Selasa, 06 Oktober 2009

3 maha 13

Dalam pada itu, Po-yang Lojin berempat telah selesai bersantap pagi, Suma Tiang-cing segera

mengalihkan pembicaraan kepokok persoalan yang sebenarnya, tentu saja ia merasa riku untuk

langsung menyinggung soal harta karun, maka dengan jalan memutar kayun, dia bertanya

dengan lantang.

Po yang locianpwee, tadi boanpwe mendengar locianpwe menyebut tentang diri Kiu-ci Sinkun,

mungkinkah dia adalah seorang tokoh persilatan yang berilmu silat sangat tinggi?”

Po-yang Lojin membereskan rambutnya yang kusut, lalu mengangguk tanda membenarkan.

“Ehmm! Dikolong langit yang serba aneh ini sering terdapat manusia-manusia yang dinamakan

Kutu busuk, setan arak, gila harta, setan perempuan, coba kalian pikirkan lagi masih ada setansetan

apa lainnya yang belum kusebutkan??”

Hoa Thian-hong tersenyum, ia tidak menjawab tapi saling berpandangan dengan rekan-rekan

lainnya, siapapun tidak paham dengan maksud perkataannya itu.

Akhirnya Suma Tiang-cing berkata, “Ada sejenis manusia yang gemar sekali berjudi, begitu

tergila gilanya sampai tak bisa ditolong lagi, orang menyebut mereka sebagai setan judi!”

Sambil tertawa Cu Im taysu ikut angkat bicara, “Pinceng mempunyai seorang sahabat yang tiada

kesenangan lain kecuali main catur, begitu tenangnya dia bermain catur sampai tiap menit tiap

detik selalu bermain tak hentinya, kalau kebetulan bertemu tandingan permainan dilakukan siang

malam, kalau tak ada lawan bertanding dibelinya gula-gula dan menyuruh anak tetangganya

untuk melayani dia bermain kalau tak bisa dia lantas mengajarnya, bagi orang ini lebih baik tidak

makan daripada tidak main catur, orang banyak sebut dia sebagai setan catur!”

Ada setan judi ada setan catur, apakah ada manusia jenis lain?” tanya Po-yang Lojin sambil

tertawa, “Boanpwe pernah dengar ada orang gila pangkat, entah benarkah ada manusia manusia

yang gila pangkat dan kedudukan?”

Po-yang Lojin tersenyum dan mengangguk.

Ada, memang didunia ini banyak terdapat manusia yang gila pangkat dan kedudukan. Mereka

ada manusia-manusia yang sekolah ingin pintar, setelah pintar ingin punya kedudukan, setelah

dapat kedudukan ingin naik pangkat, setelah naik pangkat pingin jadi pembesar, sudah jadi

pembesar ingin jadi kaisar, bahkan berbuat dengan cara yang rendah apapun asal tujuannya

tercapai, manusia seperti itu disebut manusia yang gila pangkat dan kedudukan!”

Mendadak Suma Tiang-cing seperti menyadari akan sesuatu, dia lantas berkata, “Berbicara soal

ilmu silat mungkinkah ada orang yang gila ilmu?”

Kali ini Po-yang Lojin tertawa tergelak dengan nyaringnya.

“Haaahhh…. haaahhh…. haaahhh…. orang yang suka belajar ilmu silat memang banyak, tapi

orang yang berai benar gila ilmu jarang sekali ditemui dikolong langit!”

“Locianpwe, mungkinkah Kiu-ci Sinkun adalah seorang manusia gila ilmu….?” tanya Hoa Thianhong.

“Bukan!” orang tua itu menggeleng.

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

551

Hoa Thian-hong jadi tertegun, pikirnya di hati, “Kalau bukan terus, bukankah sia-sia belaka

pembicaraan yang berlangsung selama ini?”

Sementara dia masih termenung, Po-yang Lojin telah berkata kembali, “Bukan saja Kiu-ci Sinkun

gila ilmu bahkan karena gilanya ia jadi kesemsem karena kesemsemnya jadi kalap, dan saking

kalapnya jadi kesetanan, dia adalah seorang kesetanan ilmu!”

“Weh, kalau begitu dia pastilah seoleng tokoh silat yang luar biasa sekali, ilmunya tentu lihay dan

tingkah lakunya kokoay, apakah locianpwe bersedia untuk menceritakan riwayatnya?” tanya Cu

Im taysu dari samping.

Kakek tua she Lau yang menjadi engkong co nya Lau Cu cing tiba tiba menyela, “Pada waktu itu

orang persilatan yang berjumpa dengannya menyebut dia sebagai Sinkun, tapi kalau berada

dibelakangnya orang tidak menyebut sebagai Kiu-ci Sinkun lagi melainkan Kiu si sinmo, iblis sakti

ini terhitung manusia paling berdosa didalam dunia persilatan sejak dulu sampai sekarang,

perbuatannya luar biasa sekali, sering kali apa yang di anggap khayalan bagi orang lain telah

diciptakan menjadi kenyataan olehnya, pengaruhnya bagi dunia persilatan boleh dibilang luar

biasa besarnya”

Kakek tua she Lau menghela napas panjang, kemudian menyambung, “Dunia persilatan yang

ada disaat itu sudah dibikin kacau balau tak karuan olehnya, tapi justru karena tingkah lakunya

maka terciptalah dunia persilatan pada saat ini, mungkin juga sisa-sisa pengaruh keedanannya

itu masih akan mempengaruhi pula dunia persilatan pada seratus tahun mendatang!”

Ucapan kakek tua she li ini cukup menggetarkan hati semua orang, baik Hoa Thian-hong maupun

Suma Tiang-cing dibuat tertegun dengan mata terbelalak dan mulut melongo sesudah

mendengar ucapan tersebut, mereka dibikin kebingungan dan tidak habis mengerti.

Terdengar kakek tua she Gan menyambung pula, katanya, “Jiko Sute, biarlah toako yang

memberi keterangan kepada mereka, dengan begitu semua orang tidak dibuat kebingungan tak

habis mengerti, coba lihatlah bukankah mereka melongo karena kebingungan sendiri?”

Kakek tua ahe Li dan kakek tua she Lau segera mengangguk dan sama-sama berpaling ke arah

Po-yang Lojin.

Agak lami Po-yang Lojin termenung, rupanya ia berusaha untuk mengumpulkan kembali semua

daya ingatannya, setelah itu baru ujarnya perlahan lahan, “Kiu-ci Sinkun dilahirkan kurang lebih

seratus delapan puluh tahun berselang, sejak kecil sudah gemar belajar silat, ketika berusia

belasan tahun dia belajar ilmu dari Huan Teng, seorang guru silat kenamaan di jaman itu, Huang

Teng bergelar Sinkun {pukulan sakti} katanya ilmu silat yang dimiliki berasal dari jilid kitab

pusaka yang bernama Po-kia Sinkun, hampir separuh hidupnya habis untuk belajar ilmu, tidaklah

heran kalau kepandaian silat yang dimilikinya benar-benar hebat. Dengan semangat yang

menyala-nyala Kiu-ci Sinkun berangkat menjumpai guru silat itu dan mohon agar ia diterima

menjadi muridnya, apa mau dikata Huan Teng mempunyai suatu peraturan yang khusus bagi

orang yang hendak menjadi muridnya, dan lagi tanpa kecuali semuanya harus melakukan

persyaratannya iu”

“Bagaimana peraturannya?” tanya Suma Tiang-cing.

Kalau dibicarakan soal peraturannya, maka lebih tepat kelau dikatakan balas jasa, apabila orang

hendak belajar silat kepadanya maka dia musti bersedia membawa balas jasa yang cukup besar

atau mempunyai orang kenamaan yang bersedia menjamin kwalitetnya, atau bila hal ini tidak

mungkin, maka si pukulan sakti Huan teng ini akan mencoba dulu ketekunan serta kerajinannya.

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

552

Yang dimaksudkan mencoba ketekunan dan kerajinan disini adalah menjadi pelayan keluarga

Huan selama empat tahun lamanya, setelah lewat empat tahun baru akan ditetapkan apakah dia

dapat diterima atau tidak.

“Bagi mereka yang mempunyai kekayaan atau mempunyai kenalan orang besar tenta saja

persyaratan itu tak susah untuk diatasi,” kata Cu Im taysu sambil tertawa, “sedangkan Kiu-ci

Sinkun tidak berhata pun tak ada kenalan orang besar, masa dia bersedia manjadi jongos orang

selama empat tahun?”

“Memang begitulah kenyataannya, waktu itu usia Kiu-ci Sinkun baru belasan tahun, sekalipun

harus menjadi pelayan selama empat tahun, tupanya soal itu tak menjadi halangan baginya.

Justru karena ambisinya yang besar maka dia terima syarat tersebut. Sejak menjadi jongosnya

keluarga Huan, setiap pagi hari ia saksikan anak murid Huan Teng berlatih ilmu, ia merasa

tangannya jadi gatal dan ingin belajar, akhirnya saking tak tahannya dia telah melanggar

pantangan yang sebelumnya telah ditetapkan oleh Huan Teng….!”

Bercerita sampai disitu, ia berhenti untuk meneguk air teh setegukan, sesudah tenggorokannya

basah, barulah sambungnya lebih jauh, “Tidak sampai beberapa bulan lamanya ia menjadi

jongosnya keluarga Huan, secara diam-diam ia telah mencuri belajar semua ilmu silat yang

sedang dilatih oleh murid-muridnya Huan Teng, ia mencuri lihat mencuri belajar dan mencuri

untuk melatihnya, tapi kejadian ini bara saja berlangsung selama beberapa hari, perbuatannya

ketahuan Huan Teng, bayangkan saja mencuri belajar ilmu silat orang lain adalah pantangan

paling besar bagi umat persilatan, apalagi Huan Teng adalah seorang jago yang kurang terbuka

pikirannya, dalam gusar dan mendongkolnya ia lantas menangkap Kiu-ci Sinkun dan mengha

jarnya habis-habisan sehingga nyaris mati konyol setelah dihajar, dia diusir dari perguruan dalam

perkiraan Huan Teng urusanpun akan berakhir sampai disitu saja. Siapa tahu justru karena

perbuatannya ini, membuat dunia persilatan sejak hari itulah mengalami banyak perubahan.”

“Pandai amat kakek tua ini bercerita” pikir Hoa Thian-hong didalam hati, “sekali pun perlahanlahan

tapi menawan hati, membuat para pendengarnya sedikitpun tidak merasa gelisah.”

Sementara itu Po-yang Lojin telah bercerita kembali, Kiu-ci Sinkun adalah seorang anak yatim

piatu, sejak diusir dari keluarga Huan, dia hidup terlunta-lunta dipinggir jalan sebagai seo rang

pengemis, keadaan ini berlangsung hampir setengah tahun lamanya, luka yang dia deritapun

perlahan-lahan jadi sembuh kembali, sejak itulah rasa bencinya terhadap pukulan sakti Huan

Teng merasuk ketulang sumsum.

Dia ada maksud belajar ilmu dari guru lain dan bila ilmunya berhasil diyakinkan maka dia akan

menuntut balas, tapi perasaannya selalu tak tenang karena ia hanya sempat mencuri belajar

beberapa jurus ilmu Po-kia Sinkun milik Huan Teng, maka suatu hari ia tak dapat mengendalikan

perasaan hatinya lagi, diam-diam ia menyusup kedalam gedung keluarga Huan dan masuk

kekamar tidurnya Huan Teng, sudah beberapa bulan ia menjadi jongosnya keluarga Huan maka

tanpa mengalami kesulitan apapun ia berhasil masuk kekamar tidur bekas gurunya ini dan

mencuri kitab pusaka yang disayang Huan Teng melebihi sayangnya pada jiwa sendiri itu.

“Benar-benar besar sekali nyali orang ini, cuma tidak sepatutnya ia menjadi pencuri!” kata Cu Im

taysu sambil tertawa tergelak.

Pada umumnya orang jadi nekad karena mata gelap, tapi ada pula sementara orang yang nekad

untuk melindungi diri sendiri, seperti perbuatan dari Kiu-ci Sinkun ini, sama sekali tak ada

hubungannya dengan kenekadan serta keberaniannya, di a hanya gila ilmu dan gila belajar ilmu,

lantaran ilmu silat dia berbuat segala sesuatu tanpa perhitungan yang masak, keberanian

manusia semacam ini kadangkala memang lebih hebat dari keberanian orang biasa.

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

553

“Aku rasa Huan Teng pasti tak akan berpeluk tangan belaka setelah dia tahu kitab pusakanya

dicuri orang, lalu bagaimanakah selanjutnya setelah ia tahu kejadian ini?” tanya Suma Tiang-cing

dari samping.

Setelah Huan Teng mengetahui kalau kitab pusakanya dicuri oleh Kiu-ci Sinkun, ia lantas

menjelajahi seluruh daratan Tionggoan untuk mencari jejaknya, tapi sayang usahanya ini tidak

mendatangkan hasil apa-apa, Kiu-ci Sinkun yang dicari sama sekali tidak ditemukan jejaknya.

Dua tahun kemudian, tiba-tiba Kiu-ci Sinkun munculkan diri di dalam dunia persilatan, bahkan

melakukan pula suatu perbuatan terang-terangan yang amat menggemparkan semua umat

persilatan.

“Perbuatan aneh apakah itu?” tanya Hoa Thian-hong dengan perasaan tercengang.

“Pada waktu itu dikota Kay hong hidup seorang jago pedang yang bernama Kongsun Tong,

permainan ilmu pedangnya sudah tersohor sekali didunia persilatan, ilmu pedangnya itu

dinamakan It ci hui kiam (pedang satu huruf) diantara seluruh ilmu pedang yang ada didunia ini,

kepandaiannya terhitung ilmu silat tingkat tinggi. Kiranya setelah berhasil mencuri kitab Po-kia

Sinkun dari rumah keluarga Huan, Kiu-ci Sinkun telah menyembunyikan diri ditengah gunung

untuk mempelajaiinya, tidak sampai setahun seluruh ilmu dalam kitab itu sudah dipelajari habis,

karena takut dikejar Huan Teng dia bersembunyi selama satu tahun lagi digunung untuk

memperdalam ilmunya, lama kelamaan kegemarannya untuk belajar ilmu yang lain tak bisa

dibendung lagi, berangkatlah dia ke kota Kay Hong dan mencari Kongsun Tong untuk

membicarakan suatu barter….”

“Barter bagaimanakah itu?” tanya Hoa Thian-hong.

“Kiu-ci Sinkun mengeluarkan sejilid kitab salinan ilmu Po-kia Sinkun untuk ditukarkan dengan

sejilid kitab salinan ilmu pedang It Ci hui kiam milik Kongsun Tong, ia berharap agar Kongsun

Tong bersedia m nerima tukar menukar itu.”

Mendengar cerita tersebut, semua orang tak dapat menahan gelinya lagi, tertawalah beberapa

orang jago itu dengan nyaring.

Suma Tiang-cing segera berkata, “Mungkin Kin ci sinkuc adalah seorang tolol yang otaknya

terlalu sederhana dan tidak tahu keadaan.”

Po-yang Lojin menggeleng.

“Kecerdasan orang ini luar biasa sekali dan jarang ditemui dikolong langit, oleh karena dalam

benaknya ia cuma memikirkan soal ilmu silat belaka, maka bila dia sudah berminat akan suatu

ilmu, dengan cara dan jalan apapun akan ditempuh olehnya untuk mendapatkan apa yang

diinginkan, kendatipun perbuatannya itu melanggar kebiasa n orang dan cukup bikin tercengang

orang lain!”

“Benar, sahabatku si setan catur juga demikian” sela Cu Im taysu dengan cepat.

Setelah berhenti sebentar, ia tertawa dan gelengkan kepalanya.

“Terlalu banyak cerita lucu tentang orang ini, bila lain waktu ada waktu pasti akan kuceritakan!”

Po-yang lojin tersenyum, ia melanjutkan kembali penuturannya, “Rupanya Huan Teng

memandang peristiwa hilangnya kitab pusaka Po kia kun boh merupakan suatu peristiwa yang

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

554

paling memalukan baginya, diapun tahu jika berita ini sampai disiarkan dan semua orang didunia

mengetahui akan kejadian ini, maka Kiu-ci Sinkun akan semakin tak berani unjuk kan diri, karena

itu sejak kejadian sampai detik itu rahasia tersebut tetap disimpan baik-baik, orang lain tak

seorangpun yang mengetahui akan kejadian ini. Begitulah setelah Kongsu Tong mendengar

permintaannya dan memeriksa pula kitab tersebut, walaupun dihati merasa amat terkejut tapi dia

manyanggupi permintaan orang, bahkan bersedia pula untuk menyiapkan sejilid salinan ilmu

pedangnya untuk ditukarkan dengan kitab itu, Kiu-ci Sinkun masih muda dan kurang

pengalaman, iapun tak tahu betapa liciknya orang lain, ia menganggap orang lain tentu sama

pula kebaikannya seperti dia, maka untuk sementara waktu berdiamlah dia dikota Kay hong

sambil menunggu Kongsun Tong selesai membuatkan sebuah salinan kitab ilmu pedang

baginya.”

