dari perkumpulan Hong-im-hwie adalah
manusia-manusia yang luar biasa, tak tahunya keberanian kalian hanya berbuat begitu
saja….Hmm! Sungguh memuakkan….”
Habis berkata selangkah demi selangkah dia maju ke depan.
“Hiantitli, engkau mau berbuat apa? tegur Cukat racun Yau Sut sambil menghalangi jalan
perginya.
“Aku hendak mengajak jago lihay ini untuk membicarakan soal pertukaran ini”
“Bagus sekali, sambung Sim Ciu sambil tertawa, “bagaimana caranya pertukaran ini
dilangsungkan?”
“Kalau dibicarakan sesungguhnya gampang sekali, engkau boleh segera melepaskan ciciku,
sedangkan aku akan menggantikan dirinya sebagai sanderamu, bagaimana? ringan sekali
bukan?”
Pek Soh-gie jadi gelisah sekali mendengar perkataan itu, buru-buru teriaknya, “Adikku aku tidak
takut menghadapi segala sesuatu apapun, engkau tak usah memperdulikan diriku”
Pek Kun-gie pura-pura tidak mendengar ucapan tadi, sepasang sorot matanya yang tajam dan
dingin berputar di atas wajah Sim Ciu, kemudian serunya kembali, “Hanya urusan yang kecil
sekali, apa yang patut kau curigai lagi? takut dengan aku?”
Sebenarnya kakak beradik itu adalah saudara kembar yang dilahirkan bersamaan waktunya, akan
tetapi setelah keluarganya terjadi perpecahan mengakibatkan lingkungan hidup serta sistim
pendidikan yang mereka terima berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Kalau Pek Soh-gie adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan watak yang halus serta
ramah tamah, sebaliknya Pek Kun-gie adalah seorang gadis yang kasar dengan mempunyai
watak yang keras, sifat maupun gerak-geriknya tentu saja berbeda satu sama lainnya.
Terdengar malaikat kedua Sim Ciu menyeringai dan tertawa seram, serunya mengejek, “Pek Kungie!
Ketahuilah bila engkau sampai terjatuh ketanganku, maka siksaan badaniah yang akan kau
alami berat sekali, engkau harus pikirkan lebih dahulu sebelum bertindak”
“Hmmmm! banyak bicara tak ada gunanya….” dengan langkah lebar ia segera berjalan maju ke
depan.
“Kun-gie….” teriak Cukat racun Yau Sut dengan perasaan hati serba salah.
Berhubung Cukat racun Yau Sut telah bertempur melawan Hoa Thian-hong, terhadap juru pikir
dari perkumpulan ini Pek Kun-gie merasa amat tidak senang hati, tidak menanti ia menyelesaikan
kata-katanya, dengan cepat ia menukas, “Paman Yau tak usah menghalang-halangi rencanaku
lagi, dia adalah saudara kandungku, apakah titli musti berpeluk tangan belaka?”
“Adikku….” teriak Pek Soh-gie dengan amat gelisah, “engkau ataupun aku bukankah sama saja?
Kenapa engkau harus bersikeras dengan pendirianmu itu?”
Pek Kuo Gie sama sekali tak menggubris ucapan encinya itu, dengan langkah lebar ia segera
berjalan menuju kesisi tubuh malaikat kedua Sim Ciu.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
573
“Berbuatlah yang cerdik!” seru Sim Ciu sambil menyeringai seram, “selama berada dalam
lingkaran daya seranganku, aku harap engkau jangan bertindak secara gegabah!”
Rupanya malaikat kedua dari Liong bun ini sudah cukup mengenali watak Pek Kun-gie yang tidak
sehalus serta sepenurut enci nya, maka begitu gadis muda itu berjalan mendekat, beberapa
totokan dengan cepat di lancarkan menotok jalan darah kaku dikedua belah tangannya, setelah
itu telapak tangannya yang lain didorong dan mengirim tubuh Pek Soh-gie kehadapan Cukat
racun Yau Sut.
Setelah berhasil meloloskan diri dari cengkeraman musuh, air mata jatuh berlinang membasahi
pipi Pek Soh-gie, dia putar badan dan berjalan kembali ke arah malaikat kedua Sim Ciu.
Dengan cepat Cukat racun Yau Sut menghalangi jalan perginya.
“Titli, engkau tak usah cemas atau gelisah” serunya, “sebentar lagi pangcu pasti akan tiba disini
dan sega1a persoalan dengan cepat dapat diselesaikan!”
Sementara pembicaraan masih berlangsung, kembali serombongan jago dari perkumpulan Sinkie-
pang telah tiba di tempat itu karena melihat tanda bahaya yang meledak di udara tadi.
Sekarang jumlah para jago dari perkumpulan Sin-kie-pang telah mencapai tiga puluh orang
banyaknya, diantaranya tentu saja terdapat para jago yang berkepandaian agak rendah,
meskipun kalau mereka disuruh bertarung satu lawan satu dengan Liong bun siang sat atau Yansan
It-koay masih belum mampu untuk mengatasinya, akan tetapi kalau sampai terjadi
pertarungan secara massal maka kemungkinan besar pihak perkumpulan Sin-kie-pang masih
mampu untuk merebut kemenangan.
Walaupun begitu berhubung Pek Kun-gie sudah terjatuh ke tangan lawan, dan dalam sebuah
gerakan yang gampang sekali malaikat kedua Sim Ciu sudah dapat membereskan nyawa gadis
tadi, maka Yau Sut serta anak buahnya tak berani bertindak secara gegabah.
Tiba-tiba terdengar Jin Hian berkata, “Hoa Thian-hong, bagaimanakah keadaan-nya sewaktu
putraku dibunuh orang apakah engkau dapat memberikan keterangan yang jelas dan terang?
Kalau tidak…. aku takut jiwamu akan segera berakhir pada hari ini juga”
Tertegun hati Hoa Thian-hong mendengar ucapan tersebut, sambil tertawa ia segera berkata,
“Jien Tang-kee, secara tiba-tiba engkau mencari gara-gara dengan diriku, entah apakah alasannya?”
“Hmm! ombak belakang mendorong ombak di depan, manusia baru akan menggantikan manusia
lama, jika ini hari aku orang she Jin tak mampu membinasakan dirimu, setelah lewat beberapa
hari lagi mungkin usahaku untuk menyingkirkan engkau akan tetap tinggal sebagai keinginan
belaka”
Haaahh…. haaahh…. haaahh…. kalau memang begitu, aku tak akan berbicara apa-apa lagi”
“Hmm! rupanya engkaupun mengalami kesulitan untuk menerangkan duduknya perkara
kepadaku, ketahuilah bagaimanapun juga engkau tetap tersangkut dalam peristiwa terbunuhnya
puteraku, pepatah kuno mengatakan, meskipun aku tidak membunuh Pak jin, akan tetapi Pak jin
mati lantaran aku, aku orang she Jin mempunyai alasan yang kuat untuk membereskan jiwamu”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
574
Makin berbicara nada suaranya berubah semakin dingin, secara tiba-tiba Hoa Thian-hong merasa
bahwa situasi yang dihadapi pada sa st ini jauh berbeda dengan keadaan dimasa lain.
Apa yang diucapkan Jin Hian sebenarnya merupakan ucapan yang sejujurnya, pertarungannya
melawan Yau Sut belum lama berselang meskipun tidak menimbulkan perasaan apa-apa bagi
dirinya, akan tetapi para penonton yang bersda di samping lapangan rata-rata telah mempunyai
satu pandangan yang sama.
Bisa dibayangkan dengan kepandaian silat yang dimiliki Yau Sut serta kedudukannya yang tinggi
sekali dalam dunia persilatan, ternyata walaupun sudah bertarung sebanyak lima enam puluh
jurus melawan Hoa Thian-hong ternyata memang kalah masih susah di tentukan, apabila mulut
lukanya tidak pecah entah sampai kapan pertarungan itu baru akan berakhir.
Jin Hian yang menyaksikan kelihayan ilmu silat pemuda itu, tentu saja tercekat hatinya dan
segera timbul niat jahat untuk secepatnya menyingkirkan pemuda itu mumpung ilmu silatnya
belum keburu bertambah lihay.
Terdengar Jin Hian dengan nada yang dingin menyeramkan berkata lebih jauh.
“Rencana atau rejeki datang tanpa pintu melainkan manusialah yang mancarinya, aku orang she
Jin pun dapat menyadari bahwa kematian dari puteraku adalah akibat terpengaruhnya oleh rasa
cinta asmara, akan tetapi dunia jagad begini luas, kemana aku harus pergi menemukan jejak dari
gadis pembunuh tersebut? Asal engkau dapat memberikan penjelasan atau keterangan yang bisa
dipertanggung jawabkan, aku orang she Jin pasti akan memberi satu jalan hidup bagimu”
Hoa Thian-hong tidak langsung menjawab, diam-diam ia berpikir kembali dalam hati kecil nya,
“Nama yang sebenarnya dari Giok Teng Hujin adalah Siang Hoa, dialah putri dari It kiam kay
tionggoan Siang Tang Lay, menurut pengakuannya Pedang emas terdiri dari pedang jantan dan
pedang betina, yang jantan berada di tangan Giok Teng Hujin sedang yang betina katanya
berada di dalam pedang mustika milik Thong-thian Kaucu , jelas semua rahasia ini ada sangkut
pautnya dengan kematian dari Jing Bon, dan kalau aku tinjau lebih jauh maka kematian dari Jin
Bong besar sekali kemungkinannya punya kaitan yang erat cengan Giok Teng Hujin, atau dengan
perkataan lain gadis yang diutus untuk melaksanakan pembunuhan ini tentulah anak buah dari
Giok Teng Hujin, bukankah Pui Che-giok adalah anak buahnya? Tapi…. haruskah kuungkapkan
rahasia tersebut dihadapan mereka?”
Untuk beberapa saat lamanya pemuda itu jadi bimbang dan tak tahu apa yang musti dilakukan
olehnya.
“Hoa Thian-hong!” bentak Jin Hian secara tibaTiba-tiba. “Apa yang hendak kau katakan?”
“Pada saat ini aku tiada perkataan lain yang bisa diutarakan keluar” jawab Hoa Thian liong
dengan alis berkernyit.
Dari balik mata Jin Hian tiba-tiba terpencar keluar nafsu membunuh yang amat tebal, ia melirikan
matanya sekejap ke arah Liong bun siang sat, Yan-san It-koay, kemudian ujarnya, “Persoalan
telah jadi begini, bagaimana menurut pendapat kalian bertiga….?”