“Mungkinkah Kongsun Tong juga bukan seorang manusia baik-baik?” tanya Suma Tiang-cing.

Po-yang Lojin mengelus jenggotnya yang panjang dan tertawa.

“Sebagus-bagusnya seseorang toh tetap ada cacadnya, sejelek jeleknya manusia toh ada pula

kebaikannya, sekalipun didalam masyarakat ada orang yang berwatak baik, dibalik kebaikannya

itu pasti ada wataknya yang jelek, susah untuk menentukan baik buruk dari pandangan sekilas

saja, begitu pula dengan Kongsun Tong, ia tak bisa dikatakan orang baik pun tak bisa dikatakan

orang jahat”

“Omintohud, perkataan lojin memang sangat tepat dan sangat mengena sekali dilubuk hati setiap

orang….” puji Cu Im taysu.

Ia lantas berpaling ke arah Hoa Thian-hong dan menambahkan, “Thian-hong, engkau harus ingat

baik-baik perkataan dari Po-yang Lojin ini, sebagai seorang pendekar sejati sudah menjadi

kewajibanmu untuk maju terus pantang mundur, tapi bukan berarti boleh membunuh orang

secara sembarangan, sebab manusia yang benar-benar bejad dan jahat sehingga tak setitik

kebaikanpun dimilikinya jarang sekali terdapat didunia ini, sejahat jahatnya orang ia masih tetap

memiliki kebaikan walaupun perbandingannya jauh sekali!”

“Boanpwe akan mengingat selalu nasihat ini, dan tak akan kucelakai orang lain dengan

sembarangan!” sahut Hoa Thian-hong sam bil manggut.

Suasana hening untuk sementara waktu, terdengarlah Suma Tiang-cing bertanya lagi setelah

memandang sekejap ke arah Po-yang Lojin, “Locianpwe, bagaimanakah caranya Kongsun Tong

mengatasi persoalan yang dihadapinya ini?”

“Setelah menerima kitab salinan ilmu pukulan tersebut, sekali dipandang Kongsun Tong sudah

tahu kalau isinya tidak palsu, tapi ia curiga kalau inti sari dari ilmu pukulan tersebut telah

dihilangkan dengan begitu saja. Sebab menurut jalan pikirannya, kitab Po kia kun boh adalah

kitab pusaka andalan keluarga Haun, jelas tak mungkin kalau kitab tersebut dapat dicuri oleh

seorang anak muda, ia lantas menaruh curiga kalau Huan Teng sedang mengatur siasat busuk

untuk menjatuhkan nama baiknya, sengaja ia mengirim seorang bocah dengan membawa kitab

pusaka yang tidak komplit untuk ditukar dengan rahasia ilmu silatnya, setelah ia berbasil

menguasai ilmu pedangnya maka datanglah jago itu untuk menghancurkan nama baiknya.

“Berpikir sampai disitu, betapa gusarnya Kongsun Tong, tapi dikarenakan Kiu-ci Sinkun cuma

seorang bocah belasan dan lagi jelek jelek dia juga seorang tamu, maka sebagai orang

kenamaan ia tak mau bertempur melawan bocah tak bernama itu, dia lantas kembali kekamar

dan ambil keluar sejilid kitab pedang, kepada Kiu-ci Sinkun ujarnya, “Coba lihatlah kitab

pedangku ini, tulisannya mencapai beberapa puluh laksa kata, jurusnya seratus satu dan

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

555

gambarnya seratus satu pula, kalau musti disalin maka membutuhkan waKtu yang sangat lama,

terutama karena tiada pembantu yang bisa dimintai pertolongannya, aku harap engkau suka

sabar menanti sebab sedikitnya dua puluh hari baru bisa selesai!”

Kitab itu memang antik bentuknya dan padat isinya, semakin gatal rasanya Kiu-ci Sinkun untuk

mendapatkannya, apa mau dikata, isi kitab itu memang tebal maka ia berjanji akan kembali lagi

kesitu satu bulan mendatang, dan waktu itulah barter akan dilaksanakan oleh ke dua belah

pihak”

“Sebenarnya rencana busuk apakah yang telah disusun oleh Kongsun Tong itu?”

“Kongsun Tong tersohor namanya karena ilmu pedangnya yang lihay, kecuali ilmu lainnya

bahkan terhadap kitab pusaka Po kia kun boh tersebutpun sama sekali tidak tertarik, dia malahan

menaruh curiga kalau Huan Teng mengadung maksud jahat dan mengirim orang untuk

membohongi ilmu silatnya sendiri, maka dia ambil keputusan untuk menggunakan akal busuk

melawan akal busuk, bukan saja akan membari kelihayan kepada Huan Teng, mumpung

menggunakan kesempatan yang sangat baik inipun dia akan angkat nama hingga tersohor

dikolong langit”

“Dengan cara apa ia laksanakan rencananya berdasarkan siasat lawan siasat itu?” tanya Hoa

Thian-hong seraya tertawa.

“Sepeninggal Kin ci siokun, diam-diam Kong sun Tong membuat sepucuk surat dan mengutus

orang untuk segera menyampaikan kepada Huao Teng, didalam surat itu diterangkan bahwa ada

orang yang bendak menukar kitab pusaka Po kia kua boh miliknya dengan kitab ilmu pedangnya,

dan diharapkan kedatangannya untuk menangkap pencuri, selain itu diam-diam iapun

mengumpulkan sekawanan jago kenamaan dari dunia persilatan untuk bertindak sebagai saksi,

menurut perhitungannya andaikata Huan Teng benar-benar kecurian maka jikalau pencurinya

berhasil ditangkap dan barang yang tercuri dapat dikembalikan kepada pemiliknya sudah pasti

Huan Teng akan merasa sangat berterima kasih kepadanya, sebalikuya kalau kejadian ini meru

pakan siasat busuk dari orang itu, maka berada dihadapan kawanan jago persilatan Kongsun

Tong akan menantang Huan Teng untuk berduel, bukan saja rencana busuknya akan dibongkar

dan dibeberkan didepan mata jago kenamaan, bila ia berhasil kalahkan Huan Teng bukankah

nama besarnya akan semakin tersohor lagi dikolong langit….?”

Suma Tiang-cing tertawa tergelak sesudah mendengar cerita itu, serunya tanpa terasa, “Siasat

ini mempunyai manfaat rangkap, baik kiri maupun kanan semua akan mendatangkan hasil yang

menguntungkan dirinya, rupa-rupanya pendekar pedang ini memang luar biasa sekali!”

Po yang lojtn tersenyum.

Ketika Huan Teng menerima surat pemberitahuan itu, tentu saja buru-buru ia berangkat

memenuhi undangan, sementara sekawanan jago persilatan yang diundang Kongsun Teng ju-ga

telah berdatangan pula pada waktunya. Nah, ketika saat yang dijanjikan telah tiba, Kiu-ci Sinkun

dengan membawa salinan kitab pusaka Po kia kun boh datang kerumah Kongsun Tong dengan

wajah berseri-seri, setellah masuk kegedung dan menemukan banyak jago hadir disana,

terutama pukulan sakti Huan Teng yang sudah bersiap-siap dengan wajah penuh kema rahan,

sadarlah pemuda itu kalau dia sudah dihianati Kongsun Tong, setelah kejadian menjadi begini

sudah pasti barter tak mungkin dilangsungkan, untuk kabur juga tak ada harapan, terpaksa

dengan keraskan kepala ia maju terus kedlam rumah itu untuk menghadapi kenyataan.

“Bagaimana akhirnya??” tanya Cu Im taysu cepat, rupanya ia sangat tertarik oleh kisah tersebut.

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

556

Cukup perkasa tindakan Kiu-ci Sinkun, sebelum Pukulan sakti Huan Teng menegur dirinya, sertamerta

ia sudah berkata lebih dulu. Aku sudah dua tahun menjadi jongos di rumahmu, kau sudah

menghajar pula tubuhku setengah mati, sebagai gantinya aku telah mencuri kitab pusakamu dan

melatihnya selama dua tahun, aku rasa urusan ini tiada faedahnya dibicarakan berlarut larut. Kini

kitab tersebut telah kusembunyikan disuatu tempat yang sangat rahasia letaknya, kecuali aku

siapapun jangan harap bisa temukan benda itu, sekarang aku nembawa sejilid kitab salinannya,

bila kau bersedia maka kitab salinan ini akan kuserahkan dahulu kepadamu, urusan dibikin beres

sampai disini saja, sebaliknya kalau engkau tetap merasa tidak terima, maka kita harus

menyelesaikannya dengan ilmu silat, bila kau menang, kitab salinan ini kuserahkan dulu

kepadamu, lalu kuantar engkau untuk mengambil kitab aslinya, selain itu kau hendak

menghukum diriku dengan cara apapun aku tak akan membangkang atau coba menghindarinya”

“Andaikata Kiu-ci Sinkun yang menang?” tanya Hoa Thian bong.

Po-yang Lojin tertawa setelah mendapat pertanyaan itu, sahutnya, “Pertanyaan semacam ini

hanya kau seorang yang mengajukan, orang lain tak akan berpikir sampai disini, waktu itu Kiu-ci

Sinkun berkata pula, “Andaikata aku yang menang, maka kitab Kun boh tersebut menjadi

milikku, kau tak boleh mencari gara-gara lagi dengan aku, sedangkan akupun tak akan

mencelakai jiwamu, engkau boleh pulang kerumah dan melatih kembali ilmu silatmu, tiga tahun

kemudian datanglah mencari aku dan kita bertanding lagi, coba kita lihat siapakah yang lebih

cepat memperoleh kemajuan dalam latihannya?”

Bercerita sampai disini, Po-yang Lojin sendiripun tak dapat menahan diri sehingga gelengkan

kepalanya berulang kali, katanya sambil tertawa nyaring, “Saudara sekalian, Kiu-ci Sinkun

memang, benar-benar seorang manusia luar biasa, sejak jaman dahulu sampai sekarang, bukan

saja kelakuannya aneh, tindak tanduknya juga luar biasa sekali, karena itulah dengan tidak

bosan-bosannya kuceritakan kisah dimasa mudanya kepada kalian, kalau tidak begini sudah pasti

kalian tidak akan percaya dengan tindak tanduknya dimasa kemudian.”

“Silahkan locianpwee melanjutkan ceritanya, kami sudah pasang telinga baik-baik” kata Hoa

Thian-hong.

Jilid 28

Po-yang Lojin mengangguk, selanjutnya ia teruskan lagi ceritanya, “Sudah tentu pukulan sakti

Huan Teng tak pandang sebelah mata pun atas diri Kiu-ci Sinkun, apalagi berada dihadapan

kawanan jago persilatan yang ada dikolong langit, ia lebih-lebih tak ingin kehilangan pamornya,

sambil menahan rasa gusar dan mendongkolnya ia cuma mengangguk tiada hentinya sambil

menjawab, ‘Bagus….! Bagus….’

Menunggu ia telah selesaikan perkataannya, Huan Teng segera terjun kedalam gelanggang dan

terjadilah suatu penarungan sengit di tanah lapang, berlatih silat keluarga Kong sun semua

pertarungan dilangsungkan dengan menurut peraturan dunia persilatan.”

Berbicara sampai disini, tak tahan lagi ia menghela napas panjang, katanya lebih jauh, “Aaai,

tahun itu Huan Teng sudah berusia enam puluh tahun, ilmu Po kia kun boh tersebut sudah

dipelajari selama empat puluh tahun lamanya, sedangkan Kiu-ci Sinkun masih muda dan ilmu

pukulan sakti itu pun baru dipelajari dua tahun, apa yang kemudian terjadi? Ternyata kepandaian

mereka berdua seimbang alias setali tiga uang, sekalipun sudah bertempur selama liga ratus

gebrakan, ternyata menang kalah masih belum dapat ditentukan”

“Sesuai dengan namanya yakni Po-kia Sinkun (pukulan sakti penjebol tameng) aku rasa ilmu

tersebut semestinya adalah sejenis ilmu pukulan keras yang mengandalkan tenaga gwa kang,”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

557

kata Suma Tiang-cing keheranan. “Padahal Huan Teng sudah berlatih selama empat puluh tahun

lamanya dengan tekun, semestinya ia lebih tangguh baik dalam kekuatan maupun kematangan,

kenapa dia tak mampu menangkan seorang angkatan muda?”

Jawabannya sederhana sekali, sebabnya Kiu-ci Sinkun adalah seorang manusia yang sangat

berbakat dalam berlatih ilmu silat, terhadap soal ilmu silat, dia memiliki daya ingat yang luar

biasa, selain itu kalau orang lain tiap hati cuma berlatih satu dua jam, maka dalam benaknya

kecuali ilmu silat boleh dibilang tak ada pikiran lain yang berkecamuk dalam benaknya, seolaholah,

kecuali makan dan tidur dia selalu menyibukkan diri dengan berlatih ilmu silat, oleh sebab

itulah bila dia berlatih satu tahun, sama halnya dengan orang lain berlatih selama lima enam

tahun, ditambah pula dengan bakatnya yang bagus serta kecerdasan yang melebihi orang lain,

maka satu tahun dia berlatih sama halnya dengan orang lain berlatih melama sepuluh dua puluh

tahun lamanya.

Dia menarik nafas panjang-panjang, kemudian lanjutnya, “Dalam pertarungan tersebut, Huan

Tong menang karena tenaga dalamnya jauh lebih sempurna, sebaliknya Kiu-ci Sinkun lebih dapat

meresapi makna serta inti sari dari ilmu Po-kia Sinkun tersebut, seringkali dia bisa mengeluarkan

jurus baru hasil ciptaannya sendiri, kadangkala diapun mengandaikan kelincahan serta

kegesitannya untuk mengatasi keampuhan tenaga pukulan lawan, oleh sebab itulah walaupun

sepanjang pertarungan itu berlangsung, seringkali dia menghadapi mara bahaya, tapi toh Kiu-ci

Sinkun berhasil mempertahankan diri sehingga tidak sampai menderita kekalahan”

“Pertarungan itu tidak dibatasi sampai berapa jurus sampai akhirnya toh pasti ada yang kalah

atau menang bukan?” tanya Suma Tiang-cing lagi.

Setelah bertarung sampai dua ratus tiga puluh jurus, tiba-tiba Kiu-ci Sinkun menunjukkan

kelihayannya, secara beruntun dia melakukan beberapa gerakan yang keliru untuk menipu

musuhnya masuk perangkap, kemudian suatu ketika tinjunya langsung disodok kemuka

menghajar bahu Huan Teng, mungkin karena terlalu banyak tenaga yang diperlukan untuk

mainkan pukulan sakti Po-kia Sinkunnya juga karena usia Huan Teng sudah menanjak sehingga

kekuatannya jadi lemah, setelah bertarung lama tanpa hasil, kegusaran yang membakar dada

Huan Teng makin membara karena gusar, kekuatannya tak dapat menghimpun dan kelemahan

inilah yang telah dimanfaatkan oleh Kiu-ci Sinkun.

“Waah, akhir dari pertarungan itu pastilah diluar dugaan siapapun juga” kata Hoa Thian-hong,

entah bagaimana selanjutnya?”

“Sewaktu Kiu-ci Sinkun berlatih ilmu Po-kia Sinkun tersebut, semua pikiran dan ingatannya

dipusatkan pada soal keampuhan jurus, dengan sendirinya tiada kekuatan yang dia miliki,

dengan mengandalkan kekuatan tenaganya sebagai seorang pemuda, secara dipaksakan dia

dapat bertahan sebanyak dua ratus gebrakan lebih, waktu itu tenaganya sudah hampir habis

digunakan, karena itu sekalipun pukulannya berhasil menghajar bahu Huan Teng, namun pukul

an itu sama sekali tak bertenaga bukan saja tidak terasa malahan Kiu-ci Sinkun sendiri yang

terpukul sampai mundur beberapa langkah kebelakang, begitu pertarungan terhenti pemuda itu

tak mampu melanjutkan pertarungannya lagi tapi hasil yang dicapainya telah menggemparkan

seluruh ruangan, sebagian besar kawanan jago persilatan itu merasa kaget dan terkesiap oleh

kejadian tersebut….”

“Menurut peraturan dunia persilatan, pertarungan ini telah dimenangkan Kiu-ci Sinkun, masa

dihadapan umum Huan Teng tak mau mengakui kekalahannya?” kata Suma Tiang-cing.

“Pada waktu itu Huan Teng berdiri tertegun ditengah gelanggang tanpa bisa berbuat apa-apa,

sedangkan Kiu-ci Sinkun sendiri sudah bura-buru meninggalkan salinan kitab ilmu silat itu, dia

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

558

hanya berseru, “sampai jumpa tiga tahun lagi!” dengan gerakan cepat dia kabur dari tempat

kejadian, meskipun banyak jago persilatan yang merasa tidak puas dengan kejadian itu, tapi

dalam keadaan serba kalut semua orang tak tahu apa yang musti dilakukan, menanti mereka

sadar kembali dari lamunannya, Kiu-ci Sinkun sudah lenyap tak berbekas.

“Haaah…. haaah…. haah kitab pusaka salinan itu sudah ditinggalkan, lagipula ada janji untuk

bertemu tiga tahun lagi, tentu saja orang lain merasa tak enak hati untuk turut campur dalam

urusan itu, Waah-Kiu-ci Sinkun memang cukup licik dan cerdik!” seru Cu Im Taysu sambil

tertawa tergelak,

Po-yang Lojin tersenyum, ujarnya, “Urusan pun dianggap sudah berlalu dengan begitu saja,

semua orang lantas bubar dan kembali kerumah masing-masing. Pukulan sakti Huan Teng sendiri

melakukan penggeledahan selama beberapa jam dikota Kay hong, tapi jejak dari Kiu-ci Sinkun

bagaikan ditelan keperut bumi saja, sama sekali tidak berhasil ditemukan lagi, dengan putus asa

bercampur kecewa terpaksa ia harus pulang kerumah untuk berlatih tekun ilmu silatnya, ia

bersiap-siap untuk membunuh Kiu-ci Sinkun dalam pertarungannya tiga tahun mendatang, siapa

tahu beberapa bulan kemudian dirumah Kong sun Tong telah terjadi keonaran!”

“Apakah kitab pusaka ilmu silatnya juga dicuri orang?” tanya Hoa Thian-hong.

Suma Tiang-cing segera menyela, “Setelah Huan Tong mengalami nasib yang tragis, aku percaya

Kong sun Tong pasti bertindak lebih waspada lagi, terutama terhadap kitab pusaka ilmu

pedangnya itu, ia tentu menyembunyikan secara sempurna. Kendatipun Kiu-ci Sinkun memiliki

daya kemampuan untuk menyusup kerumah lawan dan membongkar almari orang lain, belum

tentu ia dapat menemukan kitab sekecil itu!”

Po-yang Lojin tertawa, ceritanya lagi.

“Suatu hari, baru saja Kongsun Tong pulang dari bepergian, tiba tiba temukan secarik keras

diatas meja tulisnya ketika di baca ternyata surat dari Kiu-ci Sinkun, dalam surat tersebut ia

mencaci maki Kongsun Tong karena berkhianat, oleh sebab itu menggunakan kesempatan

sewaktu ia pergi, kitab pusakanya dicuri, bahkan berjanji pula pada tiga tahun mendatang

dengan jurus It cia cian li (sekali melesat seribu li) dia akan memahtahkan jurus It nia ban nia

(sekali ingat selaksa tahun) kemudian dengan jurus It ki ho seng (sekali jadi berurutan) akan

memaksa Kongsun Tong menggunakan It heng sam mey (Satu deret tiga bencana) menyusul

mana dengan jurus It thio it si (kadangkala tegang kadangkala kendor) dia akan menghadiahkan

sebuah babatan tajam diatas dada kanan kongsun Tong, tapi ia menyatakan pula bahwa jiwa

Kongsun Tong tak akan dicabut agar bisa melakukan pertarungan ulangan pada tiga tahun

berikutnya.

“Masa orang ini berisi benar–benar mempunyai kepandaian sehebat itu sehingga kitab pusaka

milik Kongsun Tong juga ikut dicuri?” tanya Suma Tiang-cing dengan dahi berkerut.

Po-yang Lojin tidak menjawab pertanyaan itu, tapi melanjutkan kembali, “Setelah membaca surat

tersebut Kongsun Tong mengerutkan dahinya, memang ilmu pedang It ci kui kiam miliknya

memakai kata It semua pada permulaan katanya, seperti It sia cian li, It nian ban nia, It ki ho

seng, It heng sam mey serta It thio it si semuanya merupakan nama-nama jurus pedang. Ia

merasa kitab tersebut tak mungkin bisa dicuri, mungkin semua nama itu dilihat olehnya tatkala

kitab pusaka tersebut diperlihatkan kepada Kiu-ci Sinkun tempo hari. Dia merasa kitab itu sudah

disimpan sangat rahasia yang tak mungkin bisa dicuri bocah itu, maka dianggapnya surat

tersebut sebagai suatu ejekan belaka, ia tidak memperhatikan secara serius!”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

559

“Tapi….” setelah berhenti sebentar, Po-yang Lojin melanjutkan kembali kata-katanya, “Kongsun

Tong merasa bahwa kelima jurus serangan yang ditulis Kiu-ci Sinkun tentu punya maksud

tertentu, tanpa terasa dia mulai membayangkan secara diam-diam. Masih mendingan kalau tidak

dibayangkan, begitu dipikirkan kontan paras mukanya berubah hebat, ia merasa dada kanannya

seolah-olah betul-betul ditusuk orang dengan pedang, buru-buru dia masuk kekamar tidurnya,

menyingkirkan rak bukunya, menekan tombol dan terbukalah sebuah ruang rahasia diatas

dinding, ketika Kongsun Tong menekan tombol rahasia yang lain, pintu besi itu membuka secara

otomatis…. apa yang kemudian dia lihat? Kitab ilmu pedang itu masih tersimpan baik-baik dalam

ruang rahasia, bahkan tak pernah disentuh orang.

“Waah,kalau begitu maksud Kiu-ci Sinkun meninggalkan suratnya itu tak lain hanya bermaksud

mengejek lawannya belaka? kata Cu Im taysu.

“Perkataan tasyu memang ada benarnya cuma tidak tepat keseluruhannya.

Ternyata Kiu-ci Sinkun memiliki kecerdikan yang luar biasa, meskipun kitab pusaka itu hanya

dilihat sepintas lalu, tapi dia dapat menghapalkan nama-nama dari jurus serangan itu,

tampaknya Kiu-ci Sinkun memang berhasrat besar untuk mencuri kitab pusakanya itu. Walaupun

begitu diapun tahu betapa liciknya Kongsun Tong, kitab pusaka itu pasti disembunyikan disuatu

tempat yang sangat rahasia dan tak mungkin bisa ditemukan orang lain, malahan mungkin jaga

kitab itu selalu digembol dalam sakunya.

Berbicara sampat di sini, Po-yang Lojin menghela napas panjang.

“Aaii! Kesabaran dari Kiu-ci Sinkun memang luar biasa sekali, baik siang ataupun malam, tiap hari

berjaga-jaga terus didalam rumah Kongsun Tong, ia tidak pernah bersembunyi terlalu dekat,

terutama sekali di kala Kongsun Tong sedang berlatih ilmu pedangnya, ia lantas mencuri lihat

dari kejauhan dan kemudian dicocokkan dengan nama-nama dari jurus serangan yang dia ingat,

begitulah…. setelah mencuri lihat selama beberapa bulan dan berhasil meraba jalannya

permainan pedang orang itu, ia mulai melaksanakan siasat melemparkan baru bertanya jalan.”

“Siasat melempar batu bertanya jalan??” tanya Hoa Thian-hong dengan wajah tercengang.

Benar! Oleh karena dia tak tahu dimanakah Kongsun Tong menyimpan kitab pusaka ilmu

silatnya, maka setelah meninggalkan surat, dia sendiri bersembunyi diatas atap sambil mengintip

terus kebawah, setelah diketahui olehnya letak rahasia dari alat rahasia tersebut, diam-diam dia

baru berlalu dari situ.

“Kenapa musti begitu?” tanya Hoa Thian-hong tercengang, rupanya ia merasa keheranan oleh

kenyataan tersebut.

“Kongsun Tong adalah seorang manusia yang cerdik dan banyak akal muslihatnya, setelah

diketahui bahwa kitab pusakanya tetap berada ditempat semula, dia lantas dapat menebak

maksud hati lawannya, waktu itu diapun tidak menunjukkan sesuatu reaksi, setelah almari

rahasianya dikembalikan pada letak semula dan kitab pusaka itupun disimpan ditempat semula,

dia lantas berlalu seperti tidak pernah terjadi sesuatu apa pun.”

“Tapi malamnya, ia melakukan penggeledahan yang teliti di setiap sudut rumahnya, setelah yakin

benar kalau disekttar tempat itu tak ada musuh yang bersembunyi, sekali lagi dia buka almari

rahasianya dan ambil keluar kitab yang asli, sedangkan kitab tiruan diletakkan sebagai gantinya

sedang kitab yang asli di gembol dalam saku. Sejak itulah dia selalu memasang jebakan dan

perangkap untuk membekuk pencuri, kadangkala diapun pergi sambil membawa pedang, sekitar

wilayah diperiksa dengan teliti apakah ada jejak Kiu-ci Sinkun atau tidak, apa mau dikata

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

560

ternyata jejak Kiu-ci Sinkun tak ditemukan lagi. Kiranya waktu itu dia sudah berada di wilayah

Kanglam dan menjadi muridnya Biau-hua Tojin seorang tosu keji yang berdiam dibukit Mo san!”

“Waah….! Orang ini memang menarik sekali,” kata Cu Im taysu sambil tertawa, “apakah

dikarenakan merasa tak mampu menangkan Kongsun Tong maka dia lepaskan mangsanya itu?”

“Hmm! Cerita menarik masih belum dimulai! Dengan kecerdasan serta bakatnya itulah ia belajar

giat sekali dibawah pimpinan Biau-hua Tojin, hampir semua ilmunya diturunkan kepadanya,

apalagi ketika Biau-hua merasa ada kecocokan dalam watak maupun pembawaan, ia merasa

lebih menyayangi muridnya ini, malahan Kiu-ci Sinkun dianggap sebagai murid kepercayaannya

dan semua ilmu rahasia yang tak pernah diwariskan kepada orang lain diturunkan semua kepada

muridnya yang satu ini.”

“Kiu-ci Sinkun ternyata memang tidak mengecewakan gurunya, cuma dalam dua tahun semua

kepandaian yang diwariskan Biau-hua Tojin telah dikuasai semua, ketika tiada kepandaian baru

yang bisa dipelajari lagi, ia mulai tertegun dan tidak kerasan, suatu ketika dikala ada kesempatan

yang baik baginya, maka kaburlah dia dari atas gunung, bahkan sambil menyelam minum air, ia

sekalian mencuri pula semua kitab ilmu pedang, ilmu pukulan, ilmu menangkap setan, ilmu

pertabiban dan ilmu jampi-jampi milik imam itu!”

Terbahak-bahak Hoa Thian-hong sesudah mendengar cerita itu, serunya cepat, “Waah….

kepandaiannya sudah dikuras habis, sekarang dia kuras pula semua harta milik gurunya, orang

ini memang luar biasa hebatnya!”

“Engkau pernah melihat orang yang suka akan benda-benda antik?” tiba-tiba Po-yang Lojin

bertanya.

Hoa Thian-hong menggeleng.

“Belum pernah, tapi boanpwee tahu pasti ada manusia macam itu didunia ini!”

“Bagi Kiu-ci Sinkun, kitab-kitab pusaka, ilmu silat adalah barang antik, bagi orang yang gemar

barang antik, sering kali dia mengumpulkan kitab-kitab curiannya itu dan dibaca berulang kali

malahan kemudian sekalipun ilmu silat yang dimiliki Kiu-ci Sinkun sudah amat lihay, tapi setiap

kali dia mendengar kalau disuatu tempat mempunyai kitab pusaka, maka sekalipun harus

menempuh jarak beribu-ribu li, dia tetap mendatangi tempat itu, gagal diminta secara terangterangan

maka dicurinya dengan cara apapun. Kiu-ci Sinkun pada waktu ia sudah mendekati

orang yang demam silat

“Bagaimana keadaan Biau-hua Tojin selelah mengetahui murid kesayangannya kabur sambil

membawa lari kitab kitab pusakanya?” tanya Suma Tiang-cing sambil tertawa geli.

“Apalagi? Tentu saja dikejar dan dicari ubek-ubekan!”

“Berhasil ditangkap atau tidak?” tanya Hoa Thian-hong dengan perasaan ingin tahu.

“Kalau berhasil ditangkap, tak mungkin dia mencarinya sampai ubek-ubekan….!”

Cu Im taysu tertewa tergelak, serunya cepat, “Locinpwe, lanjutkan ceritamu, aku duga Kongsun

Tong pasti menderita kerugian besar!”

Memang begitulah, kurang lebih dua tahun kemudian, waktu itu Kongsun Tong sudah hampir

melupakan peristiwa masa lalu, apalagi ia merasa kurang leluasa untuk membawa kitab

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

561

pusakanya kemana-mana, maka kitab pusaka itu ditaruh kembali ke tempatnya semula,

sementara itu Kiu-ci Sinkun yang berhasil kabur dari bukit Mo-san langsung menuju ke kota Kayhong,

setelah dua tahun belajar ilmu dari Biau-hua loto bukan saja ilmu silatnya memperoleh

banyak kemajuan, segala ilmu setanpun banyak yang dia kuasai, pagi itu dia lihat Kongsun Tong

pergi jalan-jalan sambil membawa sangkar burungnya, menanti Biau-hua Tojin dan Kongsun

Tong melakukan pencarian besar-besaran keseluruh dunia persilatan, waktu itu Kiu-ci Sinkun

sudah kabur puluhan laksa li jauhnya dan bersembunyi diatas bukit Heng an nia untuk melatih

ilmu pedangnya!”

***

Po-yang Lojin tarik napas panjang-panjang, kembali meneguk air teh untuk membasahi

kerongkongannya, tiba-tiba ia berkata.

Orang ini memang lihay dan sepanjang hidupnya sudah banyak pengalaman aneh yang

dialaminya, Jite!. Kau teruskan ceritanya, aku sudah capai ngomong terus, tapi ceritanya harus

sederhana tapi jelas bagi pendengarnya,”

Baru-buru kakek she Li itu berpikir sebentar untuk mengumpulkan kembali daya ingatnya.

setelah itu baru tuturnya.

“Setahun kemudian, tiba-tiba Kiu-ci Sinkun berkunjung kerumah kediaman Huan Teng untuk

memenuhi janji tiga tahunnya, ketika itu Biau-hua loto dan Kongsun Tong telah berjaga-jaga

disekitar rumah keluarga Huan, ketika Kiu-ci Sinkun munculkan diri, mereka bertiga segera

mengepungnya rapat-rapat dan kalau bisa ingin sekali mereka cabik-cabik musuhnya jadi

beberapa bagian….!”

“Tapi Kiu-ci Sinkun tetap tenang-tenang saja, sebagaimana caranya yang lama, barang siapa

ingin mendapatkan kembali kitabnya yang hilang, dia harus bisa dikalahkan kalau tidak maka

tuntutannya itu harus diulangi kembali sampai tiga tahun berikutnya, tentu saja Huan Teng turun

tangan lebih dahulu, tapi belum sampai empat puluh gebrakan, jago tua itu sudah dikalahkan

menyusul ia beradu pedang dengan Kongsun Tong dan akhirnya ia bertempur melawan Biau-hua

loto bekas gurunya, tapi kedua orang jago itu mengalami nasib yang sama, tak sampai dua ratus

gebrakan secara beruntun mereka telah dikalahkan dengan cara yang mengenaskan sekali”

Ketika kakek tua she Gin melihat Ji ko nya telah kelupaan menceritakan hal yang paling penting,

cepat dia menambahkan, “Ketika ia bertempur melawan Huan Teng maka ilmu silat yang dipakai

hanya melulu ilmu pukulan Po-kia Sinkun, ketika bertarung melawan Kongsun Tong yang dipakai

cuma ilmu pedang It ci hui kiam, sedangkan dikala bertempur melawan Biau-hua loto yang

dipakaipun hanya melulu ilmu yang dipelajari dari imam tua ini, sedikitpun tidak mengandung

ilmu pukulan Po-kia Sinkun ataupun ilmu pedang It ci hui kiam!”

“Oooh…. ini baru hebat namanya!” seru Hoa Thian-hong, “kalau aku yang harus menjadi dia,

susah rasanya untuk membedakan jurus ini adalah jurus milik siapa, jurus itu adalah jurus

pukulan apa lagipula ditengah pertarungan seru…. waah, pusing deh rasanya!”

Kakek tua she Li itu menghela napas panjang.