“Jika Jien Tang-kee menurunkan perintah, kami semua siap menyerbu ke arah depan!” jawab
malaikat pertama Sim Kian.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
575
Sorot mata tajam memancar keluar dari balik mata Jin Hian, dia memandang sekejap ke arah
dalam gua, lalu sambil ulapkan tangannya ke arah pengawal pribadi golok emas yang berkumpul
di belakang tubuhnya ia membentak, “Serbu!”
Tidak menunggu yang lain, ia menerjang maju lebih dahulu ke depan.
Jilid 29
DALAM keadaan dicekam hawa amarah ketua dari perkumpulan Hong-im-hwie ini segera
memimpin para jago lihaynya untuk menyerbu masuk ke dalam gua dimana Hoa Hujien ibu dan
Hoa Thian-hong sedang berlatih ilmu silat.
Hoa Thian-hong jadi terkejut bercampur gusar menyaksikan datangnya serbuan tersebut, pedang
bajanya dengan cepat diayun ke muka mengirim satu bacokan ke arah tubuh lawan.
Tio Sam-koh yang berada disisinya, segera membentak pula dengan nada nyaring, “Seng ji,
cepat mundur ke belakang!”
Di tengah bentrokan nyaring dentingan tajam menggema memecahkan kesunyian, tahu-tahu
toya bajanya telah bentrok dengan beberapa batang golok besar berwarna emas yang
mengakibatkan timbulnya percikan bunga api memenuhi seluruh angkasa.
Dalam waktu singkat malaikat periama Sim Kian serta Yan-san lt koay telah turun tangan pula,
mereka berdua masing-masing menyerang Tio Sam-koh serta Hoa In.
Seketika itu pula pertempuran sengit yang menegangkan hati berkobar diluar mulut gua, Jin
Hian, Sim kian serta Yan-san It-koay tiga orang gembong iblis yang namanya pernah
menggemparkan sungai telaga di tambah belasan orang pengawal golok emas bersama-sama
mengerubuti Hoa Thian-hong bertiga.
Pertempuran ini berlangsungnya mendadak sekali datangnya ancamanpun cepat serta ganas
bagaikan air bah yang menyapu daratan, baru saja para jago dibikin kaget bencana telah berada
di depan pintu.
Dari pihak perkumpulan Hoa Im Hwee, hanya malaikat kedua Sim Ciu seorang yang tidak turun
tangan, siluman tua yang banyak pengalaman ini mencekal lengan Pek Kun-gie erat-erat,
sementara sorot matanya yang beringas dengan tajam menatap mulut gua tanpa berkedip.
Dalam pada itu para jago lihay dari perkumpulan Sin-kie-pang di bawah pimpinan Cukat racun
Yau Sut hanya berdiri sambil berpeluk tangan disisi arena, tak seorangpun diantara mereka
menunjukkan tanda tanda hendak turun tangan.
Pek Soh-gie yang berdiri di samping Yau Sut seketika merasakan badannya gemetar keras dan
air mukanya berobah jadi pucat pias bagaikan mayat, dengan air tnata jatuh bercucuran
pintunya,
“Paman Yau, Hoa toako pernah menyelamatkan jiwaku…. cepatlah turunkan perintah dan….”
“Persoalan ini menyangkut masalah yang amat besar” tukas Cukat racun Yau Sut dengan cepat,
“maafkanlah pamanmu kalau di dalam peristiwa ini tak dapat mengambil tindakan secara
gegabah”
“Oh Sam….!” tiba-tiba terdengar Pek Kun-gie membentak dengan nada yang menyeramkan.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
576
Oh Sam terperanjat dan seketika merasakan sekujur tubuhnya gemetar keras, dan buru-buru ia
berseru, “Aku segera akan turun tangan!” tanpa banyak bicara ia menerjang ke samping tubuh
Hoa Thian-hong dan segera melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke arah Jin Hian.
Dalam waktu singkat pertarungan yang berlangsung dengan seru dan tiba-tiba itu sudah
mencapai pada babak yang menegangkan hati, pedang baja di tangan Hoa Thian-hong bergetar
silih berganti keempat penjuru untuk membendung datangnya serangan-serangan gencar dari
pihak musuh.
Hoa In serta Tio Sam-koh tanpa memperdulikan keselamatan sendiri, berusaha mati-matian
melindungi si anak muda itu, setelah terjunkan Oh Sam ke dalam gelanggang situasi pun segera
berubah agak mendingan.
Kendatipun begitu, sayang sekali pihak lawan bukan saja terdiri dari tiga orang tokoh sakti
bahkan ditambah pula dengan delapan orang mengawal golok emas yang berilmu silat sangat
lihay, berada dalam keadaan yang sama sekali tak seimbang ini lama kelamaan Hoa Thian-hong
mulai tak kuat menahan diri.
Di tengah berlangsungnya pertarungan sengit, darah segar mengalir dengan derasnya dari mulut
luka di atas dada Hoa Thian-hong, tusukan pedang dari Ang Yap toojio ini meskipun tidak
berhasil membinasakan dirinya, tapi mulut luka yang ditinggalkan olehnya telah menyeret si anak
muda itu terjurumus ke dalam situasi yang amat berbahaya.
Diam-diam Hoa Thian-hong mengeluh, kepungan dari pihak lawan kian lama kian bertambah
ketat sementara pihaknya sudah mulai terancam dalam bahaya, namun tak ada sesuatu
usahapun yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan diri.
Dipihak lain, air muka Pek Kun-gie telah berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, hatinya hancur
luluh sementara pandangan matanya jadi berkunang-kunang, meskipun ia saksikan Hoa Thianhong
berjuang untuk mempertahankan hidupnya, akan tetapi ia sama sekali tak berdaya untuk
menyelamatkan jiwa kekasih hatinya.
Dalam waktu singkat rasa benci, mendongkol, gusar dan dendam bercampur aduk di dalam
benaknya, dia amat membenci orang-orang dari perkumpulan Hong-im-hwie, ia lebih-lebih benci
terhadap Cukat racun Yau Sut.
Malaikat kedua Sim Ciu yang selama ini menonton jalannya pertarungan dari sisi arena, tiba-tiba
seolah-olah telah memahami akan sesuatu, ia berseru tertahan.
Dengan cepat pikirnya di dalam hati, “Kenapa sampai sekarang perempuan di dalam gua itu
belum juga munculkan diri? ia bisa berbuat demikian tentu disebabkan oleh keadaan yang
terpaksa atau terluka atau sakit, kalau tidak ia tentu sudah mengalami jalan api menuju neraka
sehingga tak mampu bergerak lagi dari dalam gua tersebut….”
Begitu ingatan tadi berkelebat dalam benaknya, dengan wajah berseri-seri ia segera berteriak
keras.
“Loo toa, perketat seranganmu, aku lihat perempuan she Hoa itu pasti sudah menderita sesuatu
penyakit, boleh jadi ia sudah cacad sehingga sepasang kakinya tak dapat di pergunakan lagi”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
577
Sementara itu darah segar sudah banyak terbuang dari tubuh Hoa Thian-hong, badan-nya mulai
terasa lemas dan tak bertenaga, ketika mendengar suara teriakan tersebut, hatinya jadi
terperanjat sehingga tanpa terasa gerakan tangannya jadi agak terlambat.
Di dalam menghadapi pertarungan semacam ini, yang paling penting adalah pusatkan
perhatiannya untuk menghadapi lawan, ketika dilihatnya pemuda itu agak terlambat gerakannya,
malaikat pertama Sim Kian jadi kegirangan setengah mati, laksana kilat tangannya berkelebat ke
depan sambil melancarkan serangan.
“Roboh kau!” bentaknya.
Sebuah pukulan yang keras dengan telak bersarang di atas pinggang Hoa Thian-hong, terdengar
pemuda itu berseru tertahan dan tubuhnya bersama pedang segera mencelat kehadapan
malaikat kedua Sim Ciu, Bayangan manuiia berkelebat lewat, Cukat racun Yau Sut meloncat
beberapa tombak ke tengah udara, lima jari tangannya bagaikan cakar burung elang tiba-tiba
mencengkeram tubuh Hoa Thian-hong.
Malaikat kedua Sim Ciu yang menyaksikan kejadian itu jadi gusar sekali sehingga
memperdengarkan suitan nyaring, dengan ilmu cakar Tay im sin jiau yang maha dahsyat ia
lancarkan sebuah serangan maut ke arah juru pikir dari perkumpulan Sin-kie-pang itu.
Dengan sebuah tangan melancarkan serangan, tangan lain mencengkeram lengan Pek Kun-gie,
tampaklah dari balik kelima jari tangan kanannya memancar keluar kabut putih yang amat tebal.
Tercekat hati Cukat racun Yau Sut menyaksikan kelihayan musuhnya, buru-buru ia meloncat
mundur sejauh dua depa ke belakang, setelah berhasil meloloskan diri dari ancaman tersebut,
tiba-tiba tangan kanannya diayun ke depan mengirim satu pukulan pula ke arah Sim Ciu.
Jarak diantara kedua orang tokoh sakti itu hanya terpaut dua tiga depa belaka, malaikat kedua
Sim Ciu seketika merasakan datangnya sepulung angin pukulan yang sangat dingin menyerang
ke arah tubuhnya, ia tahu serangan tersebut hebat sekali, hatinya seketika terperanjat.
Setelah kedua orang itu sama-sama mengeluarkan ilmu simpanannya, kedua belab pihak samasama
merasa tercekat hatinya, Sim Ciu yang harus terburu-buru untuk menghindarkan diri dari
ancaman tersebut tidak sempat untuk mengurusi Hoa Thian-hong lagi.
Sejak pinggangnya terkena sebuah pukulan tadi, Hoa Thian-hong merasakan tulang
punggungnya jadi amat sakit seperti patah, isi perutnya goncang dan badannya segera roboh ke
atas tanah, menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah dengan cepat ia menggelinding ke
arah samping.
Bentakan keras berkumandang memecahkan kesunyian, pada saat hampir yang bersamaan Hoa
In, Tio Sam-koh, Yan-san It-koay serta malaikat pertama Sim Kian bersama-sama menerjang
maju ke depan, tubuh masih berada di udara, pertarungan sengit telah berlangsung.
Sambil menahan rasa sakit yang merasuk ketulang sumsum, Hoa Thian-hong berusaha untuk
merangkak bangunan dari atas tanah, tetapi sebelum tubuhnya sempat bangkit berdiri, tiba-tiba
cahaya tajam yang menyilaukan mata telah meluncur datang di depan mata disusul munculnya
segulung desiran angin golok membacok ke atas batok kepalanya.
Hoa Thian-hong amat terperanjat, pedang bajanya segera diangkat ke atas untuk menangkis
datangnya ancaman tersebut.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
578
“Traaang….!” bentrokan nyaring menggema memecahkan kesunyian disusul percikan bunga api
menyebar keempat penjuru, empat orang pengawal golok emas yang menyergap dari belakang
segera terpukul pental ke arah belakang.
Pedang baja amat kuat dan tajam, sepasang golok emas milik lawan mampu dihajar sampai
patah di dalam bentrokan tadi, sayang Hoa Thian-hong sudah terlalu banyak kehilangan darah,
tenaga serangannya jadi makin merosot sehingga tak dapat digunakan sebagaimana mestinya,
ditambah pula pinggangnya baru saja termakan oleh sebuah pukulan dari Sim Kian, hal ini
membuat tangkisan pedang tidak memenuhi syarat.
Bentakan keras berkumandang memecahkan kesunyian, anak buah perkumpulan Sim Kie Pang
yang selama ini hanya berpeluk tangan belaka, setelah menyaksiken Cukat racun Yan Sut telah
turun tangan, merekapun bersama-sama turun tangan berbareng menerjang ke arah malaikat
kedua Sim Ciu.
Dalam waktu singkat cahaya senjata bayangan telapak beterbangan memenuhi seluruh angkasa,
jalannya pertarunganpun semakin seru.
Diam-diam tercekat hati Sim Ciu menjumpai datangnya kerubutan yang begitu banyak, dalam
gugupnya dia segera angkat tubuh Pek Kun-gie dan diputar ke depan untuk menangkis
datangnya ancaman senjata yang muncul dari empat arah delapan penjuru itu.
Anak buah perkumpulan Sim Kie Pang takut kalau senjata mereka melukai Pek Kun-gie, melihat
datangnya babatan itu dengan cepat mereka menarik diri sambil meloncat mundur ke belakang,
dengan kejadian itu para jago jadi semangkin gusar bercampur penasaran, setelah mundur untuk
kedua kalinya mereka maju lagi melancarkan serangan.
Hoa Thian-hong kegirangan setengah mati setelah menyaksikan situasi dalam kalangan
pertempuran telah berubah jadi tiga buah medan pertempuran, sambil menahan rasa sakit pada
pinggangnya dia mengempos napas dan segera menyerang kembali ke arah para pengawal golok
emas dari perkumpulan Hong-im-hwie.
Tiba-tiba punggungnya terasa dingin, menggunakan kesempatan dikala situasi berubah jadi amat
kalut dan tak karuan itu, secepat kilat Cukat racun Yau Sut menerjang ke belakang punggungnya
dan menempelkan telapak tangannya di atas tubuh.
Tio Sam-koh serta Hoa In yang selama ini masih terlibat dalam pertempuran sengit, walaupun
bertempur, sorot mata mereka tak pernah berpisah dari tubuh Hoa Thian-hong, sekarang telah
tahu bahwa pemuda tersebut terancam bahaya, mereka terkejut bercampur cemas, buru-buru
mereka tinggalkan lawannya dan berbalik menerjang ke arah Cukat racun Yau Sut.
Pantangan paling besar bagi para jago 1ihay yang sedang bertempur adalah pecah pikiran,
dengan mundurnya kedua orang itu, Yan-san It-koay, Sim Kian serta Jin Hian segera
mempergunakan kesempatan baik ini untut menerjang ke depan, telapak dan jari dilancarkan
secara berbareng menyergap punggung dua orang jago itu.
Tio Sam-koh amat gusar merasakan datangnya ancaman itu, dalam keadaan yang amal kritis
toya bajanya ditekan ke bawah lalu sekuat tenaga dibabat ke belakang, hal ini memaksa Yan-san
It-koay harus meloncat mundur ke belakang.
Hoa In lebih mementingkan keselamatan majikan mudanya dari pada keselamatan sendiri, ia
telah melupakan marabahaya yang bakal mengancam datang dari sekeliling tubuhnya, menanti
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
579
ujung jari Sim kian serta angin pukulan dan Jin Hian sudah hampir mengenai sasarannya dia
baru merasa.
Untuk menangkis atau menghindar sudah tak sempat lagi, dalam bahaya terpaksa ia meloncat
setengah depa ke samping, setelah berhasil menghindarkan diri dari serangan Tay im sin jiau
dari Sim Kian, bawa murni nya segera disalurkan ke atas punggung untuk menerima datangnya
serangan tersebut dengan keras lawan keras.
“Braaaak….! Serangan berat dari Jin Hian bersarang telak di atas punggung Hoa In, membuat
pelayan tua itu mendengus berat dan badannya terlempar sejauh beberapa tom bak dari tempat
semula.
Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata, terdengar Cukat racun Yau Sut dengan
suara lantang berteriak, “Semua anggota perkumpulan Sin-kie-pang mundur….!”
Mendengar perintah mundur dari juru pikir perkumpulannya, semua jago dari perkumpulan Sinkie-
pang segera menarik diri dari gelanggang pertarungan dan segera mengundurkan diri
kesektor sebelah kanan dari jembatan baru itu, rupanya mereka berusaha menutup jalan mundur
dari para jago perkumpulan Hong-im-hwie.
Jin Hian sendiripun segera memerintahkan seluruh jagonya untuk berhenti bertarung.
Tio Sam-koh untuk kesekian kalinya siap menerkam ke arah Cukat racun, akan tetapi denpan
suara dingin Yau Sut segera mengancam, “Barang siapa berani bergerak secara sembarangan,
jangan salahkan kalau aku segera akan habisi dahulu nyawa Hoa Thian-hong.
Hoa In meloncat bangun dari atas tanah, dengan langkah lebar dia maju ke depan dan berhenti
kurang lebih delapan depa dihadapan Cukat racun, serunya dengan suara dalam, “Yau Sut!
andaikata engkau berani melukai Siau Koan-jin dari keluarga kami, sekali pun sudah mati aku
akan jadi setan untuk makan dagingmu serta menyeset kulitmu, agar engkau tiada tempat untuk
dikubur!”
Cukat rcicun Yau Sut menempelkan telapak kanannya di atas punggung Hoa Thian-hong, lalu
sambil tertawa dingin katanya, “Kita lihat saja bagaimana akhirnya nanti, jika keadaan, memang
memaksa…. apa boleh buat kalau terpaksa aku harus bertindak menuruti suara hatiku sendiri”
Perlahan-lahan Hoa Thian-hong angkat kepalanya, ia lihat Hoa In serta Thio Sam-koh berdiri
tidak jauh dihadapannya, rambut mereka telah beruban semua, di atas wajahnya yang penuh
keriput terlintas hawa gusar dan murung yang amat tebal, diam-diam ia menghela napas
panjang, pikirnya, “Sekarang sudah mendekati tengah hari, entah bagaimanakah keadaan dari
ibu? Kedua orang tua ini….”
Tiba-tiba terdengar Pek Soh-gie bertanya dengan suara gugup, “Paman Yau, apa yang hendak
kau lakukan terhadap Hoa toako….?”
Cukat racun Yau Sut tertawa terbahak-bahak.
“Haaah…. haaah…. paman sendiripun tidak dapat mengambil keputusan, akan kulihat
bagaimanakah keputusan dari keponakan Kun-gie….!” jawabnya.
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar sinar mata semua orang sama-sama dialihkan ke atas
wajah Pek Kun-gie.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
580
Malaikat kedua Sim Ciu setelah menotok jalan darah kaku disepanjang lengan Pek Kun-gie,
sebelah tangannya ditekan di atas bahunya, pada saat itu sambil tertawa ujarnya, “Pek Kun-gie!
bagaimana pendapatmu kalau aku hendak menggunakan dirimu untuk ditukar dengan Hoa
Thian-hong?”
Pek Kun-gie pura-pura tidak mendengar, sepasang biji matanya yang bening bagaikan air
menatap tajam wajah Hoa Thian-hong tanpa berkedip, diam-diam pikirnya dalam hati,
“Sepanjang hidupnya tak mungkin dia akan mengawini diriku, aaai….! hal ini harus disalahkan
pada sikapku sendiri di masa yang lampau, andaikata sikapku kepadanya tidak jahat sekali, tak
mungkin dia akan menaruh kesan yang amat buruk kepadaku.”
Diluaran ia tetap bersikap angkuh dan keras hati, padahal hatinya merasa sedih sekali sehingga
terasa hancur lebur dan ingin mati saja.
“Kun-gie….” tiba-tiba Cukat racun Yau Sut berseru.
Pek Kun-gie melotot besar, dengan suara yang kasar dia menukas, “Aku dibesarkan dihadapan
paman, masa paman masih belum jelas dengan watakku?” Yau Su tertawa lebar.
“Seandainya paman tidak menolong engkau maka aku akan merasa bersalah terhadap pangcu,
sebaliknya kutolong dirimu bukan saja engkau berterima kasih sebaliknya malah mendendam
terhadap paman, aaai….! engkau benar-benar membuat paman susah hidup sebagai orang”
“Kalau paman hendak menyelamatkan diriku maka sudah sepantasnya kalau menempuh jalan
yang lain, siasat tukar kuda ganti panglima seperti ini lebih baik jangan kau usulkan lagi
kepadaku”
Maksud dari perkataan itu jelas sekali, ia lebih rela jatuh di tangan musuh dari pada ditukar oleh
Yau Sut dengan selembar nyawa Hoa Thian-hong.
Cukat racun Yau Sut tertawa, diluaran ia tetap bersikap tenang sementara dalam hati kecilnya ia
memaki.
“Hmmm! budak ingusan yang tak tahu diri, enak benar kalau bicara…. menggunakan cara lain?
dianggapnya Liong bun siang sat adalah manusia yang gampang dihadapi?”
Hoa Thian-hong dapat menyaksikan pula kekakuan yang terjadi diantara kedua orang itu, dalam
hati ia segera berpikir.
“Mati atau hidup telah ditentukan oleh takdir, rejeki atau bencana Thian lah yang berkuasa, lebih
baik aku tak akan menerima maksud baik dari Pek Kuu Gie”
Berpikir demikian, ia lantas berpaling dan serunya.