“Aaai…. Mula-mula tiga orang itu bertarung secara bergantian tapi setelah semua dikalahkan,

Biau-hua loto segera mengusulkan untuk main kerubut, maka tiga orang jago lihay itupun

serentak menyerbu ke gelanggang dan mengerubuti Kiu-ci Sinkun seorang diri….”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

562

“Selama bersembunyi di bukit Heng an sia entah barang aneh apa saja yang telah dimakan Kiu-ci

Sinkun selama setahun lamanya, ternyata tenaga dalam yang dimilikinya peroleh kemajuan yang

pesat, ilmu meringankan tubuh yang dia milikipun amat sempurna, sekalipun harus bertempur

tiga babak secara beruntun namun ia masih tetap tangguh dan gagah perkasa, ketika dia harus

satu lawan tiga mulailah Kiu-ci Sinkun keteter hebat tapi ia masih bertahan terus dengan cara

pertarungannya, siapa yang sedang dihadapi jurus serangan apa pula yang dipakai….

“Akhirnya dia menderita luka parah karena tak tahan dikerubuti tiga orang jago, untungnya Biauhua

Tojin sekalian bermaksud menawannya hidup-hidup agar barang mereka yang hilang bisa

didapatkan kembali, dengan keuntungan inilah suatu ketika Kiu-ci Sinkun berhasil menembusi

kepungan dan melarikan diri”

“Bukankah ia sudah menderita luka parah, masa Biau-hua Tojin sekalian bertiga tidak mampu

menangkapnya kembali?” tanya Suma Tiang-cing keheranan.

“Orang ini mempunyai tiga kemampuan, yakni pandai mencuri, pandai melarikau diri serta pandai

bersembunyi, belum pernah ketiga macam kepandaiannya ini mengalami kegagalan ataupun

salah perhitungan!”

“Bagaimana selanjutnya?” tanya Hoa Thian-hong sambil tertawa.

“Selanjutnya selama dua tahun belakangan dalam dunia persilatan secara beruntun terjadi

peristiwa-peristiwa pencurian, banyak jago jago kenamaan baik dari goloogan putih maupun dari

golongan hitam kecurian kitab pusakanya, tampuknya kesintingan Kiu-ci Sinkun sudah mencapai

pada puncaknya sehingga umat persilatan disatroni olehya, keadaan pada waktu itu jadi kacau

balau tak karuan, banyak orang yang kecurian segera menyebarkan diri kedalam dunia persilatan

dan mencari jejaknya, sekalipun demikian toh ia tak berhasil ditangkap, sampai belasan tahun

kemudian tiba-tiba ia munculkan diri dalam dunia persilatan!”

“Li locianpwe, selama belasan tahun dia telah bersembunyi dimana?” tanya Hoa Thian-hong

sambil tertawa.

“Menurut perkiraan orang banyak, kemungkinan besar ia sudah menyingkir ke negeri Thian lok

(kini India), hal ini berdasarkan dari ilmu Yoganya yang sangat lihay setelah muncul kembali

kedalam dunia persilatan, dengan dasar kepandaian Yoga itulah orang menduga ia pasti

menyingkir kesitu!”

Cu Im taysu menyela, “Kitab pusaka ilmu silat berbeda dengan harta kekayaan seperti emas,

perak, intan, permata, sebelum dirampas kembali siapa pun tak mau menyerah dengan begitu

saja, setelah dia muncul kembali kedalam dunia persilatan, sudah pasti banyak sekali jago silat

yang datang membuat perhitungan dengan dirinya?”

“Oooh…. Hal ini sudah jelas”

Setelah berhenti sebentar, Li lojin melanjutkan, “Bagi orang lain, kemunculannya berarti

kesempatan untuk menagih hutang lama, sebaliknya bagi Kiu-ci Sinkun, kemunculannya justru

untuk mengulangi kembali tingkah polanya dimasa lampau, suasana dalam dunia persilatan

waktuitu makin kacau balau!”

“Kali ini bagaimana caranya dia mengacau dunia persilatan?” tanya Hoa Thiasn hong.

“Pada waktu itu, usia Kiu-ci Sinkun baru mencapai tiga puluh tahunan, tapi kelihayan ilmu

silatnya sudah tiada taranya sehingga sukar untuk menemukan tandingan, tapi kesenangannya

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

563

terhadap ilmu silat makin bertambah besar, kesenangan bukan lenyap lantaran ilmu silatnya

bertambah lihay, justru sebaliknya makin terperosok semakin dalam, makin melangkah ia

semakin jauh, kalau dulu ia main mencuri maka sekarang ia main rampas secara terangteranganan,

boleh jadi memakai gertakan, mungkin juga memakai kekerasan ataupun kelicikan,

pokoknya dia berdaya upaya agar semua kitab pusaka ilmu silat yang dimiliki orang lain bisa

dimiliki sendiri olehnya.”

“Kenapa umat persilatan tidak bersatu padu dan bekerja sama untuk menghadapinya?”

“Siapa bilang umat persilatan tidak bersatu padu dan menghada-pinya bersama? pada jaman itu,

untuk menghadapi dia seorang bukan saja umat persilatan dari golongan putih bersatu padu,

malahan mereka bekerja sama dengan golongan hitam untuk bersama-sama menyingkikan Kiu-ci

Sinkun dari muka bumi….”

“Masa dengan kekuatan Kiu-ci Sinkun seorang diri, dia mampu meng-hadapi kekuatan gabungan

dari seluruh umat persilatan didunia ini?”

“Pada waktu itu seorang belum mengenal nama Kiu-ci Sinkun, kebanyakan orang tak tahu pula

siapa namanya, maka ada yang sebut si demam silat ada pula menyebut si rase kepadanya,

dunia persilatan pada waktu itu ibaratnya hutan pemburuan, semua umat persilatan berkumpul

jadi untuk bersama-sama berburu makhluk rase yang licik ini, kemanapun dia pergi umat

persilatan segera mengejar diri belakang dan menghadang dari depan, kendatipun siang malam

musti ka bur kesana kemari untuk menghindari pengejaran, tapi dia masih sempat pula

menyusun rencana untuk mengganggu orang lain.”

“Keanehan orang ini memang luar biasa sekali, rasanya dari dulu sampai sekarang belum pernah

ada yang menyamai keanehan dirinya” kata Cu Im taysu, “aai…. pinceng rela hidup dijaman itu

kalau bisa, agar dapat kukenali manusia yang sangat aneh ini!”

Li lojin tersenyum, sambungnya, “Begitulah, dunia persilatan dikacau selama dua tahun lamanya,

umat persilatan masih tetap tak mampu berbuat apa-apa atas jago lihay yang aneh ini. Pada

waktu itulah tiba-tiba ketua dari perguruan keluarga Wi ying ada dikota Goan-ciu berhasil

menemukan dua jilid kitab pusaka yang disembunyikan Kiu-ci Sinkun dalam sebuah gua dibukit

Ho-lan-san, kitab yang berhasil ditemukan itu adalah kitab ilmu pedang partai Tiam cong serta

kitab Ciok yu cap sa kek milik Ciok Yu kek dikota Seng ciu, katanya kitab ini adalah kitab

pertabiban yang dibuat dikala jaman dinasti kaisar Sianyan Tee, isinya berupa ilmu pengobatan

dan ilmu pertabiban yang sama sekali tak ada hubungannya dengan ilmu silat, kitab itu dicuri

oleh Kiu-ci Sinkun pada belasan tahun berselang. yaa….! begitulah ketua dari perguruan keluarga

Wi ini bukan saja tidak berhasil menemukan kitab pusaka perguruannya yang tercuri dia malah

menemukan barang milik orang lain….”

Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan kembali kata-katanya, “Kebanyakan barang-barang

yang berhasil dicuri dan dirampas Kiu-ci Sinkun disimpan dalam bukit bukit dan lembah-lembah

terpencil yang susah ditemukan orang, sekalipun semua kitab pusaka itu adalah milik orang lain

tapi setelah berada ditangannya di anggap sebagai barang miliknya sendiri, dia tak ingin

mengembalikannya kepada orang lain dan tak sudi pula didapatkan orang, maka setelah dua jilid

kitab pusaka disimpannya dalam bukit Ho-lan-san ditemukan orang betapa gusar dan

mendongkolnya Kiu-ci Sinkun, setelah berkelana banyak tahun, tiba-tiba timbul ingatan untuk

mencari tempat tinggal yang tetap, pilih punya pilih akhirnya ia memilih bukit Kiu ci san,

dibangunya sebuah istana yang kuat dan kokoh diatas bukit itu, disana ia menetap dan

menyimpan semua harta kekayaannya.”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

564

“Bukankah dia mempunyai banyak musuh yang membenci dirinya? Masakah dia bisa hidup

tenang disana?” tanya Hoa Thian-hong.

“Tenta saja kehidupannya tak tenang, begitu kabar berita tersebut tersiar kedunia persilatan,

orang-orang yang kehilangan kitab pusa kanya segera berdatangan kebukit Kiu ci san, ditambah

pula para pembantu yang membantu sobat-sobatnya membuat suasana dibukit Kiu ci san benarbenar

sangat ramai sekali, malahan aku dengar lebih banyak orang yang bermaksud mencari

kesempatan untuk merampas kitab pusaka daripada mereka yang ingin menuntut kembali kitab

miliknya yang di rampas!”

“Dengan kekuatannya seorang diri, masa dia mampu menandingi orang sebanyak itu?” tanya

Suma Tiang-cing.

Li lojin menghela nafas panjang.

“Aaai! Waktu itu rata-rata para jago yang hadir didepan istana Kiu ci kiong diliputi emosi dan

hawa amarah, sekali komando serentak kawanan jago sebanyak ratusan orang itu menyerbu

kedepan dan mengerubuti Kiu-ci Sinkun, dalam keadaan begitu kendatipun ilmu silat yang

dimiliki Kiu-ci Sinkun lihaynya bulan kepalang, tak urung juga dibuat jeri dan bergidik!”

“Andaikata orang-orang itu benar-benar menyerbu dengan tujuan adu nyawa, sudah pasti Kiu-ci

Sinkun bukan tandingan mereka dan nis caya dia akan mati konyol” kata Hoa Thian-hong.

Li lojin tertawa.

“Sebenarnya orang-orang itu memang bermaksud untuk beradu jiwa, cuma sayang orang-yang

dibelakang berteriak-teriak sementara itu yang ada didepan cuma berdiri kaku seperti patung!”

Tiba tiba Po-yang Lojin menyela, “Ilmu silat yang dimiliki Kiu-ci Sinkun amat lihay, andaikata

benar-benar terjadi pertarungan, yang berada dibarisan depan sudah pasti akan korban lebih

dulu, padahal tujuan mereka hanya merebut kembali kitab ilmu silat yang dirampas lawan,

dengan sendirinya tak seorangpun para jago yang ada dibarisan depan sudi bergebrak lebih

dahulu, rupanya merekapun sempat berpikir kalau mereka adu nyawa, yang untung adalah orang

lain, lalu apa guna dan arti kematian mereka? Sebab itulah mereka lebih suka melihat orang lain

adu jiwa sedang mereka sendiri berpeluk tangan menjadi nelayan yang beruntung.”

Li lojin berkata pula, “Dibalik kesemuanya itu sebenarnya masih terdapat suatu sebab musabab

yang sensitif sekali artinya, yakni sekalipun Kiu-ci Sinkun tergila-gila oleh ilmu silat namun tindak

tanduknya sama sekali tidak garang ataupun keji, sepanjang hidup belum pernah ia membunuh

seorang manusiapun, bila sedang bangga meskipun wajahnya berseri namun tidak sombong,

oleh karena itulah orang orang di jaman itu menyebutnya sebagai Demam silat, ada pula yang

memakinya sebagai si Rase, ada pula yang memakinya si Sinting, walaupun begitu antara

mereka tak pernah terikat olah dendam sakit hati apapun jua, oleh karena itu antara merekapun

tidak mempunyai keharusan untuk beradu jiwa, justru karena wataknya yang sama sekali tidak

keji dan bengis inilah, sampai kinipun orang menyebutnya sebagai Sinkun!”

“Ehmmm! Kalau dipikir-pikir, memang disinilah letak kunci yang paling penting” Hoa Thian bong

mengangguk, “entah bagai manakah akhir dari kejadian itu?”

“Rupanya Kiu-ci Sinkun sendiripun mempunyai perhitungan yang cukup masak, waktu itu dia

berkata begini, “Bukankah tujuan kalian semua adalah minta kembali barang-barang kalian yang

hilang? Kalau main kerubut seperti orang kampungan begitu, dari mana tujuan kalian bisa

tercapai? Malahan bisa jadi barang sudah hilang nyawapun ikut melayang. Kalau kamu semua

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

565

mau menuruti perkataanku dan cara yang kukemukakan, siapa tahu kalau apa yang kalian

harapkan bisa tercapai? Jangan kuatir, aku toh sudah menetap disini, tak mungkin aku bakal

melarikan diri”

“Waaah! caranya ini luar biasa” puji Cu Im taysu sambil tertawa.

Li lojin tersenyum.

“Memang luar biasa sekali. Waktu itu dia berkala pula: ‘Mulai hari ini aku berdiam terus dibukit

Kiu ci san ini, jika kalian ingin mendapatkan kembali benda milik kalian, berusahalah dengan giat

mulai sekarang carilah kitab-kitab ilmu silat yang berhubungan dengan ilmu silat, ilmu racun,

ilmu bangunan, ilmu pertabiban serta ilmu-ilmu kepandaian lainnya atau mencari obat-obat

mujarab, pedang mustika, golok mustika, bahkan boleh juga mencari intan permata serta mutu

manikam lainnya yang berharga, asal kalian bisa dapatkan salah satu dari benda-benda itu

kemudian ditukarkan kepadaku, pokoknya asal aku penujui sudah pasti kitab pusaka milik kalian

yang kucuri akan kukembalikan kepada kalian!”

Tertawa Hoa Thian-hong setelah mendengar perkataan itu, dia berkata, “Cara ini kurang adil

rasanya bagi para pemilik barang yang merasa keheranan, mungkin tak ada yang setuju dengan

usulnya itu?”

Memang begitulah kenyataannya, para pemilik barang itu segera menjawab, “Kau mencuri

barang, kami merampas barang kami, sekarang suruh kami tebus barang kami dengan barang

lain, cara ini sama sekali tidak adil dan bijaksana.”

“Apa jawab Kiu-ci Sinkun?”

Dia lantas berkata begini: “Kalau kalian tidak setuju dengan caraku ini aku masih ada cara yang

kedua, bila istanaku sudah kubangun jadi, maka semua kitab pusaka dan benda mustika yang

kumiliki akan kusimpan semua ditempat ini, kalian boleh menirukan caraku dengan mencuri

ataupun merampas barang-barang itu dari tanganku, setiap saat akan kunantikan kedatangan

kalian!”

“Waah, waaah cara ini lebih latah lagi sela Suma Tiang-cing segera, tapi kejadian tersebut

memang tak dapat dihindari, kenda tipun tidak ia katakan, orang lain toh akan berusaha untuk

melakukan juga.”

Li lojin tersenyum.

“Tapi diapun menerangkan pula, cara ini ada syaratnya yakni jika orang yang datang melakukan

pencurian adalah pemilik barangnya sendiri, bila tertangkap maka dia akan dipenjara selama tiga

tahun tanpa ada hukuman yang lain, tapi bila orang yang melakukan pencurian bukan pemilik

barang, jika tertangkap dia akan dijatuhi hukuman sesuai dengan berat entengnya dosa yang di

langgar, mereka yang melanggar berat maka ilmu silatnya akan dipunahkan, sedangkan yang

enteng ditahan dalam istana sebagai jongos!”

“Hmmm…. bagus juga cara yang dia ajukan ini” ujar Cu Im taysu sambil tertawa.

Selain kedua cara tadi, dia masih mempunyai cara yarg ketiga, dia bilang bila istana Kiu ci kiong

sudah didirikan, setiap hari Tong ciu dalam istana akan diadakan pertemuan besar perebutan

kitab pusaka yang akan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam, siapapun boleh ikut serta

dalam pesta perebutan itu, tertu saja dalam pesta pertemuan itupun disertai pula dengan

pelbagai syarat, antara lain yang paling penting adalah para peserta harus mereka yang

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

566

kehilangan kitab pusaka, dan barang yang diperebutkan juga terbatas pada kitab yang

dimilikinya, misalkan si pukulan sakti Huan Teng, dia hanya berhak merebut kembali kitab pusaka

Po kia kun boh nya, karena itu dia hanya terbatas untuk bertempur dengan memakai ilmu Po-kia

Sinkun pula, bila tahun itu kalah maka tahun berikutnya dipersilahkan untuk turut kembali.

“Orang ini sungguh menarik hati” seru Hoa Thian-hong tanpa terasa, “kalau tidak demikian jika

mereka harus bertarung satu lawan satu maka siapapun tak akan mampu menandingi

kelihayannya, dan lagi bila dengan memakai ilmu perguruan serdiripun tak mampu menangkan

orang lain, kejadian tersebut memang terhitung sangat memalukan”

“Kebaikan yang terutama dari orang ini adalah dia tak ingin mencelakai jiwa orang lain” Li lojin

menerangkan, dan lagi dia selalu meninggalkan kesempatan yang baik kepada orang lain untuk

merebut kembali barang miliknya, sebab itulah sekalipun dunia persilatan telah dibikin kacau

balau tak karuan tetapi tidak sampai menimbulkan bencana besar ataupun banjir darah!”