“Cukat racun, mau bunuh, mau cingcang cepatlah mengambil keputusan, kalau tidak sekali putar
badan kubacok tubuhmu….”
Yau Sut segera menekan telapaknya ke depan, seketika itu pula terasalah hawa dingin yang
amat menusuk tulang menembus urat nadi pentingnya, terdengar ia mengancam.
“Kalau engkau berani bergerak, maka sekali hajar akan kuhancur lumatkan isi perut mu!”
Hoa Thian-hong tertawa dingin.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
581
“Heeehh…. heeeehh…. heeeeh…. kalau aku orang she Hoa mati, maka engkau akan gunakan
apa untuk barter Sim Ciu, dan bagaimana pula pertanggungan jawabmu terhadap pangcu
kalian?”
Cukat Yau Sut tersenyum, tiba-tiba ia berbisik lirih, “Katakanlah kepadaku, siapa sebenarnya
yang telah membinasakan putranya Jin Hian?”
“Maksudmu, pedang emas tersebut kini terjatuh ke tangan siapa?” seru Hoa Thian-hong sengaja
mempertinggi suaranya.
Yau Sut tertawa kering.
“Terserah bagaimana jawabanmu, aku hanya ingin tahu siapakah pembunuh yang sebenarnya?”
“Hmm! bukankah sedari tadi sudah kukatakan bahwa pedang emas kini berada di tangan Thian
Ik-cu, siapakah pembunuh yang sebenarnya asal kau tanyakan kepada imam tua itu masa dia tak
akan memberikannya kepadamu….?”
“Yau Sut!” tiba-tiba malaikat kedua Sim Ciu berseru, “cepat bawa kemari keparat cilik itu, kalau
tidak aku akan suruh budak ingusan ini untuk merasakan sedikit siksaan lebih dahulu”
“Lepaskan dahulu tawananmu, setelah itu aku orang she Yau baru akan serahkan keparat cilik ini
ketanganmu”
“Kurangajar!” maki Sim Ciu dengan alis mata berkenyit, “masa engkau tidak percaya dengan
diriku?”
Sambil berkata telapaknya yang menekan di atas bahu Pek Kun-gie diperberat, gadis lersebut
dengan cepat merasakan bahunya jadi berat sekali bagaikan ditindih oleh bukit gunung yang
sangat berat, akan tetapi ia tak sudi menyerahkan diri, sambil menggertak gigi ia tetap
mempertahankan diri untuk berdiri tegak, dalam sekejap mata rasa sakit yang dirasakan olehnya
sudah tak tahan lagi, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar membasahi seluruh
tubuhnya.
Semua jago dari perkumpulan Sin-kie-pang jadi amat gusar, mereka bersiap-siap untuk meloncat
maju ke depan, tetapi teringat bahwasanya kesalamatan jiwa gadis itu masih berada di tangan
lawan, maka tak seorangpun berani bertindak secara gegabah.
Jin Hian adalah seorang pemimpin dari suatu perkumpulan besar, tentu saja kedudukannya jauh
berbeda dari malaikat kedua Sim Ciu, tatkala dilihatnya suasana jadi tegang dan setiap saat
bentrokan secara ke-kerasan bakal terjadi, buru-buru ia maju ke depan dan berkata dengan
suara dalam, “Yau heng, serahkan saja keparat cilik itu kepadaku, aku tanggung nona Pek pasti
akan dilepaskan pula, engkau tak usah kuatir aku tak akan mengingkari janji”
Hoa Thian-hong selama ini bersikeras mengatakan bahwa pedang emas berada di tangan Thian
Ik-cu, namun siapapun tak berani mempercayai ucapan yang tiada ujung pangkalnya itu dengan
begitu saja, sebab urusan menyangkut pula kematian Jin Bong, tetapi justru karena itu pula Jin
Hian semangkin bernafsu untuk menangkap Hoa Thian-hong serta mencari keterangan dari
mulutnya.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
582
Diam-diam Cukat racun Yau Sut berpikir di dalam hatinya, ia merasa lebih baik menyalahi yang
kecil dari pada menanggung resiko besar, bagaimanapun juga Pek Kun-gie sudah seharusnya
ditukar lebih dahulu.
Karenanya ia segera mendorong tubuh Hoa Thian-hong untuk bergerak maju ke depan.
Sejak semula Hoa Thian-hong sudah tidak memikirkan tentang keselamatan jiwanya lagi,
sekarang sambil menahan sakit dengan ga gahnya ia berjalan kehadapan Jin Hian, dia ingin tahu
apa yang hendak dilakukan oleh pemimpin perkumpulan Hong-im-hwie ini.
Terdengar Pek Kun-gie dengan penuh ke gusaran berteriak.
“Paman Yau, selamanya engkau selalu cantik dan tak pernah bertindak bodoh, mengapa
sekarang kau lakukan perbuatan yang sama sekali tidak pintar seperti ini?”
“Atas kebaikan serta kepercayaan dari ayahmu, aku berhasil menduduki posisi yang tinggi serta
memperoleh kehormatan yang besar dari semua orang, budi kebaikan yang kuterima sudah
terlalu banyak, sekarang melihat engkau terjatuh ke tangan musuh, apakah tidak pantas kalau
aku berusaha untuk menolong dirimu lebih dahulu? Aaaai….!”
Siapa tidak mengalami sendiri, dia tak akan tahu keadaan yang sebenarnya, dari mana engkau
bisa tahu kesulitan yang sedang paman hadapi saat ini?”
Pek Kun-gie tertawa dingin.
Heeeh…. heeeh…. heeeh…. sekalipun paman akan berbicara sampai langit ambruk dunia terbalik,
titli tak akan melupakan peristiwa yang terjadi pada saat ini”
Cukat racun Yau Sut tertawa, ketika, berjalan sampai dihadapan Tio Sam-koh serta Hoa In, dia
berhenti dan berkata, “Tenaga pukulanku belum berhasil kulatih hingga mencapai taraf yang bisa
mengendalikan tenaga serangan dan tenaga bertahan jika kalian berdua ada maksud menolong
orang sehingga memaksa aku terpaksa harus turun tangan, kalau sampai jiwa Hoa kongcu
terluka, janganlah menyalahkan diriku!”
Tio Sam-koh serta Hoa In memandang ke arah Cukat racun itu dengan sorot mata berapi-api dan
memancarkan cahaya penuh kegusaran, darah panas dalam dada mereka bergelora keras
setelah mendengar perkataan itu sehingga rambutnya yang telah beruban pada bergetar keras,
hal ini menunjukkan bahwa kegusaran yang berkobar dalam dada mereka sudah mencapai pada
taraf yang tak terkendalikan lagi.
Hoa Thian-hong merasa terharu bercampur berterima kasih, dia menghela napas panjang dan
berkata.
“Sam Poo, engkau tak usah gusar! andai kata boanpwee menemui nasib yang kurang mujur
harap engkau orang tua suka membalaskan dendam sakit hatiku ini”
“Engkau tak usah kuatir!” jawab Tio Sam-koh sambil mendepakkan tongkatnya ke atas tanah
dengan penuh kebencian, “sekalipun aku harus mempertaruhkan jiwa tuaku, dendam sakit hati
ini pasti akan kutuntut balas!”
Hoa Thian-hong tersenyum, sambil memandang ke arah Hoa In ujarnya kembali dengan suara
lantang.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
583
“Pergilah berjaga-jaga dimulut gua, jangan biarkan seorang manusiapun pergi mengganggu
Cubo!”
Hoa In tidak menjawab, kakinya perlahan-lahan bergeser dan mundur ke belakang, ditinjau dari
keadaannya pelayan tua itu merasa tak rela mengundurkan diri dengan begitu saja, bahkan
berusaha mencari kesempatan untuk menyergap lawannya.
Hoa Thian-hong menggerakkan bibirnya ingin mengucapkan sesuatu untuk memperingatkan
pelayan tuanya itu, tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia segera teringat kembali
akan peristiwa yang pernah dilihatnya dalam kuil It-goan-koan diluar kota Leng an, dimana Chin
Pek-cuan serta seorang pria berkerudung yang berpotongan badan seperti kunyuk pernah
menyampaikan surat rahasia dari Cukat racun Yau Sut.
Teringat akan peristiwa ini, dengan cepatnya ia berseru, “Hoa In, masih ingatkah engkau akan
peristiwa yang terjadi di dalam kuil It goan-koan diluar kota Leng an?”
Tertegun hati Hoa, ia mendengar ucapan itu, balik tanyanya, “Apa yang Siau Koan-jin
maksudkan?”
“Persoalan tentang dua orang manusia berkerudung yang menyampaikan surat rahasia!”
Hoa In segera teringat kembali akan peristiwa itu, dimana Thian Seng-cu telah menerima dua
orang manusia berkerudung yang menyampaikan surat rahasia dimalam buta, dengan nada
tercengang tanyanya lagi.
“Siau Koan-jin, apa maksudnya mengajukan kembali persoalan tersebut?”
Hoa Thitn Hong tertawa.
“Perbuatan bagus yang telah dilakukan Yau kun su, apa salahnya kalau kau beberkan keluar agar
semua orang bisa ikut mengetahuinya?”
Air muka Cukat racun Yau Sut agak berubah mendengar ucapan itu, dengan alis berkenyit ia
segera berseru, “Jadi orang tak pernah merugikan orang, ketukan di tengah malam buta tak
akan mengejutkan hati, kalau aku orang she Yau pernah melakukan sesuatu perbuatan baik, dari
mana kalian bisa mengetahuinya”
“Benar juga!” pikir Hoa In di dalam hati, “tempo hari gara-gara anjing keparat she Yau ini hampir
saja Siau Koan-jin menemui ajalnya, bahkan sampai sekarangpun racun teratai empedu api
masih bersarang dalam tubuhnya dan tak berhasil dipunahkan, ditambah pula ia berani mencari
masalah dengan Siau Koan-jin pada saat ini, kalau aku tidak mengungkapkan rahasia hatinya ini,
panas rasanya hatiku…. Hmmm! akan kulihat jabatan Kunsumu itu bisa dipertahankan sampai
kapan?”
Apa yang ditulis dalam surat rahasia yang disampaikan Chin Pek-cuan kepihak Thong-thian-kauw
sama sekali tak diketahui oleh Hoa In, akan tetapi berhubung rasa bencinya terhadap Cukat
racun Yau Sut sudah kelewat batas maka sesudah berpikir sebentar dia lantas berteriak keras.
“Orang-orang dari perkumpulan Sin-kie-pang dengarkanlah baik-baik, Cukat racun Yau Sut
mengkhianati ketuanya mencari pahala, secara diam-diam ia mengadakan hubungan dengan
pihak Thong-thian-kauw untuk berkomplot menggulingkan kekuasaan pangcu yang sekarang….”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
584
Teriakan yang diutarakan dengan sekenanya ini dengan cepat menggemparkan para jago dari
pihak perkumpulan Sin-kie-pang, puluhan pasang sorot mata bersama-sama dialihkan ke atas
wajah Yau Sut.
Cukat racun Yau Sut sebenarnya adalah seorang jago yang paling pandai membawa diri serta
tenang dalam menghadapi segala persoalan, akan tetapi setelah dilihatnya sorot mata semua
orang dialihkan ke arahnya membuat ia jadi kikuk dan tak dapat menyembunyikan diri dari
rahasia hatinya itu, dari malu dia jadi gusar, bentaknya, “Keledai tua, rupanya engkau sudah
bosan hidup!”
Tangan kirinya bagaikan senjata tombak laksana kilat berkelebat ke depan melancarkan
serangan maut.
Tiba-tiba Hoa Thian-hong membentak keras, sambil memutar badan pedangnya dengan dahsyat
dibacok ke arah bawah.
Kiranya menggunakah kesempatan dikala Cukat racun Yau Sut merasa terkejut bercampur gusar
dan pikirannya goncang karena rahasianya ketahuan, tiba-tiba ia melepaskan diri dari
cengkeraman lawan lalu melancarkan sebuah bacokan dengan kekuatan yang maha dahsyat.
Serangan tersebut ganas dan luar biasa dahsyatnya, diiringi hawa pedang seria pekikan tajam
yang menusuk pendengaran pedang baa itu menggeletar diaigkasa mengancam batok kepala
orang she Yau itu, begitu hebat serangannya membuat jago dalam arena sama-sama bergidik.
Keringat dingin segera membasahi seluruh tubuh Cukat racun Yau Sut, sepasang kakinya segera
menjejak tanah dan tubuhnya melompat lima depa jauh dari tempat semula, nyaris sekali ia
termakan oleh bacokan pedang yang sangat hebat itu.
Bentakan keras bergema memecahkan kesunyian, telapak kanan Hoa In diayun ke arah depan,
hawa pukulan Sau yang ceng khi yang sangat tajam dengan cepatnya menggulung ke arah
tubuh Yau Sut.
Cukat racun Yau Sut segeta menggerakkan telapak kanannya untuk menyambut datangnya
serangan dari Hoa In dengan keras lawan keras, di tengah bentrokan nyaring lengannya seketika
terasa menjadi kaku dan linu, tanpa dicegah tubuhnya tergetar mundur sejauh tiga langkah dari
tempat semula.
Tiba-tiba Tio Sam-koh membentak keras, “Bajingan bau dari perkumpulan Sin-kie-pang, kenapa
kalian belum juga turun tangan bersama untuk membekuk penghianat dari perkumpulan kalian
ini….?”
Toya bajanya diputar dan ia menerjang lebih dahulu ke arah Yau Sut.
Bayangan manusia berkelebat lewat, Teng Kong Li serta kakek bermuka kurus ditambah pula
seorang pria kurus baju hitam segera melompat masuk ke dalam gelanggang dan masing-masing
menyongsong kedatangan dati Tio Sam-koh, sementara sisanya yang lain tetap berdiri tegak di
tempat semula, rupanya setelah mendengar seruan dari Hoa In tadi, umbullah rasa curiga dalam
hati kecil mereka.
“Pada saat ini kepercayaan semua orang terhadap diriku sudah goyah,” pikir Cukat racun Yau Sut
di dalam hati, “pertarungan harus diselesaikan dengan cepat, sebelum terjadi pembangkangan
atas perintahku, ketiga orang bajingan itu harus berusaha di bekuk lebih dahulu!”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
585
Berpikir demikian, dia segera mengeropos tenaga dalamnya dan membentak keras, “Pelindung
hukum panji kuning maju semua, dan tangkap tiga orang siluman yang berusaha memecah belah
persatuan dtantara kita ini!”
“Oooh….! rupanya dalam tingkat pelindung hukum pun terbagi bagi menjadi beberapa kelas….”
pikir Hoa Thian-hong di dalam hati.
Pedang bajanya disapu secara mendatar ke arah depan dan langsung mengancam pinggang
orang she Yau tersebut.
Bayangan manusia berkelebat lewat, dari kalangan perkumpulan Sin-kie-pang kembali loacat
keluar lima orang kakek tua yang mana secara terpisah segera menyerang Hoa Thian-hong
bertiga.
Darah segar yang mengalir keluar dari mulut luka di atas dada Hoa Thian-hong masih mengucur
keluar tiada hentinya, sepasang kakinya terasa lemas tak bertenaga ditambah pula pinggangnya
terkena sebuah pukulan dari malaikat pertama Sim Kian, setiap kali dibuat bergerak rasanya sakit
hingga merasuk ketulang sumsum, baru saja bergebrak beberapa jurus tubuhnya sudah gontai
dan tak dapat berdiri tegak, keadaannya sangat berbahaya dan setiap saat jiwanya terancam
oleh maut.
Pek Kun-gie yang menyaksikan Hoa Thian-hong harus bertempur sengit dengan
mempertaruhkan selembar jiwanya, dalam hati terasa sedih dan sakit bagaikan diiris-iris dengan
pisau tajam, dalam hati segera pikirnya, “Peristiwa tentang penghianatan dari Yau Sut entah
benar entah tidak…. Aaaai, demi Thian-hong aku tak dapat berpikir terlalu banyak lagi….”
Tiba-tiba terdengar Hoa Thian-hong membentak keras Sreei! Sreet! Secara beruntun dia
melepaskan dua buah babatan ke arah depan.
0000O0000
40
KAKEK bermuka kurus itu mendengus dingin, ia pura-pura mundur ke belakang kemudian
menerjang maju kemuka, senjata kaitan beracunnya berputar kencang dan tiba-tiba menyergap
dari belakang punggung Hoa Thian-hong, cahaya biru berkilauan memenuhi angkasa, desiran
tajam sangat menggidik hati setiap orang.
Pek Kun-gie merasa gelisah sekali, meski pun ia tahu delapan bagian adalah palsu, namun
teriaknya juga dengan suara lantang, “Yau Sut! ayahku bersikap baik terhadapmu, kenapa
engkau membalas air susu dengan air tuba? Kenapa engkau berkhianat dari ayahku dan
bersekongkol dengan musuh untuk mengincar kedudukan pangcu?”
Air muka Cukat racun Yau Sut berubah sangat hebat, segera bentaknya dengan penuh
kemarahan, “Kun-gie, engkau berani bersikap kurang ajar terhadap pamanmu? dengan
berdasarkan apa engkau menuduh paman dengan kata-kata seperti itu?”
“Hmmm! engkau telah melakukan perbuatan yang sangat memalukan sekali, hubungan antara
paman dan keponakan sudah putus sampai disini saja, kenapa aku musti mengurusi soal kurang
ajar atau tidak?”
Peristiwa tentang bersekongkolnya Yau Sut dengan pihak Thong-thian-kauw serta berkhianatnya
dia dari perkumpulan Sin-kie-pang, sebenarnya sangat mencurigakan hati para jago lainnya dari
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
586
perkumpulan itu, apa lagi ucapan tersebut muncul dari mulut Hoa In yang belum dapat
dipercayai seratus persen kata-katanya, akan tetapi sekarang setelah mendengar nona mereka
menuduh dengan begitu pasti, seakan akan dia sudah lama mengetahui akan rahasia ini, rasa
sangsi dalam tubuh para jagopun makin bertambah tebal dan hati mereka pun mulai goncang.
Lima orang pelindung hukum dari barisan panji kuning yang sedang bertempur di tengah arena,
sesudah mendengar perkataan itu, hati mereka pun segera goncang dan dengan sendirinya
permainan jurus serangan merekapun jadi lambat, hawa pukulan yang semula sudah menguasai
keadaan dalam waktu singkat lenyap tak berbekas.
Tio Sam-koh serta Hoa In bukan manusia yang bodoh, begitu daya tekanan yang mengurung
tubuh mereka lenyap tak berbekas, dengan cepat mereka merebut posisi baik, dari bertahan kini
menjadi pihak penyerang, dalam beberapa jurus saja kedua orang itu sudah berhasil
menggeserkan diri ke samping tubuh Hoa Thian-hong dan melindunginya dari samping kiri dan
kanan.
Air mata Cukat racun Yau Sut berubah jadi dingin menyeramkan, biji matanya berputar dan tibatiba
ia membisikan suatu kepada para jago yang berada di belakang tubuhnya.
Terlihatlah bayangan manusia berkelebat lewat, dari pihak perkumpulan Sin-kie-pang kembali
meloncat keluar tiga sosok bayangan yang langsung menyerang ke arah belakang tubuh Hoa
Thian-hong.
Gerakan tubuh yang dimiliki ketiga orang itu cepat bagaikan sambaran kilat dan enteng sekali,
beberapa orang jago lihay dari pihak perkumpulan Hong-im-hwie yang menyaksikan hal ini,
wajah mereka nampak agak bergerak.
“Thian-hong….!” jerit Pek Kun-gie dengan keras.
Baru saja gadis itu berteriak, seorang kakek baju hitam yang kurus kering dan berwajah
menyeramkan tahu-tahu sudah tiba di belakang punggung Hoa Thian-hong, telapaknya segera
berkelebat ke depan menghantam pinggang si anak muda itu.
Gerakan tubuh orang itu cepat bagaikan hembusan angin, sewaktu melancarkan serangan,
sedikitpun tidak menimbulkan suara menanti Thian-hong menyadari akan datangnya serangan
tersebut keadaan sudah terlambat membuat hatinya terkesiap, buru-buru dia bersiap diri untuk
meloncat ke arah depan.
Terdengar Tio Sam-koh dan Hoa In membentak bersama, kedua orang itu berputar setengah
lingkaran, serangan toya dan telapak hampir bersamaan waktunya dilancarkan secara bersamaan
ke depan.
Dalam waktu singkat Hoa Thian-hong bertiga terpaksa harus saling membelakangi satu sama
lainnya untuk membendung datangnya serangan dan pihak lawan.