“Dari pada adu jiwa dan bertempur mati-matian memang lebih baik berusaha dengan

menggunakan ketiga macam cara tersebut, lalu bagaimanakah pendapat para pemilik kitab?”

“Bagi para pemilik kitab, dapat bertempur melawan Kiu-ci Sinkun hanya terbatas dalam ilmu silat

perguruannya, lagi pula kalau menang bisa memperoleh kembali barang yang hilang, boleh

dibilang suatu kesempatan yang baik sekali untuk menangkannya, siapapun yakin kalau ilmu silat

perguruan sendiri telah dikuasai penuh dan siapapnn percaya kalau mereka punya harapan untuk

menang, toh andaikata kalah tahun berikutnya masih boleh ikut kembali dalam pesta perebutan

tersebut, selain itu mereka juga kuatir kalau Kiu-ci Sinkun didesak terus terusan maka dia akan

minggat dan susah dicari kembali jejaknya, daripada kitab pusakanya hilang maka para pemilik

kitab akhirnya menyetujui juga usulnya itu!”

Tiba-tiba Po-yang Lojin menambahkan, “Didalam kejadian tersebut masih terdapat pula kunci

yang amat penting, sebagian besar orang-orang yang hendak mencari keuntungan diair keruh

adalah kawanan jago dari kalangan hitam, tatkala para pemilik kitab sudah menunjukkan tandatanda

setuju mereka malahan coba menghasut dan memarakkan kembali suasara yang mulai

reda itu, dalam keadaan demikian inilah tiba-tiba Kiu-ci Sinkun menggunakan serangan yang

paling keji dan paling cepat untuk melumpuhkan belasan orang diantara mereka yang berilmu

silat paling tinggi, menyaksikan kelihayan ilmu silat yang dimiliki Kiu-ci Sinkun ini, para pemilik

kitab semakin tak berani bertindak gegabah.

“Lihay amat cara sidemam silat ini bertindak” puji Suma Tiang-cing sambil tertawa.

Lihaynya sih tidak untuk membangun istana Kiu ci kiong, dia membutuhkan tenaga yang besar

dan benda yang banyak, menurut jalan pemikirannya maka orang-orang yang ditangkapnya ini

akan dijadikan anak buahnya untuk mengurangi para pekerja pembangangunan.

“Bagaimana kemudian?” tanya Hoa Thian-hong sambil tertawa.

“Selanjutnya….Hey, lebih baik kita cepat-cepat membicarakan soal pencarian harta karun saja,

cerita jite terlalu banyak hal-hal yang tak penting, lebih baik samte saja yang lanjutkan!”

Kakek tua she Gin itu biru buru meneruskan kembali kisah cerita nya dengan suara nyaring,

“Untuk mendirikan istana Kiu ci kiong mereka membutuhkan waktu selama hampir mendekati

lima tahun lamanya, pada tahun keenam bulan Tiong ciu untuk pertama kalinya diadakan pesta

perebutan barang pusaka, secara beruntun pesta itu diselenggarakan sampai tujuh tahun

lamanya, tapi tak seorangpun yang berhasil merebut kembali kitab pusaka perguruan mereka,

sepanjang masa itu ada orang yang disekap selama tiga tahun lantaran tertangkap sewaktu

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

567

hendak mencuri barang pusaka, ada pula yang menjadi pelayan dalam istana Kiu ci kiong,

disamping itu banyak pula kawanan jago yang mencari benda-benda a-neh untuk ditukarkan

dengan kitab salinan ilmu silat perguruannya masing-masing bahkan ada pula yang secara

sukarela masuk istana Kiu ci kiong untuk menjadi seorang anak buah, pokoknya barang-barang

pusaka yang bertumpuk dalam istana Kiu ci kiong kian lama kian ber tambah banyak, pengaruh

mereka pun kian bertambah besar, hal ini membuat kedudukan Kiu-ci Sinkun bertambah kuat

dan mantap, keku-asaannya meliputi seluruh kolong langit, tapi menghasilkan pula suatu

persoalan baginya….”

Setelah berhenti sebentar untuk tukar naps, sambungnya lebih jauh, “Selama tahun-tahun

terakhir, Kiu-ci Sinkun telah menerima empat orang murid kesemuanya merupakan pemudapemuda

berbakat bagus yang cerdik dan tekun mempelajari ilmu, dibawah petunjuk Kiu-ci

Sinkun yang lihay, ilmu silat keempat orang ini memperoleh kemajuan yang sangat pesat, akan

tetapi kemampuan yang mereka miliki masih belum mampu untuk mewakili guru mereka

menghadapi para pemilik kitab dalam setiap pesta perebutan barang pusaka”

Rupanya dia kuatir kalau Hoa Thian-hong tidak paham dengan keterangannya ini, cepat dia

melanjutkan, “Kita ambil contoh saja pukulan sakti Huan Teng, usianya waktu itu sudah

mencapai tujuh puluh tahunan, kekuatan tubuhnya sudah banyak berkurang selama pesta

perebutan barang pusaka itu dilangsung kan, ia selalu diwakili oleh putranya Huang Heng, tahun

itu Huan Heng baru berusia empat puluh tahunan, tapi ilmu pukulan Po-kia Sinkun yang

dikuasainya sudah mencapai puncak kesempurnaan, untuk mengalahkan jago setengah umur itu

Kiu-ci Sinkun sendiripun membutuhkan seratus gebrakan lebih baru keinginannya bisa tercapai.

Murid kedua dari Kiu-ci Sinkun yang bernama Si Bun kong paling gemar mempelajari ilmu silat

aliran keras, terutama sekali ilmu pukulan sakti Po-kia Sinkun, setelah jalan nadi pentingnya Jin

dan tok berhasil ditembusi, lalu mendapat pula bantuan dari obat-obatan, tenaga dalam yang

dimilikinya sudah jauh melebihi Hoan Teng, akan tetapi kematangan jurus Po-kia Sinkunnya

masih kalah jauh dari Huan Tang, oleh sebab itu dia belum dapat mewakili gurunya dalam pesta

perebutan barang pusaka itu, padahal jago-jago seperti Kong sun Tong dan Biau-hua Tojin

sekalian sudah berlatih tekun lagi selama dua puluh tahun terakhir ini sehingga kepandaian silat

mereka mencapai puncak kesempurnaan yang tidak terhingga, tentu saja murid-muridnya Kiu-ci

Sinkun lebih tidak mungkin bisa menyusulnya.

Suma Tiang-cing tertawa.

“Dalam keadaan demikian Kiu-ci Sinkun tak mungkin mengingkari janji sendiri, itu berarti dia

mencari kesulitan bagi dirinya sendiri,” katanya.

“Manusia berbakat bagus sukar dicari didunia, apa lagi orang yang cerdik sekaligus berbakat,

belum tentu tiap generasi bisa di temukan, sebab itulah pada pesta perebutan barang pusaka

yang kedelapan kalinya, Kiu-ci Sinkun memberikan suatu pengumuman yang luar biasa, barang

siapa dapat menemukan bocah laki atau perempuan yang cerdas dan berbakat bagus, boleh

dikirim ke istana Kiu ci kiong untuk ditukarkan dengan barang mustika bahkan akan

mendapatkan pula balas jasa yang cukup lumayan….”

“Gila…. benar-benar gila” kata Suma Tiang-cing sambil gelengkan kepalanya dia tertawa.

“Memang terlalu gila-gilaan perbuatannya ini tapi belsan tahun berikutnya setiap tahun paling

sedikit Kiu-ci Sinkun menerima seorang, dua orang murid baru, hingga akhir hayatnya ada tiga

puluh delapan orang murid laki perempuan yang dia miliki, diantaranya sebagian besar adalah

manusia-manusia cerdas yang berbakat, tentu saja kepesatan ilmu silat yang dicapai merekapun

amat luar biasa, ketika Kiu-ci Sinkun menanjak keusia tua, hampir semua muridnya mampu

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

568

untuk mewakili gurunya turun gelanggang, meskipun ada juga beberapa orang jago lihay yang

terpaksa harus dihadapi sendiri oleh Kiu-ci Sinkun!”

“Sepanjang sejarah ini, apakah ada orang yang akhirnya berhasil merampas kembali kitab

pusaka mereka?” tanya Hoa Thian-hong dengan perasaaa ingin tahu.

Ada! Selama empat puluh tahun pesta perebutan barang pusaka dilangsungkan, ada tiga orang

yang berbasil merampas kembali barang miliknya, tapi selama itu pula hampir sebagian besar

barang pusaka yang ada didunia ini telah dikuras dan diboyong masuk kedalam istana Kiu ci

kiong.

Bagaimanakah akhirnya nasib dari istana Kiu ci kiong ini!” tanya Hoa Thian-hong sambil

menjulurkan lidahnya.

“Mengikuti Kiu-ci Sinkun, terpendam untuk selamanya didalam permukaan tanah, selain semua

kekayaannya ikut terpendam bahkan ada tiga puluh delapan orang muridnya dan dua ratus tujuh

puluh tiga orang yang ikut terkubur hidup-hidup dalam istana tadi!”

“Aaah! Sebenarnya apa yang sudah terjadi?” pemuda itu berseru kaget.

Singkatnya saja, diantara tiga puluh delapan orang muridnya kurang lebih ada dua belas orang

adalah mata-mata, kedua belas orang ini sebagian besar adalah anak murid jago silat kenamaan

yang sengaja dikirim kedalam istana, adapula yang dipelihara dulu oleh orang luar, setelah

mendapat pendidikan yang matang kemudian dikirim kedalam istana untuk menjadi mata-mata,

tentu saja orang-orang yang berdiri dibelakang kedua belas orang murid ini bermaksud untuk

mengincar barang mustika yang tak ternilai harganya dalam istana Kiu ci kiong.

Perlu ditambahkan, selama masa menerima murid, Kiu-ci Sinkun tidak memikirkan kesoal lain, ia

melakukan seleksinya dengan menitik beratkan pada bakat dan kecerdasan walaupun begitu

diapan dapat menduga maksud-maksud tidak baik yang terkandung dihati orang lain, cuma saja

Kiu-ci Sinkun tak sampai melakukan tindakan yang paling keji untuk memberantas orang-orang

itu, sebab justru diantara beberapa orang itu terdapatlah muridnya yang paling berbakat dan

muridnya yang paling berhasil menguasai ilmu silat yang diwariskan kepada mereka, oleh karena

itu disamping membatasi ruang gerak mereka, diapun berharap dengan perasaan dan hubungan

sebagai guru dan murid, sikap mereka iiu perlahan-lahan bisa mengalami perubahan, sayang

muridnya terlali banyak, otomatis suasananya ikut kalut dan campur aduk tak karuan, apa yang

diharapkan selalu tidak berhasil diwujudkan.

Setelah berhenti sebentar, sambungnya lagi.

Masalah kedua yang menyulitkan dirinya adalah tentang ahli warisnya, sepanjang masa hidupnya

orang ini telah memusatkan semua perhatian dan ingatannya untuk berlatih ilmu, bertanding dan

mewariskan ilmu kepada orang lain, namun dia gagal untuk menciptakan murid yang benarbenar

ampuh, di antara ketiga puluh delapan orang muridnya tak seorang yang berhasil

menuruni kemampuannya untuk menguasai segenap ilmu silat yang ada didunia ini, kepandaian

yang berhasil dicapai ketiga puluh delapan orang muridnya selain berbeda beda, karena itu satu

diantara ketiga puluh orang muridnya itu tak mampu mengalahkan ketiga puluh tujuh orang

rekan lainnya, lagipula diantara mereka, empat orang muridnya yang diterima paling awal

memiliki ilmu silat paling tinggi, sedangkan dua tiga orang muridnya yang diterima paling akhir

justru memiliki bakat dan kecerdasan paling tinggi, oleh karena itulah suasananya jadi serba

kalut dan tak bisa teratasi.

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

569

Oleh sebab harta kekayaan yang berada dalam istana Kiu ci kiong kelewat banyak, hal ini

membuat siapapun yang bercokol dalam istana tersebut merasa tak sudi meninggalkannya

dengan begitu saja, siapapun berharap untuk menjadi pemilik tunggal harta kekayaan sebesar

itu, maka mulailah ketiga puluh delapan orang murid saling gontok-gontokan dan saling

memperebutkan kekuasaan tertinggi, pikir mereka asal gurunya sudah mati, maka perebutan

kekuasaan secara terang-terangan akan segera dimulai.

“Orang-orang itu melakukan perebutan kekuasaan dengan berkomplot ataukah secara sendirisendiri?”

tanya Sama Tiang cing

“Tentu saja berkomplot, tapi oleh karena ketiga puluh delapan orang itu rata-rata adalah

manusia cerdas yang berotak brilian, maka makin brilian mereka makin besar pula perasaan

mementingkan diri sendiri dihati masing-masing pihak, semakin sulit pula bagi mereka untuk

bekerja sama dengan orang lain, begitulah mereka terbagi menjadi empat lima kelompok, tapi

merekapun bertujuan sama yakni saling mempergunakan kemampuan serta kehebatan rekannya

bagi tercapainya ambisi mereka pribadi, siapapun tak sudi tanduk kepada yang lain, siapapun tak

sudi mendengarkan perintah orang lain, sua sana jadi kacau balau tak karuan, ditambah pula

hasutan serta rongrongan dari luar istana, membuat keadaan makin kalut, bayangkan saja siapa

yang sanggup mengatasi keadaan seperti itu?”

“Sebenarnya sampai sekarang dalam istana tersebut masih tersimpan benda-benda mustika apa

lagi?” tanya Cu Im taysu dengan dahi berkerut.

“Aah….! Apa yang kau inginkan disanalah tersedia, bagi orang yang gemar ilmu silat dalam istana

itu tersedia beribu-ribu jilid kitab pusaka ilmu silat, bagi orang yang suka harta dalam istana

terdapat intan permata dan emas perak yang melimpah, mau umur panjang dan hidup segar

bugar terus dalam istana terdapat obat mujarab yang bisa menambah umur, ingin awet muda di

situpun tersedia obat untuk selalu awet muda, barang antik, lukisan berharga, kitab Budha, kitab

agama To tersimpan pula dalam istana tadi, bahkan aku dengar setumpuk kitab Buddha yang

diambil oleh pendeta Tong Sam cong hoatsu dengan susah payah di langit baratpun, sudah

diboyong masuk kedalam istana oleh seorang perompak kenamaan dari samudra timur, malahan

aku dengar jika kau ingin menjadi dewa atau malaikatpun dalam istana itu dapat kau temukan

kitabnya!”

“Omiotohud! Masa begitu? Baru pertama kali ini kudengar cerita sehebat ini!” seru Cu Im taysu

dengan mata terbelalak.

“Locianpwe, kalau toh didalam istana terdapat obat mujarab yang bisa panjang umur, kenapa

Kiu-ci Sinkun bisa bisa mati?” tanya Hoa Thian-hong keheranan.

“Benar! Kematian Kin ci sinkun memang merupakan suatu teka teki yang tidak terjawab sampai

sekarang,” sahut Po-yang Lojin, “berhubung dengan kematian dari Kiu-ci Sinkun, tiba-tiba saja

bukit Kiu ci san dilanda oleh gempa yang sangat hebat, bukit ambruk, batu berguguran, istana

Kiu ci kiong tenggelam kedasar permukaan tanah, tak seorang pun anggota istana itu berhasil

melarikan diri. Kematian Kiu-ci Sinkun juga menjadi teka teki yang tak terjawab hingga kini, tapi

yang pasti dalam istana memang terdapat banyak sekali obat-obat mujarab yang bisa menambah

umur manusia jadi lebih panjang.”

Li lojin menghela napas panjang, ia berkata pula, “Dalam penggalian harta karun yang

diselenggarakan untuk kedua kalinya, beruntung kami empat bersaudara berhasil menemukan

sebiji buah cu ko yang berwarna merah, karena kami semua mendapat seperem pat bagian dari

buah mustika itu, maka umur kami jadi panjang dan bisa hidup sampai hari ini….!”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

570

“Penggalian harta karun yang kedua kalinya?” seru Hoa Thian-hong tercengeng, “Benar, kami

ikut dalam gerakan penggalian harta karun yang kedua kalinya, dan kini gerakan penggalian

harta karun yang ketiga kalinya segera akan dimulai!”

Hoa Thian-hong, Suma Tiang-cing serta Cu Im taysu hanya saling berpandangan dengan mulut

membungkam mereka tak mampu memberikan komentar apapun.