Sementara itu dari perkumpulan pihak Sin-kie-pang sudah ada delapan orang yang menerjunkan
diri ke dalam pertarungan, terutama sekali tiga orang kakek tua yang muncul belakangan, ilmu
silat yang mereka miliki benar-benar luar biasa sekali, gerakan tubuh mereka ringan bagaikan
sukma gentayangan sedang jurus serangannya ampuh dan maha aneh, ditambah pula dengan
kekuatan dari Teng Kong Li sekalian lima orang pelindung hukum dari barisan panji kuning,
dalam waktu singkat siapa kuat siapa lemah tertera dengan jelasnya, memaksa Hoa Thian-hong
sekalian hanya mampu bertahan dan tak mampu melancarkan serangan kembali, posisi mereka
terdesak di bawah angin.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
587
Malaikat pertama Sim Kian yang selama ini mengikuti jalannya pertarungan dari sisi arena, tibatiba
dengan ilmu menyampaikan suara berbisik kepada Jin Hian, “Aku rasa ketiga orang tua
bangka itu sudah lama sekali mengasingkan diri dan baru saja muncul kembali dari dalam tanah,
bila perkumpulan Sin-kie-pang mendapat bantuan dari manusia-manusia macam ini, posisinya
pasti akan bertambah kuat”
Air muka Jin Hian berubah jadi menyeramkan, ujarnya lamat-lamat, “Sewaktu diadakannya
pertemuan besar Pak Beng Hwee, aku tak pernah menyaksikan kehadiran ketiga orang ini,
rasanya….”
Belum habis ia berbicara, tiba-tiba terdengar Pek Kun-gie ber teriak dengan suara lantang, “Chi
locianpwe, ayahku mengundang kalian berempat masuk menjadi anggota perkumpulan kami
apakah dimaksudkan agar kalian mendengarkan perintah dari penghianat serta jual tenaga untuk
dirinya?”
Kakek kurus berwajah menyeramkan itu selalu berkelebat disekeliling tubuh Hoa Thian-hong dan
setiap kali melancarkan serangan gencar ke arah tubuh si anak muda itu, ketika mendengar
teguran dari Pek Kun-gie dia segera menjawab, “Nona masih muda dan tak tahu urusan, engkau
masih belum memahami enteng beratnya masalah, tindakanku ini justru demi ke pentingan serta
keselamatan dari nona”
Walaupun sedang bertempur sengit akan tetapi ucapan yang diutarakan keluar sama sekali tidak
kacau dan jurus-jurus serangan yang dilancarkan pun tetap berjalan dengan lancar dan mantap,
dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa ilmu silat yang dimiliki orang ini benar-benar sudah
mencapai puncak kesempurnaan, tidak aneh kalau beberapa orang gembong dari perkumpulan
Hong-im-hwie sama-sama menaruh perhatian terhadap dirinya.
Sementara itu Pek Kun-gie telah berpikir kembali, “Nenek she Tio serta Hoa In sudah terlalu lama
bertempur, badan mereka tentu penat dan tenaganya sudah terkuras habis, jika pertem-puran ini
berlangsung lebih jauh maka cepat atau lambat mereka tentu akan menderita kerugian berat….
tapi kenapa ibunya sampai sekarang belum juga munculkan diri? jangan-jangan ia memang tak
mampu bergerak sehingga selama ini tetap membungkam diri?”
Makin dipikir dia merasa semakin gelisah bercampur cemas, tapi apa daya jalan darah tertotok
dan tak bisa berkutik, lagipula Sim Ciu setiap saat mengawasi gerak-gerik nya, membuat gadis
itu dalam keadaan apa boleh buat terpaksa berteriak kembali, “Chi loocianpwee, kalau engkau
menghormati ayahku maka pertama- tama Yau Sut harus ditangkap lebih dahulu untuk
menyelidiki dengan jelas dasar-dasar dari penghianatannya”
Cukat racun Yau Sut benar-benar merasa gusar sekali sehingga tak tahan lagi dia tertawa seram.
“Haaaahh…. haaaahhh…. haaaahh…. orang bilang anak perempuan selamanya lebih condong
keluar, engkau sibudak ingusan benar-benar gilanya sampai keterlaluan!”
Gerakan tubuh kakek she Chi itu cepat bagaikan hembusan angin, serangannya cepat bagaikan
sambaran kilat dan khusus hanya menyerang Hoa Thian-hong seorang, terdengar ia berkata
kembali dengan suara hambar, “Perkataan dari pihak musuh tak boleh dipercayai dengan begitu
saja, sesudah bertemu dengan pangcu nanti, duduknya perkara ini dengan cepat dapat dibikin
sejelas-jelasnya”
“Chi locianpwee, kalau engkau tidak membekuk Cukat racun lebih dahulu, maka ia akan
menggunakan siasat licik lainnya untuk membebaskan diri dari segala tuduhan ini.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
588
“Sebelum melakukan tindakan gerakan, pangcu telah menerangkan bahwa aku harus
mendengarkan perintah dari Yau kunsu, karena itu maafkanlah jika aku tak dapat memenuhi apa
yang nona harapkan”
Mendengar jawaban tersebut, diam-diam Pek Kun-gie segera berpikir di dalam hatinya, “Kalau
ditinjau dan situasi yang terbentang di depan mata pada saat ini, nampaknya ia bakal mati dalam
pertarungan ini. Aaaai! Sungguh tak nyana, perjuanganku selama ini hanya sia-sia belaka, “oh,
akhirnya dia menemui ajalnya pula di tangan orang-orang dari perkumpulan Sin-kie-pang….”
Berpikir sampai disini, dengan wajah murung bercampur sedih ia alihkan sorot matanya yang
memancarkan rasa cinta itu ke atas wajah Hoa Thian-hong pikirnya kembali, “Baiklah kalau
memang ia mengalami nasib yang kurang mujur, biarlah akupun akan mengorbankan jiwa untuk
mengiringi kematiannya, dengan kematianku ini maka sedikit banyak semua kesalahan yang
pernah kulakukan terhadap dirinya dimasa lalu bisa kutebus semua, jadi kalau sampai berjumpa
kembali dialam baka, diapun tidak akan membenci diriku lagi”
Dalam pada itu, Hoa Thian-hong yang bertempur sengit dengan membawa luka dibadan
keadaannya payah sekali, Pek Kun-gie yang menyaksikan keadaan kekasih hatinya jadi merasa
amat pedih dan sakit hati, batinnya tersiksa dan gadis itu merasa dirinya seolah-olah sedang
berjalan dalam neraka, ingin sekali dia bunuh diri untuk membebaskan diri dari penderitan
tersebut, tapi secara tiba-tiba ia teringat kembali bahwa Hoa Thian-hong adalah seorang kesatria
gagah yang lebih mementingkan perjuangannya untuk menegakkan keadilan serta kebenaran di
kolong langit dari pada urusan-urusan lain.
Gadis itupun berpikir kembali, “Suatu kematian ada yang ringan bagaikan bulu ada pula yang
berat bagaikan gunung Thay san usianya masih begitu muda dan cita-citanya belum tercapai,
seandainya dia harus mati dalam keadaan begini, tentu dia akan mati dengan mata tak meram!”
Berpikir sampai disini, dengan suara keras ia segera membentak dengan keras, “Paman Yau!
Kalau engkau tidak memerintahkan semua orang untuk berhenti bertempur, selama Kun-gie
masih hidup aku bersumpah tak akan berdiri bersama dengan dirimu!”
Pada saat itu Hoa Thian-hong sedang mengerahkan segenap kekuatan yang dimiliknya untuk
memutar pedang baja serta bertahan atas serangan yang dilancarkan oleh kakek tua she Chi,
ketika ia mendengar suara Pek Kun-gie bukan saja disertai nada yang amat gusar bahkan terselip
pula kepedihan yang tiada taranya, seakan-akan semua kesedihan telah berkumpul di atas
tubuhnya, hatinya langsung dibikin terharu, secaram tiba-tiba muncullah rasa iba dan kasihan
dalam hati kecilnya, pemuda itu ingin sekali mengucapkan beberapa patah kata untuk menghibur
hatinya.
Sementara itu Cukat racun telah berkata dengan nada dingin.
Budak ingusan, engkau jangan terlalu memburu nafsu lebih dahulu, Chi Lo huhoat tidak akan
mencelakai jiwa Hoa Thian-hong, dia hanya akan menangkap dirinya untuk ditukar dengan
dirimu, setelah itu perkumpulan Sin-kie-pang akan bikin perhitungan dengan perkumpulan Hongim-
hwie, paman tanggung Hoa Thian-hong pasti akan berhasil ditolong kembali”
Malaikat kedua Sim Ciu yang mendengar ucapan tersebut segera tertawa terbahak-bahak.
“Haaahh…. haaahh…. haaaahhh…. bagus sekali siasat dari Cukat racun selamanya memang jitu
dan tepat!” ejeknya.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
589
“Hmmm! aku orang she Yau telah mendapat kepercayaan dari pangcu sehingga diberi tanggung
jawab yang begini beratnya, budi kebaikan itu membuat hatiku merasa amat berterima kasih
sekali, pada saat ini kaum kurcaci sudah malang melintang di kolong langit, apabila aku tidak
mampu untuk mencuci bersih semua penghinaan yang kuterima pada saat ini, aku orang she Yau
merasa malu untuk munculkan diri kembali di dalam dunia persilatan”
Pek Kun-gie segera tertawa dingin.
“Paman Yau, buat apa engkau melakukan tindakan ibaratnya mau curi genta menutupi telinga
sendiri, dan berusaha untuk membohongi orang lain? Aku pertama tak pernah bunuh orang
kedua tak pernah mencuri pedang sekalipun Jien Tang-kee bermaksud menangkap diriku, belum
tentu dia akan menghabiskan Jiwaku, persoalan ini gampang sekali dilihat, paman sebagai
seorang yang cerdik masa tidak mengetahui….”
Hoa Thian-hong yang sedang bertempur dengan membawa luka dibadan sebenarnya tiada
kesempatan untuk mengurusi persoalan lain, akan tetapi selelah mendergar perkataan itu secara
tiba-tiba dia merasakan pikiran-nya kalut sekali, akhirnya saking tak tahan ia segera membentak
dengan penuh kegusaran, “Kun-gie, jangin banyak bicara!”
Tertegun hati Pek Kun-gie mendengar bentakan itu, tiba-tiba ia merasakan suatu rasa manis dan
hangat yang sangat aneh muncul dari dalam hati kecilnya, sepasang matanya jadi merah dan tak
dapat ditahan, lagi air mata jatuh bercucuran.