Sementara itu poyang lojin telah melanjutkan kembali kata-katanya, Setelah istana Kiu ci kiong

tiba-tiba tenggelam keperut bumi, sementara orang yang ada diluar lantas memberikan dugaan

serta perkiraan-perkiraan mereka, ada yang mengatakan dalam istana itu pasti terjadi pergolakan

hebat yang berlangsung antara murid-murid Kiu-ci Sinkun pribadi, sehingga mengakibatkan

terjadinya penghan-curan secara besar-besaran oleh Kiu-ci Sinkun, tapi keadaan didalam istana

tersebut memang amat kalut, siapapun tak dapat menemukan alasan yang sebenarnya tentu

saja mereka hanya menguatirkan soal harta karun yang ada dalam istana itu saja sedangkan

terhadap soal yang lain tak ada yang menaruh perhatian.

Suma Tiang-cing beberapa kali hendak buka suara tapi selalu diurungkan, akhirnya ia keraskan

juga hatinya seraya bertanya, “Setelah istana itu tenggelam, sudah pasti akan muncul para

pencari harta, entah bagaimanakah keadaannya pada penggalian yang diselenggaraksn untuk

pertama kalinya?”

“Sejak Istana Kiu ci kiong tenggelam keperut bumi, tiga puluh tahun berikutnya bukit Kiu ci san

selalu dipenuhi oleh para pencari harta, diantaranya tercatat dua tahun setelah istana itu

tenggelam keperut bumi merupakan tahun pencari harta yang paling besar, sejak bulan ketiga

sampai bulan kesembilan yakni selama setengah tahun, kurang lebih seribu orang lebih para

pencari harta yang berkumpul dibukit tersebut.”

“Masa sebanyak itu?” seru Hoa Thian-hong dengan dahi berkerut, “dengan kekuatan orang yang

begitu banyaknya, sudah tentu mereka mendapatkan hasil yang lumayan bukan?”

“Ketika Kiu-ci Sinkun membangun istana tersebut, tujuannya adalah memusuhi umat persilatan,

waktu itu diapun sudah memperhi-tungkan, andaikata suatu ketika ia mengalami kegagalan total,

prinsipnya dari pada barang-barang yang berhasil dikumpulkannya selama separuh masa

kehidupannya itu terjatuh ketangan orang lain, lebih baik ia berkorban bersama semua hartanya,

karena itu bukan saja alat rahasia yang amat dahsyst telah dipasang diseluruh istana tersebut,

diapun telah menyiapkan pula alat jebakan yang bisa menenggelamkan istana tersebut keperut

bumi, andaikata alat rahasia itu di tekan maka bumi akan goncang dan bukit akan ambruk,

bukan saja istana itu akan tenggelam keperut bumi, bahkan diatasnya akan tertutup pula oleh

suatu sungai bawah tanah dengan arus air yang sangat deras, karena harus menggali melewati

arus sungai dibawah tanah inilah maka selama setengah tahun menggali, tak seorangpun yang

berhasil menemukan harta.”

“Tengah malam bulan kesembilan, tiba-tiba ada orang yang menyentuh kerak bumi tanpa

sengaja, begitu alat penggalinya menyentuh bagian dari tanah tersebut, dalam waktu singkat

rentetan bukit yang berada disebelah kiri longsor kebawah, batu cadas sebesar rumah

berguguran menutupi seluruh permukaan tanah, semalaman itu juga ada delapan ratus orang

penggali harta yang tewas tertimbun tanah longsor.”

“Akibat dari tanah longsor itu, keadaan medan ditempat itu kembali mengalami perubuhan, tiga

ratus orang lebih yang berhasil lolos dari bencana itu kebanyakan menjadi cacad, ada pula yang

putus asa dan rata-rata mereka kabur semua dari situ kecuali sebagian kecil yang masih ngotot

tetap tinggal disitu meneruskan penggalian nya, dengan demikian berakhirlah gerakan

penggalian harta yang pertama kali!”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

571

“Bagaimana pula dengan gerakan yang diselenggarakan untuk kedua kalinya?” tanya Hoa Thianhong.

***

“PENGGALIAN harta karun kedua kalinya diselenggarakan tujuh belas tahun sesudah terjadinya

peristiwa tragis itu, cuma saja suasananya ketika itu jauh berbeda,” ujar Poyang lojin degnan

sinar mata berki lat tajam.

Paras muka Hoa Thian-hong, Suma Tiang-cing serta Cu Im taysu menunjukkan perubahan,

sepasang mata mereka terbelalak lebar, dengan tenang mereka nantikan kata-kata berikutnya.

“Musim semi tahun itu tiba-tiba ada orang yang berhasil menggali sebilah pedang mustika diatas

bukit itu!” kata Po-yang Lojin.

Suma Thiang cing adalah seorang pemuda yang amat gemar akan pedang mustika, mendengar

ucapan itu tak tahan dia lantas bertanya, “Pedang mustika apakah itu?”

“Pedang Liong swan kiam!”

“Aaah….! Suma Thiang cing berseru kaget, pedang itu adalah salah satu diantara tiga bilah

pedang mustika dari Oa ci cu,” ia berhenti sebentar kemudian lanjutkan, “Locianpwe, silahkan

melanjutkan kisahmu boan seng tak akan menukas lagi!”

“Murid paling kecil dari Kiu-ci Sinkun yang bernama Cao Thian hua pernah menggunakan pedang

kenamaan itu untuk bertanding ilmu melawan Kongsun Tong, setelah pedang tersebut muncul

dari perut bumi maka badaipun kembali melanda bukit Kiu ci san, berbondong-bondong kawanan

jago persilatan berdatangan ke bukit untuk melakukan penca-rian harta karun….”

Setelah termenung sebentar, kembali ia lanjutkan kata-katanya, “Bulan keenam tahun itu, aliran

sungai yang berada dibawah tanah tiba-tiba mengering, tanah diatas permukaan istana Kiu ci

kiong tersumbul keluar, kesempatan ini semakin menggairahkan para penggali untukbekerja

dengan lebih bersemangat, sampai akhir bulan sepuluh, hampir dua ribu orang pencari harta

yang telah berkumpul dibukit tersebut.”

“Waduh…. dua ribu orang! Lalu bagaimana caranya untuk melakukan penggalian?” seru pemuda

Hoa.

“Sulit rasanya untuk menerangkan kesemuanya itu dengan kata-kata, pokoknya pada waktu itu

para pencari harta terdiri dari aneka ragam manusia, ada yang jago-jago silat, ada yang bukan

orang persilatan melainkan hanya para pekerja upahan yang memanfaatkan kesempatan itu

untuk mencari uang, ada pula yang berkelompok merupakan satu komplotan tapi ada juga yang

berdiri sendiri, dimasa masa penggalian harta karun, suasana diatas bukit Kui ci san ramai sekali

ibaratnya sebuah kota kecil, pedagang, penjaja makanan, pekerja, berkumpul menjadi satu di

tempat itu.”

“Aaai!” Li lojin menyambung setelah menghela napas, “selama tiga puluh tahun, sudah tak

terhitung jumlah orang yang terlantar akibat pencarian harta karun ini, banyak yang

menggadaikan rumah untuk membayai penggalian, ada yang meninggalkan anak istri hanya

untuk mencari harta tersebut, bahkan tidak terbatas pada orang persilatan saja, banyak

diantaranya yang merupakan kaum pedagang dan kaum pekerja, mereka memandang pencarian

harta sebagai sumber kekayaan yang bisa membahagiakan kehidupan mereka, bukan saja

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

572

usahanya ditinggalkan, anak istri juga ditelantarkan, tiap hari tiap detik mereka hanya menggali

dan menggali terus….”

“Dosa…. dosa….! Kiu-ci Sinkun memang pembuat bencana bagi umat persilatan” seru Co Im

taysu sambil menghela napas dan gelengkan kepalanya berulang kali.

Hoa Thian-hong sendiri tertawa seraya bertanya, “Locianpwe, bagaimanakah hasil dari

penggalian harta yang di selenggarakan untuk kedua kalinya itu?”

“Singkatnya hanya dua orang yang berhasil mendapatkan benda berharga, satu kelompok adalah

kami empat bersaudara berhasil mendapatkan sebiji buah merah yang telah dimakan habis,

sedangkan yang lain adalah ciang bunjin angkatan ketiga dari partai Seng sut pay yang berhasil

mendapatkan kitab Thian hua ca ki milik Cao Thian hua!”

“Bagaimana sikap orang-orang lain yang tidak berhasil mendapatkan apa-apa?”

“Waktu itu aneka ragam manusia bercampur baur diatas bukit tersebut, keadaannya sangat kalut

dan tidak menentu, ketua angkatan ketiga dari Seng sut pay memang cukup cerdik dan cekatan,

setelah mendapatkan kitab pusaka Thian Hua ca ki, Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan

perubahan apa-apa, dia lantas berpura-pura melanjukan sikap putus asa dan menarik

pasukannya mundur dari tempat itu. Begitulah, dengan membawa kedelapan sembilan orang

muridnya, mereka lantas kabur dari bukit Kiu ci san.”

“Kenapa musti berbuat begitu?” tanya Hoa Thian-hong tercengang.

“Apalagi sebabnya kalau bukan takut dirampas orang lain, banyak orang yang menderita akibat

mencari harta, banyak yang kehilangan rumah kehabisan harta kehilangan ayah atau anak

lantaran harta tersebut, apalagi mereka yang kehilangan kitab pusaka perguruannya, sekalipun

sudah berusaha banyak tahun toh tak ada hasilnya, tentu taja mereka tak akan biarkan orangorang

Seng Sut pay yang bukan termasuk bilangan daratan Tionggoan mendapat keuntungan

itu, cuma aku dengar katanya pihak Teng sut pay kehilangan pula sejenis barang pusaka yang

tersimpan dalam istana Kiu ci kiong, apakah benar atau tidak berita ini?”

“Setelah cianpwe berempat mendapatkan buah merah apakah kalian lanjutkan penggalian?”

tanya pemuda Hua.

“Setelah kami makan buah merah itu, menurut suara hati memang ingin melanjutkan penggalian,

tapi setelah dipikir kembali, kami toh tidak kehilangan apa-apa, sebiji buah merah indah

merupakan penemuan yang luar biasa sekali apalagi mengingat begitu banyak pencari harta

hanya kami saja yang berhasil mendapatkan mustika, itu berarti pula Thian sudah memberikan

kemurahannya kepada kami, jika kami lanjutkan penggalian bukankah sama artinya kami adalah

orang yang kemaruk harta? Oleh karena itu setelah berunding akhirnya kami berempat

mengundurkan diri dari tempat itu….”

“Aaai! Orang bilang mereka yang tahu diri selalu dilindungi Thian, demikian pula dengan kami

empat bersaudara, belum lama kami mengundurkan diri dari tempat penggalian, tiba-tiba diatas

bukit itu kembali terjadi bencana tanah longsor disertai ledakan-ledakan aneh, beratus-ratus

orang penggali harta tak sempat kabur dan tersapu o-leh air bah, menyusul kemudian terjadi

pula gempa bumi dan tanah merekah, dalam waktu singkat arena penggalian kembali mengalami

perubuhan besar, mereka yang mati semakin banyak lagi, cuma mayat mayat itu lenyap tak

berbekas entah tersapu air bah entah tertanam keperut bumi.

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

573

Kakek Lan yang selama ini hanya membungkam terus, tiba-tiba menghela napas berat, lalu

berkata, “Aaai! Kalau berbicara tentang keadaan yang sangat mengerikan pada hari itu, seolaholah

Lo Thian Ya menjadi gusar karena keserakahan dan kerakusan umatnya sehingga ia

menurunkan bencana besar itu untuk menghukum mereka!”

Hoa Thian-hong dan Suma Tiang-cing saling berpandangan sekejap, kedua orang ini sama sekali

tidak mempunyai niat serakah atau kemaruk harta, tapi mereka merasa bila sesuatu benda

mustika kalau dibiarkan terpendam terus didasar tanah maka lama-kelamaan benda itu akan

musnah dengan sendirinya, bila sampai demikian keada- annya, maka sama artinya mereka

berbuat keji terhadap benda alam, mereka hilangkan arti kegunaan yang sebenarnya dari bendabenda

alam tersebut, oleh sebab itu mereka berdua mempunyai pendapat yang sama, yakni

cepat-cepat menggali keluar benda mustika itu agar bisa dimanfaatkan oleh umat manusia.

Bagaimanapun juga Thian menciptakan segala sesuatu yang ada didunia ini untuk dipakai serta

dimanfaatkan oleh umatnya, benda yang tercipta ada, bukan dimaksudkan untuk dimusnahkan

dengan begitu saja oleh alam itu sendiri.

Akan tetapi, setelah mendengar perkataan dari Lan lojin, tanpa terasa dua orang jago ini jadi

terbungkam.

Terdengar Po-yang Lojin berkata, “Selama ini kami empat bersaudara hidup mengasingkan diri

dibukit Huang-san, kehidupan kami dilewatkan dengan penuh riang gembira dan bebas merdeka,

tapi secara tiba-tiba pada akhir tahun ini kami semua telah menyadari akan sesuatu hal, kami

merasa apa bedanya antara usia panjang dan usia pendek? Kami sudah diberi berkah oleh Thian

untuk hidup berumur panjang, maka sepantasnya kalau kitapun berkewajiban untuk memberikan

semua benda ciptaan alam kepada umat manusia didunia ini, kami harus membantu umat

manusia untuk menemukan kembali harta karun yang terpendam didasar perut bumi sehingga

bisa dinikmati pula oleh manusia-manusia lain, disamping itu dapat pula kami cegah agar tiada

manusia lagi yang mengorbankan jiwanya dengan percuma lanlaran urusan harta karun.

Liu lojin menyambung pula, “Yaa….! Tampaknya takdir memang menghendaki demikian, harta

karun dibukit Kiu ci san memang sudah waktunya untuk muncul didunia ini, selesai berunding,

kami empat bersaudara segera tinggalkan bukit Huang-san dan langsung menuju kota Cho Ciu,

maksud kami akan mencari ananda Cu cing serta mencari tahu lebih dahulu keadaan dalam

dunia persilatan, apa mau dikata ketika kami tiba dirumahnya telah bertemu pula dengan

kejadian yang dilakukan Tang Kwik-siu, kami lantas semakin menyadari bahwa takdir telah

berkata demikian, sekalipun kami tidak munculkan diri toh gerakan menggali harta karun yang

ketiga kalinya segera akan dilangsungkan.

“Agar semuanya berjalan lancar, persoalan ini harus diatasi dengan serius dan hati-hati, ujar Gan

lojin pula, kalau tidak, kuatirnya sebelum harta karun itu berhasil diambil, peristiwa tragis

kembali sudah berlangsung”

“Locianpwee berempat!” kata Suma Tiang-cing dengan serius, “aku yang muda percaya bahwa

kalian berempat telah mempunyai rencana yang matang, bolehkah kami ikut tahu bagaimana

caranya kita harus turun tangan?”

“Bagaimana pula kita harus melaksanakan pergerakan ini sehingga bilamana harta karun itu

tergali keluar, tak sampai terjadi perebutan secara kasar yang mengakibatkan terjadinya badai

pembunuhan yang mengerikan dalam dunia persilatan?”

Sambil menunjukkan ibu jarinya, Po-yang Lojin berkata dengan suara sangat dalam, “Yang

terutama adalah mencari seorang manusia yang bijaksana, berjiwa besar daa berpengaruh besar

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

574

untuk memimpin pergerakan ini, tapi orang tersebut harus mempunyai tiga syarat yang penting

satupun syarat tersebut tak boleh kurangi!”

“Apa saja ketiga buah syaratnya itu?” tanya Cu Im taysu dengan dahi berkerut.

“Pertama orang ini harus berilmu silat sangat tinggi, kepandaiannya itu dapat menekan dan

mengendalikan manusia-manusia berambisi besar seperti halnya dengan Tang Kwik-siu”

“Locianpwe, tahukah engkau bahwa dalam dunia persilatan dewasa ini masih terdapat manusia

yang lebih berambisi dan lebih tamak daripada Tang Kwik-siu?” tiba-tiba Hoa Thian-hong

menyela.

“Siapakah orang itu?” tanya Po-yang Lojin dengan kaget.

“Orang itu adalah Kiu-im Kaucu” jawab Suma Tong cing segera, “orang ini keji, berambisi besar

dan berilmu tinggi, sedikitpun tidak kalah bila dibandingkan dengan Tang Kwik-siu!”

Po-yang Lojin mengangguk beberapa kali, ujarnya lagi, “Kedua, orang yang memimpin gerakan

penggalian ini mesti seorang yang bijaksana dan lebih mengutamakan kepentingan umum

daripada kepentingan pribadi, dia tak boleh berwatak mata duwitan, tak boleh punya watak

serakah dan kemaruk harta, andaikata barang mustika yang dicari berhasil ditemukan maka

benda-benda itu musti diserahkan kepada siapa yang berhak mendapatkan benda itu, kecuali

bagian yang berhak ia terima, ia tak boleh menggambil bagian orang lain.”

“Waah…. syarat yang kedua ini memang sulit ditemukan pada tubuh orang persilatan,” seru

Suma Tiang-cing, “tapi tak usah kuatir sekalipun Suma Tiang-cing tak berani mengatakan aku

memiliki watak seperti itu, namun aku dapat menemukan manusia semacam itu!”

Jilid 29

“SETELAH harta karun itu berhasil ditemukan, peristiwa ini pasti akan menggetarkan seluruh

kolong langit, pada waktu itu para jago dari segala pelosok dunia pasti akan berdatangan untuk

mencari bagian, soal terpenting bagi sang pemimpin ini adalah mencari jalan pemecahan

bagaimana caranya mengendalikan massa, bagaimana memberi perintah kepada mereka, siapa

yang berjasa akan diberi pahala apa, siapa yang salah harus diberi ganjaran apa, semua

kebijaksanaan ini tergantung padanya dan mengandalkan ilmu silat tok tak mungkin bisa

mengatasi kesemuanya itu!”

“Waah…. kalau mesti mencari manusia seperti ini, sukarlah rasanya!” kata Cu Im taysu sambil

menghela nafas panjang.

“Apakah locianpwe berempat sudah mempunyai pandangan ataupun gambaran tentang siapakah

yang cocok uutuk menempati jabatan ini?” tanya Suma Tiang-cing kemudian.

Mendapat pertanyaan tersebut empat datuk dari bukit Hoang san serentak gelangkan kepalanya,

Sekalipun belum ada sekarang toh masih ada kesempatan untuk memilih, bagaimana pun juga

kita kan tak bisa membiarkan mereka cari dan berusaha sendiri dengan mengadu nasib!”

Berbicara sampai disit, tiba-tiba teringat oleh Suma Tiang-cing bahwa keempat datuk dari

gunung Hoang san pun berbasil mendapatkan sebiji buah merah lantaran nasib mereka yang

baik ia lantas riku sendiri karena tanpa sadar ia telah mengorek luka orang, hal ini berarti kurang

sopan kepada mereka berempat, tanpa terasa merahlah selambar wajahnya.

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

575

Terdengar Po-yang Lojin tertawa terbahak, kemudian berkata, “Suma tayhiap adalah pendekar

sejati yang berjiwa terbuka apa yang dikatakan memang tepat sekali, lagi pula masalah yang

paling kita kuatirkan adalah pertumpahan darah yang bakal terjadi setelah harta karun itu

ditemukan, menurut keadaan yang sepantasnya memang harus kita pilih tapi sayangnya sudah

lama kami tak pernah bergaul dengan orang lain susah rasanya bagi kami untuk mencari

manusia seperti yang dimaksudkan.

Suma Tiang-cing agak tertegun, tiba-tiba dia berpaling sambil bertanya .

“Thian-hong beranikah engkau memegang jabatan ini?”

Betapa terperanjatnya Hoa Thian-hong setelah mendengar pertanyaan itu, cepat-cepat ia

menggelengkan kepalanya.

“Keponakan masih terlalu muda, tidak becus aku untuk memegang jabatan itu, lagi pula dengan

watakku dan kemampuanku, siapa yang sudi mendengarkan perkataanku?”

Ca Im taysu termenung sebentar, kemudian dia ikut berkata, “Aaii….! Sebenarnya hanya seorang

yang pantas memegang tampuk pimpinan ini dan orang itu adalah Hoa Hujin, cuma sayang….”

“Sampai dimanakah kepulihan ilmu silat ibumu?” tanya Suma Tiang-cing sambil berpaling ke arah

pemuda itu.

“Ilmu meringankan tubuhnya sudah pulih kembali dua tiga bagian!”

“Waah…. kalau cuma dua tiga bagian tak mungkin bisa menduduki pucuk pimpinan, sebab bagi

orang yang belajar silat hanya akan tunduk kepada orang yang ilmu silat nya lebih lihay, jika

mereka harus tunduk kepada seorang manusia yang lemah dan tak berkekuatan apa-apa, siapa

yang kesudian tunduk perintah?”

“Bagaimana kalau biar ibuku yang memegang pucuk pimpinan, sedangkan kita semua akan

bantunya dari samping?”

“Tidak mantap!” jawab Suma Tiang-cing dengan dingin, “kalau caramu itu bisa dilakukan, apa

salahnya kalau biar aku saja yang memegang pucuk pimpinan kemudian kalian membantu aku

dari samping?”

“Dosa! Dosa….!” ujar Cu Im taysu sambil tertawa, “perkataan yang sama sekali tak ada

manfaatnya, lebih baik tak usah dibicarakan saja daripada buang waktu dan tenaga dengan

percuma!”

“Menurut keterangan Cu ing, hingga dewasa ini perkumpulan Sia ki pang masih merupakan satu

kekuatan yang amat besar, apabila Kiu-im Kaucu dan Tang Kwik-siu memang memusuhi kaum

pendekar dari golongan lain, maka pihak Sin-kie-pang merupakan daya kekuatan yang bi-sa

diandalkan untuk mengimbangi kekuatan lawan, apakah pihak Sin-kie-pang bersedia tunduk

dibawah perintah jikalau Hoa Hujin yang memegang pucuk pimpinan ini!”

“Heeehh…. heeeh…. heeeh, perkumpulan Sin-kie-pang berambisi besar dan angkuhnya luar

biasa, mana mau mereka tunduk kepada perintah kita?” seru Suma Tiang-cing sambil tertawa

dingin tiada hentinya.

Tiba-tiba Lau Cu cing menyela, “Aku lihat Pek hujin amat menaruh perhatian dan rasa sayang

kepada Hoa kongcu, aku rasa setiap perkataan dari Hoa kongcu selalu dituruti olehnya!”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

576

Cu Im taysu tertawa, ia menjawab, “Pek hujin menyayangi Hoa Thian-hong oleh karena ia

mempunyai niat untuk menarik Thian-hong, sebagai menantunya, dia memang seorang nyonya

yang bijaksana dan baik hati.”

“Hehmm…. heehhm…. aku lihat jika Sin-kie-pang benar-benar disetir oleh Kho Hong-bwee maka

bicara soal pribadi maupun soal tugas sudah pasti Thian-hong berada dipihak yang rugi!”

Merah padam selembar wajah Hoa Thian-hong, dia ingin membantah tetapi tak tahu musti

berkata dari mana.

Liu lojin berkata pula, “Menggali harta karun bukan suatu pekerjaan yang mudah dan gampang,

untuk mengerjakannya kita membutuhkan banyak tenaga dan banyak manusia, aku lihat jumlah

anggota perkumpulan Sin-kie-pang banyak sekali mereka adalah suatu kekuatan yang tak boleh

dianggap enteng!”

Tiba-tiba sinar setajam sembilu memancar keluar dari mata Suma Tiang-cing dengan blakblakkan

dia menegur, “Locianpwe berempat, aku lihat kalian toh sangat memahami keadaan

situasi dalam dunia persilatan kalau ingin mengatakan sesuatu kenapa tidak diutarakan saja

secara terang-terangan?”

Empat datuk dari gunung Huang-san saling berpandangan sekejap, akhirnya Po-yang Lojin

berkata dengan serius, “Terus terang saja kami katakan, bahwa kami berempat sangat setuju

kalau Hoa kongcu yang menduduki jabatan sebagai pucuk pimpinan didalam pergerakan ini.

Perlu di ketahui bahwa masalah ini menyangkut masalah kekerasan yaitu meliputi kedudukannya

dalam dunia persilatan serta kelihayan ilmu silatnya, disamping itu juga menyangkut dalam soal

moral yakni meliputi soal kebijaksanaan, adil dan lebih mengutamakan kepentingan umum dari

pada kepentingan pribadi. Sudah lama kami berempat berusaha menemukan manusia semacam

ini, dan akhirnya kami merasa bahwa diantara sekian banyak orang gagah yang ada didalam

dunia persilatan, hanya dia seoranglah yang mampu menandingi Kiu-im Kaucu maupun Tang

Kwik-siu, tapi berhubung tugas ini berat dan menyangkut masalah yang lebih besar lagi sedikit

salah bertindak bukan saja nama baiknya akan hancur, jiwa akan melayang, menyangkut pula

keselamatan orang lain, maka….”

Tidak sampai kakek tua itu menyelesaikan kata-katanya, Suma Tiang-cing telah berpaling seraya

menegur, “Thian-hong, bersediakah engkau untuk menerima kedudukan ini?”

Dengan gugup bercampur gelisah, Hoa Thian-hong segera menjawab, “Apabila tugas ini dapat

dilaksanakan secara sempurna dan baik, dunia persilatan tentu akan jadi aman tentram dan

damai, cara ini memang jauh lebih baik daripada bertempur dengan pedang atau golok melawan

kaum penjahat.”

“Benar!” sambung Cu Im taysu, bilamana engkau bisa melaksanakan tugas mulia ini dengan

sebaik-baiknya, tak malu engkau menjadi seorang manusia didunia ini.

Aku yang muda sama sekali tak berniat tamak atau kemaruk harta, apabila sanggup kulakukan

dengan kekuatanku, dengan senang hati akan kuterima tugas berat tersebut, tapi aku merasa

bahwa kekuatanku masih terlalu lemah.

“Telur busuk!” maki Suma Tiang-cing dengan gusar, “sebagai seorang laki-laki sejati berani

berbuat tentu berani tanggung jawab, bila engkau telah menyanggupinya, apalagi yang muski

kau ragukan?”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

577

“Aaaii!” Cu Im taysu menghela nafas parjang, “untuk melaksanakan tugas yang maha berat ini,

kita memang harus berbuat dengan sungguh-sungguh dan sepenuh tenaga, kalau hanya

berdasarkan emosi belaka, mendingan kalau cuma dirinya sendiri yang rugi, kalau sampai

mencelakai umat manusia kan berabe?”

Dewasa ini kita tak dapat menemukan orang lain yang cocok untuk memikul tanggung jawab ini,

itu berarti tugas ini tak bisa terhindar dari halnya bagaimana musti hati-hati, bagaimana musti

bertindak, semuanya itu toh urusan belakangan”

Setelah berhenti sebentar dengan wajah lebih kendor dia melanjutkan kata-katanya, “Mulai saat

ini juga telah menerima tugas itu dan kami semua akan menurut perintahmu, sekalipun aku

adalah angkatan yang lebih tua dari padamu tapi sejak kini aku pun tak akan bersikap keras lagi

kepadamu dari pada menghilangkan martabatmu dimuka umum”

“Terima kasih atas kasih sayang paman!” cepat Hoa Thian-hong bangkit dan memberi hormat.

Po-yang Lojin segera tertawa terbahak-bahak, “Haaahh…. haaah…. haaah….Hoa kongcu

sekarang marilah rundingkan soal rencana besar ini lebih jauh!”

Hoa Thian-hong termenung dan berpikir sebentar, kemudian berkata, “Boanpwe rasa, kata-kata

yang telah kita bicarakan di muka tadi tiada halangannya didengar orang luar, tapi kata-kata

berikutnya lebih baik untuk sementara waktu kita rahasiakan dulu!”

“Apa maksudmu?” seru Suma Tiang-cing dengan wajah berubah hebat.

Sebelum anak muda itu memberikan jawabannya, dari luar ruangan tiba-tiba terdengar

seseorang tertawa tergelak menyusul suara dari Kiu-im Kaucu berkumandang diudara, “Hoa

Thian-hong kuucapkan selamat kepadamu karena memangku jabatan tinggi ini, nyonyamu

bersedia mendengarkan perin tahmu…. haaah…. haaah….”

Betapa gusarnya Suma Tiang-cing sukar dilukiskan dengan kata-kata, cepat dia melejit dan

melayang keluar ruangan itu, kemudian dari atas atap dia melongok keluar.

Beberapa ratus kaki dari bangunan itu terlihatlah Kiu-im Kaucu dengan tongkat kepala setannya

sedang berlalu sambil tertawa terbahak-bahak, sungguh cepat gerakan tubuhnya, dalam waktu

singkat ia sudah berada jauh sekali dari situ.

Suma Tiang-cing mendengus dingin, setelah mengitari kuil itu satu kali, dia kembali lagi kedalam

ruangan, tegurnya ke arah Hoa Thian-hong, “Sedari kapan setan tua itu tiba disini?”

Keponakan menaruh curiga bahwa dia akan menguntit kita semua, maka secara diam-diam

kuperhatikan terus sekitar tempat ini, benar juga, baru saja kita sampai disini, diapun tiba pula

keatas ruangan ini, keponakan ingin membuat dia jadi kheki, maka sengaja kubiarkan dia berdiri

agak lama diluar sana setelah kita akan membicarakan so al yang penting, barulah kita usir dia

pergi

Kenapa muski begini! tanya Suma Tiang-cing dengan dahi berkerut.

Orang itu paling suka mencari urusan, sedikit saja ada angin bertiup atau rumput bergerak, dia

merasa harus ikut ambil bagian, kini soal mencari harta karun sudah ketahuan olehnya, makaa

diapun pasti akan menyelidiki persoalan ini sampai jelas, bila kita tidak membiarkan dia tahu

setelah kita semua pergi, dia pasti akan kembali kemari dan memaksa It Pian suhu untuk

menceritakan baginya, malahan mungkin juga akan mencari gara-gara dengan Lan wangwe,

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

578

padahal Ku Ing-ing juga masih berada ditangannya, karena itu keponakan sengaja hendak

membuyarkan perhatiannya”

Mendengar keterangan itu, Po-yang Lojin segera tertawa terbahak bahak, “Haahh…. haaah….

haaah…. Hoa kongcu engkau benar-benar amat teliti!”

“Locianpwe engkau tak tahu duduknya persoalan ini, boanpwe jadi ketakutan dibuatnya oleh

tingkah mereka!”

Po-yang Lojin mengelus jenggotnya dan tertawa, tanyanya, “Apa rencana kongcu tentang

tindakan kita selanjutnya?”

Hoa Thian-hong berpikir sebentar, kemudian jawabnya, “Pertama-tama boanpwe ingin mohon

bantuan dari Lau lo wangwe untuk berkunjung ke perkampungan Liok soat san ceng serta

merundingkan rencana penggalian harta karun ini dengan ibuku, istriku adalah seorang yang ahli

dalam ilmu racun, kemungkinan besar ia dapat memunahkan pula racun kelabang yang

bersarang di tubuh lo wangwe, menurut pendapatku bila usaha pertolongan ini tidak berhasil, toh

masih ada kesempatan untuk menyusul ke kota Sam kang stan.

“Rencana ini bagus sekali” sahut Cu cing dengan girang, “sudah lama aku dengar dan kagum

atas nama besar to hujin, memang ma salah besar ini harus diberitahukan kepada lo hujin,

sedangkan mengenai racun kelabang ini aku lebih baik mati keracunan daripada musti tunduk

dan minta belas kasihan dari Tang Kwik-siu!”

“Cu cing! Keberangkatanmu kesana lebih banyak manfaatnya dari pada kerugian” kata Po-yang

Lojin, tentang soal ini rasanya engkau sendiripun setuju bukan? sedangkan kami empat saudara

adalah kuda-kuda tua yang mengerti jalan, sekalipun nyawa kami sebagai pertaruhan kami

berempat tetap akan ikut serta dalam perjalanan menuju bukit kiu ci san, entah bagaimana

menurut pendapat Hoa kongcu?”

Tentu saja Hoa Thian-hong tak dapat menolak keinginan orang lain, terpaksa ia berkata.

“Apabila menuruti pendapat boanpwe, lebih baik locianpwe berangkat lebih dahulu keselatan

dengan ditemani oleh Cu Im taysu, toh persoalan ini tak mungkin bisa diselesaikan dalam satu

dua hari belaka, sepanjang perjalanan menuju sana tentu melelahkan badan, maka dari itu lebih

baik boanpwe saja yang berangkat kesana ini hari juga agar bisa meninjau situasi dibukit Kiu ci

sambil mengamat-amati gerak-gerik dari Tang Kwik-siu!”

“Bagus sekali, Lo Siansu! Bersediakah engkau menemani kami berempat menuju bukit Kiu ci

san?”

Cu Im taysu adalah seorang jago silat kawakan tentu saja dia dapat memahami maksud hati

pemuda itu.

Empat datuk dari bukit Huang-san memang sudah tua, ilmu silatnya tak seberapa, itu berarti dia

yang bertugas menemani mereka disepanjang perjalanan sebagai pelindung.

Segera sahutnya setelah mandapat pertanyaan itu.

“Dengan senang hati pinceng bersedia menmani locianpwe berempat, silahkan cianpwe

berempat yang menetapkan jadwal pemberangkatan!”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

579

“Kami berempat tidak lebih hanya burung-burung bangau liar yang terbang kesana kemari tanpa

arah tujuan, baiklah, kita segera berangkat sesudah tinggalkan tempat ini!”

Sementara itu Suma Tiang-cing telah berpaling ke arah Hoa Thian-hong seraya bertanya,

“Bagaimana dengan aku? Kalau engkau ada perintah, silahkan diutarakan tanpa sungkansungkani”

Merah padam selembar wajah Hoa Thian-hong karena jengah, katanya kemudian, “Setelah berita

penggalian harta karun ini tersiar keluar, kawanan jago silat dan orang gagah dari seluruh

pelosok dunia akan berdatangan kebukit Kiu ci san, menurut pendapat boanpwee hanya empek

Ciu seorang yang tak akan munculkan diri karena masalah ini, sebab sebagai seorang pendekar

sejati yang berjiwa besar, tak mengkin ia kesudian turut serta didalam perebutan harta milik

orang.”

“Benar, Ciu Thian-hau memang tak boleh ketinggalan dalam gerakan ini!” komentar Cu Im taysu.

“Baiklah!” kata Suma Tiang-cing kemudian, “akan kuseret dia untuk turun gunung kemudian

menyusul kalian kebukiit Kiu ci San!”

“Lo siansu kalan toh kepntusan telah di ambil, bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga?”

tiba-tiba Po-yang Lojin berkata.

Buru-buru Cu Im taysu melompat bangun, sahutnya, “Ini tahun siau ceng baru berusia enam

puluh dua tahun kata lo didepan sebutan cianpwe tadi tak berani kuterima!”

Begitulah setelah pertandingan selesai, secara beruntun mereka keluar dari ruangan itu siap

berangkat, It piau hwesio yang menghantar keberangkatan para tamunya beberapa kali hendak

buka suaranya, tapi setiap kali niat itu dibatalkan.

Cu Im taysu seperti memahami isi hatinya, ia lantas bertanya, “Suheng, apakah engkau hendak

menyampaikan sesuatu pesan?”

It piau hwesio termenung dan sangsi sebentar, akhirnya sepatah demi sepatah kata sahutnya.

Dengan melewati seribu bukit selaksa sungai dan bersusah payah, Tong Sam cong hoatsu

berhasil mencapai negeri Thian tok dan berkat belas kasih Sang Buddha, beliau dapat pulang

dengan membawa setumpuk kitab sembahyangan, kita sebagai murid Buddha yang maha

pengasih.

Ooh kiranya soal itu, Cu Im akan selalu mengingat persoalan itu, seandainya kitab

sembahyangan itu benar-benar berada didalam is tana Kiu ci kiong, aku pasti akan berusaha

keras untuk mendapatkannya.

Sesudah berhenti sebentar, tiba-tiba bisiknya, “Apakah suheng juga ingin ikut serta dalam

perjalanan menuju kebukit Kiu ci san?”

It piau hwesio tampak agak tertegun setelah mendengar pertanyaan itu, sahutnya tergagap,

“Aku bukan orang persilatan, biar…. biar lah aku mempertimbangkan lagi selama beberapa hari!”

Cu Im taysu mengangguk, ia lantas putar badan dan berlalu mengikuti dibelakang para jago.

Suma Tiang-cing berangkat dulu seorang diri, karena dia harus menuju ketelaga Tay su.

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

580

Sedangkan Hoa Thian-hong juga berpisah dengan rombongan, dia langsung kembali ke rumah

penginapannya.

Setelah bersantap malam udarapun kian menjadi gelap, seorang diri si anak muda itu duduk

termenung dalam kamarnya, ia sedang memikirkan masalah yang menyangkut diri Giok Teng

Hujin, akhirnya pemuda itu mengambil keputusan malam nanti dia akan sekali lagi menyelidiki

kuil It goan koan, bila perlu diapun akan melakukan perundingan babak terakhir dengan Kiu-im

Kaucu.

Sementara ia masih termenung melamunkan banyak persoalan, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk

orang.

Hoa Thian-hong agak tertegun kemudian tegurnya, “Siapa diluar?”

“Aku!” jawaban itu amat rendah parau dia sepertinya pernah dikenal.

Berkerut dahi Hoa Thian-hong mendengar jawaban itu, ia meraba gagang pedangnya dan

perlahan-lahan membuka pintu kamar.

Tapi ketika sorot matanya membentur di atas wajah pendatang itu, mendadak sekujur badannya

gemetar keras.

“Oh, kau….” bisiknya lirih.

Ditengah kegelapan seorang gadis baju hitam berkain cadar warna hitam berdiri di luar pintu, Pui

Che-giok sambil membopong Soat-ji berdiri dibelakang gadis berkerudung ini.

Begitu melihat kemunculan Pui Che-giok serta Soat-ji, serta-merta Hoa Thian-hong lantas

menduga bahwa gadis berkerudung hitam yang berada dihadapan matanya sekarang tak lain

adalah Giok Teng Hujin.

Sekalipun sudah menduga sampai kesitu, pemuda itu masih tampak agak sangsi, bukankah Giok

Teng Hujin lebih gemuk dan lebih montok dari pada gadis dihadapannya sekarang? Dan lagi

andaikata dia adalah Giok Teng Hujin, mengapa raut wajahnya ditutup oleh kain cadar berwarna

hitam?

Tatkala gadis berkerudung hitam itu menyaksikan kekagetan Hoa Thian-hong, dua titik air mata

tanpa terasa menetes keluar membasahi pipinya dibalik kata cadar, bisiknya lirih, “Thian-hong!”

Semakin tergetar perasaan hati Hoa Thian-hong sebelah mendengar panggilan itu, ia genggam

sepasang tangan gadis itu erat-erat lalu bisiknya pula dengan gemetar, Gadis berkerudung itu

memang tak lain adalah Giok Teng Hujin, tapi segala sesuatunya telah berubah, tubuhnya

berubah jadi kurus kering, dandanan serta pakaiannya jauh lebih sederhana, gerak-gerik maupun

suara pembicaraannya berubah jadi berat dan kaku, gadis itu seolah-olah telah berubah jadi

manusia lain.

Lama sekali kedua orang itu berdiri saling berhadapan muka, mereka tak bergerak maupun

berkutik sementara empat mata saling berpandangan dengan air mata jatuh bercucuran.

Pui Che-giok melewiti dua orang itu dan masuk kedalam kamar sambil memasang lentera,

bisiknya, “Kongcu silahkan duduk!”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

581

Hoa Thian-hong menghela napas panjang, sambil bergandengan tangan mereka masuk kekamar

dan duduk bersanding diatas pembaringan.

Pui Che-giok menampilkan sekulum senyvman paksa, katanya, “Ini hari nona belum bersantap

biarlah kuperintahkan pelayan untuk siapkan hidangan.”

Selesai berkata ia lantas berlalu.

Sepeninggal dayang itu, Hoa Thian-hong mengamati wajah perempuan itu beberapa saat,

kemudian sambil memberanikan diri tanyanya, “Cici, bagaimana dengan wajahmu?”

“Wajahku kena penyakit, aku tak ingin menunjukkan di hadapanmu!” jawab Giok Teng Hujin

dengan lirih.

Setelah mengetahui kalau wajah gadis itu tidak cedera, diam-diam Hoa Thian-hong

menghembuskan napas lega, ia tersenyum dan kembali katanya lagi, “Aaahh….! Kiranya cuma

urusan kecil, perlahan-lahan toh akan sembuh dengan sendirinya, aku jadi menguatirkan kalau

wajahmu cedera berat!”

Perlahan-lahan Giok Teng Hujin berpaling.

“Seandainya wajahku cedera dan rusak? bagaimana perasaan hatimu?” ia bertanya.

“Aaai! Padahal apa bedanya ruasak atau tidak, asal pikiran cici bisa lebih terbuka, bagi aku sih

bukan soal”

“Coba rabalah wajahku tapi kau musti meraba dengan memakai punggung tangan jangan pakai

telipak tanganmu!”

Hoa Thian-hong tertegun dan tidak habis mengerti oleh perkataannya tapi dia tahu gadis itu

berkata demikian sudah pasti dikarenakan ada sebab-sebab tertentu.

Tanpa terasa ia membayangkan kembali kejadian masih berada dalam kuil It goan koan ketika

sedang melaksanakan siksaan api dingin melelehkan sukma, perempuan itu pun berusaha

menyembunyikan wajahnya dengan rambut yang panjang, semakin gadis itu merahasiakan

wajahnya Hoa Thian-hong merasa makin curiga dan ingin tahu.

Akhirnya dia menyikap kain cadar itu dan merabanya dengan punggung tangan, ia menemukan

wajah dara itu masih tetap utuh dan tidak mengalami cedera apa-apa, cuma wajahnya sekarang

bertambah kering dan kehilangan kehalusan, kelembutan serta kekonyolannya dimasa lalu.

“Apakah sudah kau rasakan?” tanya Giok Teng Hujin kemudian dengan nada murung.

Hoa Thian-hong tertawa geli.

“Aku tidak merasakan apa-apa, aku lihat engkau yang telah membesar-besarkan suatu masalah

yang sebetulnya kecil!”

Dengan sedih Giok Teng Hujin menghela napas panjang, kembali ia berkata, “Aaii….! Kau anggap

siksaan api dingin melelehkan sukma adalah suatu penyiksaan mainan yang bisa dibuat sebagai

bahan gurauan? Api dingin dari lentara itu sudah memusnahkan masa mudaku, sekarang aku

sudah menjadi tua”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

582

Pertama-tama Hoa Thian-hong agak terperanjat, tapi sebentar kemudian ia sudah tertawa seraya

berkata, “Tua biarkanlah jadi tua, toh makin meningkat usia seseorang, wajahnya juga akan ikut

berubah jadi tua, siapa yang dapat awet muda terus?”

Giok Teng Hujin tundukkan kepalanya dengan sedih.

“Tapi engkau toh belum tua bisiknya lirih, dahulu saja aku tak bisa menangkan Chin Wan-hong

serta Pek Run gie, apa lagi setelah wajahku jadi tua dan peyot, lebih-lebih tak dapat kutandingi

kecantikan mereka berdua!”

Hoa Thian-hong tertawa, tertawa dengan suara dan nada yang berat memilukan.

“Aku tahu, bila aku terlalu banyak memberikan penjelasan serta keterangan maka engkau

malahan tak akan mempercayai diriku lagi, pokoknya engkau boleh ingat baik-baik, biar langit

jadi gersang tanah jadi tua namun cintaku padamu tak akan tua, bagaimanapun berubah jadi

tua, dalam hati kecilku engkau selamanya tetap kau. Aasai….Sekali pun engkau secara tiba-tiba

dapat berubah jadi seorang dara berusia belasan aku tak dapat memberikan cinta yang lebih

banyak kepadamu sekalipun kau berubah jadi nenek-nenek yang peyot dan rambut telah

berubah semua, akupun tak dapat memberikan cinta yang lebih sedikit padamu asal kau ingat

saja bahwa samudera boleh mengering batu boleh menjadi lapuk namun cintaku padamu tidak

akan berubah untuk selama-lamanya!”

Giok teng hajin termenung untuk beberapa saat lamanya, kemudian ia berkata lagi, “Rupanya

semakin lama engkau semakin pandai berbicara, perka-taanmu pun makin lama semakin dewasa,

apakah selama ini kau hidup dalam segala kemurungan dan segala kesulitan?”

Hoa Thian-hong mengangguk.

“Pek Kun-gie terjatuh ke tangan Tang Kwik-siu dan sekarang aku menemukan pula masalah

pencarian harta karun, jalan yang terbentang didepan mata jelas banyak rintangan dan kesulitan,

berhasil atau gagal sukar diramalkan mulai sekarang, kalau tugasku tidak terlalu berat, kenapa

tiap hari aku musti bermuram durja? Aaaai! Engkaupun harus mengepos semangat dan tenaga

untuk membantu aku dalam penyelesaian tugas-tugas ini.”

“Apa sangkut pautnya antara aku dengan urusannya Pek Kun-gie?” tanaya Giok Teng Hujin

sambil tertawa.

***

Hoa Thian-hong miringkan kepalanya lalu tertawa, sahutnya, “Untuk mengatasi masalah yang

ada didunia ini, segala sesuatunya tergantung pada diri sendiri, misalnya dalam masalah Pek

Kun-gie mau tak mau aku harus mengurusinya, dan masalahku, mau tak mau engkau pun harus

mencampurinya pula, bila Thian telah mengatur segala sesuatunya secara rapi, siapakah yang

dapat membangkang perintah Nya?”

Setelah mendengar perkataan itu, tanpa sadar Giok Teng Hujin merasakan dada dan perasaan

hatinya jauh lebih segar, lega dan terbuka, bagaimanapun juga ia merasa bahwa didunia ini

masih ada seseorang yang masih membutuhkan hiburan serta bantuannya, hal ini

membangkitkan kembali gairahnya untuk hidup.

Sambil tertawa cekikikan ujarnya, “Kalau toh Pek Kun-gie berada dalam keadaan bahaya, kenapa

engkau tidak merasa sedih ataupun gelisah, mau apa engkau berkeliaran ke kota Cho ciu

bukannya pergi menolong si dia?”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

583

Hoa Thian-hong tertawa getir.

“Kenapa lagi kalau bukan lantaran kau?” sahutnya.

Kemudian sambil menunjuk kedepan, dia melanjutkan, “Sewaktu aku berjumpa muka dikota Cho

ciu tempo hari penemuan itu dilangsungkan dalam kamar itu maka setelah datang kembali kesini

tanpa kusadari aku telah kembali lagi kekamar ini masa engkau masih belum paham dengan

perasaan hatiku pada dirimu?”

Giok Teng Hujin tertawa cekikikan meski pun dihati ia merasa hangat dan mesra namun diluaran

sahutnya dengan suara hambar.

“Jangan omong sembarangan, perempuan hidup lantaran cinta, pokoknya separuh hidupku

selanjutnya adalah tanggung jawabmu.”

Hoa Thian-hong tertawa ringan.

“Eeh cici, aku adalah seorang laki-laki yang tak tahu budi, lagipula nasibku jelek, kunasehati

dirimu lebih baik cepatlah sadarkan diri dan mencari tulang punggung yang lebih baikkan!”

Giok Teng Hujin tertawa cekikikan, setelah berhenti sebentar dia lantas alihkan pokok

pembicaraan kesoal lain, ujarnya dengan suara lantang, “Setelah Kiu-im Kaucu tahu bahwa

engkau adalab penyelenggara pencarian harta karun seketika itu juga aku dibebaskan, katanya

hukuman siksaan untuk sementara waktu di tunda dulu, ia perintahkan aku membuat pahata

untuk menebus dosa.”

“Bagaimanakah jawabanmu?” tanya Hoa Thian-hong dengan dahi berkerut kencang”

Giok Teng Hujin tertawa merdu.

“Aku jawab lihat saja perkembangannya nanti, aku akan berbuat dengan segala kemampuanku.

Hmmmm! Aku nyaris mati ditangannya, sejak itu pula aku sudah tak pandang sebelah matapun

terhadap kancu itu.”

“Aku tahu persoalan ini tak akan berakhir dengan begitu saja, tampaknya ia memang harus

dibikin mampus!” kata Hoa Thian-hong sambil tertawa getir.

“Kembalikan kecantikan dan kelembutan wajahku!” tiba-tiba Giok Teng Hujin berseru dengan

manja.

“Tapi bagaimana caranya?” tanya Hoa Thian-hong dengan sepasang mata terbelalak besar dan

lagi engkau toh baru saja menjalankan siksaan sudah tentu wajahmu jadi agak layu dan kusut!”

“Layu?” seru Giok Teng Hujin “wajahku sudah berkeriput, sudah jadi tua!”

Mula-mula Hoa Thian-hong agak tertegun kemudian sambil tertawa sahutnya, “Aku tidak merasa

keberatan sekalipun kau jadi tua pokoknya kan hati kita telah berpadu menjadi satu?”

“Hmmm kau pintar omong kosong, janjimu muluk aku tak punya gairah untuk hidup lebih lanjut!”

Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh.

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

584

“Didalam istana Kiu ci kiong terdapat banyak sekali obat mujarab, sekalipun harus pertaruhkan

nyawamu engkau harus mendapatkan untukku, agar keriput-keriput diwajahku hilang semua dan

kembali di masa muda, kalau tidak…. Hemm! Aku akan mati didepan matamu….”

Hoa Thian-hong tertegun, serunya cepat.

“Istana Kiu ci kiong sudah hampir seratus tahun lebih tenggelam keperut bumi, sekali pun ada

obat mujarab yang bagaimanapun bagusnya toh akhirnya akan berubah jadi pasir.”

“Tidak mungkin, Kiu-ci Sinkun adalah seorang manusia yang cerdas dan berpengetahuan tinggi,

tidak mungkin dia akan membiarkan obat obat mujarab itu hancur menjadi abu, obat mujarab itu

tentunya telah disimpan secara baik-baik!”

Setelah berhenti sebentar ia melanjutkan kembali kata-katanya, “Kalau engkau tidak dapat

mencarikan obat mnjarab yang bisa menghilangkan keriput-