Seorang diri ia beguman dengan lirih, “Dia tidak membenci diriku lagi, aku tahu dia….”
Sejak pertemuan di kota Cho ciu, watak serta perangainya sama sekali telah berubah, secara
diam-diam ia mencintai diri Hoa Thian-hong, akan tetapi walaupun ia bersikap selalu mesrah dan
manis namun sambutan dari Hoa Thian-hong sendiri selalu dingin, hambar sungkan dan
sedikitpun tidak mempunyai rasa mesra ataupun hangat.
Dahulu si anak muda itu menyebut dia sebagai nona, kemudian memanggil dia sebagai nona Pek
dan selamanya tak pernah menyebut namanya secara langsung, tetapi sungguh tak nyana di
tengah berlangsungnya pertempuran sengit yang mempengaruhi antara hidup dan mati secara
tiba-tiba ia memanggil samanya secara langsung, meskipun perubahan yang kecil ini sama sekali
tidak dirasakan oleh orang lain, namun bagi gadis yang sedang dimabuk oleh cinta ini perubahan
tersebut sangat mengena dihatinya.
Tatkala didengarnya Hoa Thian-hong menyebut namanya secara langsung, tahulah gadis itu
bahwa pikiran kekasih hatinya ini sudah terbuka, itu berarti besar peluangnya bagi dia untuk
mengembangkan rasa cinta selanjutnya dimasa mendatang.
Sementara dia sedang kegirangan dan kelopak matanya dibasahi oleh air mata, tiba-tiba Hoa
Thian-hong membabatkan pedangnya ke arah depan memaksa kakek she Chi itu mundur satu
langkah ke belakang, sedangkan si anak muda itu sendiri tiba-tiba tersungkur ke atas tanah.
Kebetulan sekali Teng Kong Li berada di samping kirinya, menyaksikan kesempatan yang sangat
baik itu dia jadi kegirangan se tengah mati, senjata penotok jalan darahnya laksana kilat segera
berkelebat kemuka melancarkan sebuah totokan.
“Bajingan busuk!” bentak Tio Sam-koh dengan gusar.
Tubuhnya sama sekali tidak bergerak, sedangkan toya bajanya diputar dan dikemplangkan ke
depan.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
590
“Criiiing….!” benturan nyaring yang mengakibatkan percikan bunga api menyebar keempat
penjuru, jurus serangan yang dipergunakan perempuan itu mirip sekali dengan gerakan naga
sakti mengibaskan ekornya, dengan cepat toyanya berhasil menangkis totokan senjata dari Teng
Kong Li itu membuat lengannya terasa jadi kaku dan senjatanya terlepas dari genggaman
tangan.
Pantangan dari jago lihay yang sedang ber tempur adalah sikap ragu-ragu dan sangsi, pada saat
yang bersamaan kait racun dari kakek bermuka kurus telah berputar menyerang tubuh sebelah
kanan Hoa Thian-hong, sedangkan si kakek she Chi itu dengan gerakan yang cepat sekali
menerobos masuk kebalik pertahanan lawan, ujung jarinya yang keras bagaikan baja langsung
menotok jalan darah Sang ci hiat di tubuh pemuda tersebut.
Baik Hoa In maupun Tio Sam-koh walau pun harus bertempur sengit melawan musuh-musuh
yang 1ihay, pikiran mereka sama sekali tertuju pada diri Hoa Thian-hong, melihat ancaman
bahaya yang menyelimuti se keliling si anak muda itu, mereka segera mengerahkan segenap
kekuatan tubuh yang dimilikinya melancarkan Sebuah serangan dahsyat ke arah kakek bermuka
kurus serta kakek she Chi tadi.
Baru saja kakek bermuka kurus melancarkan serangan dengan senjata kaitannya, tiba-tiba
terasalah segulung angin pukulan yang maha dahsyat bagaikan menggulungnya ombak di tengah
samudera menghantam tiba, ia jadi terkesiap dan buru-buru menjejakan kakinya loncat mundur
ke belakang.
Kakek tua she Chi itu sendiripun mengerti sampai dimanakah kelihayan dari hawa pukulan Sau
yang ceng ki lawan, akan tetapi diapun segan membuang kesempatan baik untuk merebut
kemenangan ini dengan percuma, sementara tubuhnya menyingkir ke samping, jari tangannya
masih tetap menerobos kemuka menotok jalan darah Sang ci hiat di tubuh Hoa Thian-hong.
Kelihatan pemuda itu segera akan termakan oleh totokan kilat tersebut, pada saat yang amat
keritis itulah tiba-tiba pemuda she Hoa Itu tadi tertawa keras, tangan kirinya diangkat ke atas
dan segera mencengkeram ke arah pergelangan tangan kakek she Chi tersebut.
Cengkeraman ini sama sekali tidak pakai aturan, hanya saja daya serangannya tajam, liar dan
luar biasa dahsyatnya, kakek tua she Chi itu terkejut bercampur gusar, buru-buru ia tarik kembali
serangannya ke belakang.
“Breet….! diiringi suara robekan yang amat keras, ujung baju dari kakek tua she Chi itu tertarik
oleh sambaran Hoa Thian-hong sehingga robek mulai dari batas sikunya.
Berhasil dengan serangan pertamanya Hoa Thian-hong membentak keras, sambil maju ke depan
pedangnya langsung dibacok dari atas kepala.
Sungguh dahsyat daya serangan dari bacokan itu, angin serangan mendesir memekikkan telinga,
kakek tua she Chi itu kaget bercampur gusar, namun tak berani menyambut serangan itu dengan
kekerasan, terpaksa dengan hati mendongkol ia meloncat mundur pula ke belakang.
Malaikat pertama Sim Kian yang selama ini mengikuti jalannya pertarungan segera mengerutkan
dahinya menyaksikan kejadian itu, dengan suara rendah bisiknya, “Jangan-jangan keparat cilik ini
sudah sinting, kenapa secara tiba-tiba ia seperti menjadi kalap?”
Jin Hian menengadah memandang cuaca, lalu menjawab, “Tengah hari sudah tiba, racun teratai
empedu api yang bersarang di dalam tubuh bocah itu sudah mulai kambuh!”
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
591
Tiba-tiba dari tengah gelanggang berkumandang datang suara bentrokan senjata yang amat
nyaring, sebuah ayunan toya dari Tio Sam-koh berhasil menghajar senjata kaitan seorang
pelindung hukum dari barisan panji kuning sehingga patah jadi dua bagian, bagian yang patah
itu mencelat sampai di tengah udara.
Yan-san It-koay segera tertawa dan berkata, “Nenek tua itu benar-benar seorang panglima
perang yang gagah perkasa…. aku merasa kagum sekali oleh ketangguhannya!”
Jin Hian tertawa, tiba-tiba ia berseru, “Aaah….! Sekarang aku teringat sudah, tua bangka she Chi
itu bernama Chi It Hun, sedangkan dua orang yang sedang bertarung melawan Hoa In itu, yang
bercambang bernama Lim Kui sedang manusia yang bermuka hijau itu bernama Ko Teng Pok,
semuanya merupakan anak murid dari perkumpulan Kiu-im-kauw dimasa lalu, karena nama
mereka berbau setan maka orang persilatan memberi julukan Kiu im sam kui, tiga setan dari Kiuim-
kauw kepada mereka bertiga”
“Tapi perkumpulan Kiu-im-kauw sudah musnah sejak dua tiga puluh tahun berselang…. seru
malaikat peitarna Sim kian.
Dalam pada itu Hoa Thian-hong yang berada di tengah gelanggang tiba-tiba membentak keras,
“Enyah kau dari sini!”
Sreeet….! Sebuah babatan pedang yang amat dahsyat memaksa Chi It Hun harus menyingkir
satu langkah ke samping.
Chi It Hun mendengus berat, ia berkelebat ke samping dan secara tiba-tiba menyusup ke
belakang punggung Hoa Thian-hong, telapak tangannya bergerak ke depan dan tanpa
menimbulkan sedikit suarapun menghantam ke depan.
Siapa sangka pada saat itu Hoa Thian-hong sudah melangkah maju beberapa depa jauhnya dari
tempat semula sambil putar pedang melancarkan sebuah bacokan ke arah Cukat racun Yau Sut,
dengan sendirinya pukulan yang datang dari arah belakangpun berhasil dihindari olehnya.
Nafsu membunuh melintas di atas wajah Cukat racun Yau Sut, diam-diam pikirnya di dalam hati,
“Bajingan Cilik yang tak tahu tingginya langit tebalnya bumi, kau anggap aku Cukat racun adalah
lentera kekurangan minyak yang bisa dipermainkan dengan seenaknya”
Sambil miringkan badan tubuhnya menerjang ke depan, tangan kiri menangkap gagang pedang
dari Hoa Thian-hong sedangkan tangan kanannya dengan jurus Soat yong lan kwan atau salju
menggumpal kota membiru, ia lancarkan sebuah serangan balasan.
“Chi Lo hu hoat!” tiba-tiba Pek Kun-gie membentak dengan suara keras.
Pada waktu itu Chi It Hun dengan gerakan tubuh bagaikan sukma gentayangan sedang
menerjang ke depan, telapaknya menghantam tulang punggung si anak muda itu, ketika secara
tiba-tiba mendengar suara bentakan keras dari Pek Kun-gie yang mengandung nada kebencian
itu, hatinya terkesiap dan serangan telapaknya segera berubah jadi serangan totokan yang
menyodok kebadan lawan.
Hoa Thian-hong sudah amat lama bergebrak melawan Chi It Hun, terhadap gerak badannya
yang cepat dan aneh itu sudah lebih dari hapal, karenanya meskipun ia sedang menyerang Yau
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
592
Sut di depan dan serangan yang datang dari arah belakang sama sekali tidak menimbulkan
sedikit suarapun, namun ia tahu bahwa musuh sudah berada dibelakangnya.
Tanpa berpikir panjang lagi, kaki kanan-nya menjejak tanah dan tubuhnya segera melangkah
maju ke depan.
Terdengar Cukat racun Yau Sut tertawa keras, menggunakan kesempatan dikala pikiran Hoa
Thian-hong bercabang, tubuhnya segera bergerak maju ke depan, tangan kanan-nya laksana
kilat mencengkeram ke arah peddang baja di tangan Hoa Thian-hong.
Semua kejadian ini berlangsung dalam sekejap mata, Tio Sam-koh serta Hoa In yang melihat
Hoa Thian-hong secara tiba-tiba meninggalkan mereka dan bertarung melawan Cukat racun, hati
mereka berdua merasa gelisah sekali, sekuat tenaga kedua orang itu berusaha menyusul ke
depan, tetapi Lim Kui serta Ko Teng Pok dari tiga setan Kiu im serta lima orang pelindung hukum
dari barisan panji kuning mempunyai kepandaian silat yang tinggi serta pengalaman yang luas
meskipun Tio Sam-koh dan Hoa In menerjang terus secara dahsyat namun usaha mereka selalu
menemui kegagalan.
Hoa Thian-hong merasakan munculnya segulung tenaga betotan yang amat keras berusaha
merampas pedang baja itu dari tangan-nya, telapak tangan jadi kaku dan pedang baja tadi
hampir terlepas dari genggaman-nya.
Tetapi si anak muda itu tak mau menyerah dengan begitu saja, dalam gugupnya hawa murni
yang ada di tubuh segera dihimpun ke dalam telapak kanan, gagang pedangnya dicekal keras
dan sekuat tenaga dibetot ke belakang.
Dengan demikian kedua orang itu masing-masing memegang salah satu ujung dari pedang baja
itu, bagian depan berada di tangan Yau Sut sedang bagian belakang berada di tangan Hoa
Thian-hong, kaki mereka berdua terpantek di atas tanah, tubuhnya bergoyang maju mundur
tiada hentinya.
Hoa In berhasil melepaskan diri dari kepungan dan memburu ke depan, akan tetapi Chi It Hun
bertindak cepat dan segera mem bendung datangnya terjangan itu, laksana kilat kedua orang itu
saling bergebrak satu jurus, dan karena keterlambatnya ini Lim Kui serta Ko Teng Pok telah maju
kembali ke depan, dengan cepatnya Hoa In serta Tio Sam-koh terkepung lagi di tengah
kerubutan para jago.
Dalam keadaan seperti ini, yang paling gelisah adalah kakak beradik dari keluarga Pek,
sebenarnya Pek Soh-gie berdiri di samping tubuh Yau Sut, akan tetapi setelah menyaksikan
kedua orang itu saling memperebutkan pedang baja dan melakukan pertarungan jarak dekat,
saking cemas dan gelisahnya ia jadi gugup dan kelabakan setengah mati, akhirnya karena tak
tahu apa yang musti dilakukan air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Padang baja itu luasnya dua cun dan tebalnya dua mili, meskipun berbentuk pedang akan tetapi
tiada bagian yang tajam, Cukat racun Yau Sut yang mencengkeram ujung pedang itu namun tak
mampu untuk merampasnya, diam-diam merasa amat terperanjat, pikirnya, “Baik nenek tua she
Tio maupun Hoa In sudah kehabisan tenaga karena sejak tadi harus bertempur terus, sebaliknya
keparat cilik ini bukan saja tenaganya tidak semakin berkurang malahan kian lama kian
bertambah ganas dan kuat, rupanya maksudku mencelakai jiwanya dengan memaksa dia makan
Teratai racun empedu api, sebaliknya malah mendatangkan banyak manfaat bagi keparat ini”
Berpikir demikian segenap kekuatan tubuh yang dimiliki segera dihimpun jadi satu, bukannya
menarik ke belakang secara tiba-tiba ia dorong pedang itu ke arah depan.
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
593
Diam-diam Hoa Thian-hong merasa amat gusar, iapun menghimpun segenap tenaganya untuk
mendorong pula pedang bajanya ke depan.
Sreeet….Sreeet….! langkah kaki dua orang itu menghancurkan batuan gunung yang terpijak di
atas tanah, pada permukaan bumi segera munculan bekas telapak kaki yang dalam sekali hingga
mencapai beberapa cun lebih.
Pergulatan berlangsung beberapa saat lamanya dalam keadaan seimbang, air muka Cukat racun
Yau Sut berubah jadi hijau membesi, sambil menggertak gigi ia tetap mempertahankan diri.
Sebaliknya racun teratai dalam tubuh Hoa Thian-hong sedang kambuh, tenaga dahsyat yang
tersalur keluar dari dalam tubuhnya membuat sepasang mata si anak muda itu berubah jadi
merah darah, otot-otot hijau pada menonjol keluar semuanya, raut wajah pemuda itu kelihatan
bengis dan mengerikan….
Pada waktu itu sorot mata semua jago yang menonton jalannya pertarungan tersebut telah
dicurahkan ke atas pedang baja yang diperebutkan itu, Pek Kun-gie menguatirkan keselamatan
jiwa kekasihnya, ia merasa cemas dan gelisah sekali, sedangkan para jago dari pihak
perkumpulan Sin-kie-pang yang tidak bertempur merasakan pula hatinya amat tegang, hanya
para jago dari perkumpulan Hong-im-hwie tetap bersikap tenang saja sambil menonton jalannya
pertarungan itu.
Hoa In serta Tio Sam-koh berusaha memburu ke depan untuk menolong majikan muda mereka,
tapi pihak lawan selalu menghadang dan menghalang-halangi kepergiannya, membuat mereka
terlibat pula dalam suatu pertempuran yang amat seru.
Tiba-tiba terdengar Yan-san It-koay menghela napas panjang, lalu berkata dengan suara lirih,
“Aaaai….! pedang baja tersebut benar-benar sebilah pedang mustika yang jempolan, kendatipun
termakan oleh daya tekanan yang amat dahsyat, sama sekali tidak bengkok ataupun putus,
bahkan bentuknya sama sekali tak berubah…. benar-benar luar biasa sekali”
“Entah pedang ini dibuat oleh Hoa Goan-siu atau buatan orang lain….?” sela Jin Hian.
“Seandainya enam belas jurus ilmu pedang yang dimiliki bocah itu adalah hasil ciptaan dari Hoa
Goan-siu, aku rasa pedang baja itu tentu pula merupakan hasil buatannya sendiri,” jawab Sim
kian.
Sementara itu Cukat racun Yau Sut yang harus saling bertahan dengan Hoa Thian-hong tanpa
berhasil merobohkan lawannya lama- kelamaan jadi mendongkol juga, pikirnya, “Bangsatbangsat
tua itu berbisik-bisik entah apa yang sedang dibicarakan oleh mereka, Hmm! rupanya
mereka sama sekali tak pandang sebelah matapun terhadap aku orang she Yau, heeeh….
heeeh…. aku harus mendemonstrasikan sedikit kepandaian, agar bang sat-bangsat tua itu
terbuka matanya….”
Berpikir demikian ia segera bersiap-siap untuk adu tenaga dalam guna merebut kemenangan,
tiba-tiba ingatan lain berkelebat pula di dalam benaknya, ia membatin lebih jauh lagi.
“Pertempuran besar Kian ciau Tay hwee tidak lama kemudian akan diselenggarakan, pada waktu
itu para jago pada berkumpul semua untuk memperlihatkan keampuhannya masing-masing,
pada saat itulah merupakan saat yang paling tepat bagiku untuk mendemonstrasikan
kehebatanku serta mencari nama besar…. jika kubuang tenaga dalamku pada saat ini dengan
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
594
percuma sehingga bawa murniku rusak, kejadian ini benar-benar suatu kejadian yang sama
sekali tak ada harganya….”
Berpikir sampai disini, hawa murni yang disalurkan ke dalam telapak kanannya tiba-tiba ditarik
kembali, sementara tangan kirinya diayun ke depan melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Pada waktu itu Hoa Thian-hong sedang mengerahkan tenaganya untuk mendorong pedangnya
ke depan, ketika secara tiba-tiba pihak lawan menarik kembali tenaga dalamnya, tak dapat
dihindar lagi tubuhnya bersama pedang segera tertelungkup ke depan dan jatuh ke dalam
pelukan Cukat racun.
Ketika secara tiba-tiba dilihatnya serangan telapak lawan hampir menghajar tubuhnya, ia jadi
gugup dan kaget, dalam repotnya telapak kiri segera diayun ke depan menyongsong datangnya
serangan tersebut.
Sepasang telapak saling beradu satu sama lainnya menimbulkan suara benturan yang amat
keras, tubuh Hoa Thian-hong bergetar keras dan jatuh terbanting ke atas tanah, akan tetapi
tangan kanannya dengan kencang sekali masih tetap memegangi ujung pedang tersebut.
Cukat racun Yau Sut tertawa dingin dengan suara yang menyeramkan, pedang baja di tangan
kanannya disentak ke atas berusaha merebut senjata tersebut, sementara tangan kirinya
bagaikan ular racun keluar dari sarang, tiba-tiba membabat keluar.
Tiba-tiba….Cukat racun Yau Sut merasakan pandangan matanya jadi kabur.
Tampaklah sebuah lengan yang putih dan halus menyelinap masuk dan arah samping dan
mencengkeram badan tengah dari pedang baja itu, kemudian merampasnya dari cekalan kedua
orang jago itu.
Hoa Thian-hong segera merasakan pergelangan tangannya bergetar keras dan tahu-tahu pedang
baja itu sudah dirampas dari cekalannya.
“Aaaah….!” ia menjerit kaget tubuhnya segera beruntun mundur beberapa langkah ke belakang.
Cukat racun Yau Sat jauh lebih terperanjat lagi menghadapi kejadian yang sama sekali tak
terduga itu, bagaikan disambar
badan menjadi panas dan dengan hati tercekat buru-buru ia loncat mundur sejauh
belakang.
Peristiwa ini benar-benar merupakan suatu kejadian yang amat mengejutkan hati setiap orang,
jago lihay di kolong langit yang mampu merampas sesuatu benda yang sedang diperebutkan
oleh Cukat racun Yau Sut dengan Hoa Thian-hong boleh dibilang jarang sekali.
Dalam waktu singkat suasana hening dan sepi menyelimuti seluruh bagian diluar gua tersebut,
pertempuran sengit yang sudah ber langsung selama setengah harianpun dalam waktu singkat
terhenti dengan sendirinya.
TAMAT
Grafity, http://mygrafity.wordpress.com
595
Bagaimanakah kisah selanjutnya pertempuran antara Cukat racun Yau Sut melawan Hoa Thianhong?
Siapakah yang merampas pedang baja pada waktu terjadi perebutan antara Cukat racun
melawan Hoa Thian-hong?
Peristiwa apa yang bakal terjadi dalam pertemuan besar Kiao Ciau Tay hwee?
Untuk mengetahui jawabannya, silahkan anda mengikuti lanjutan dari cerita ini dalam judul
barunya, “TIGA MAHA BESAR”!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar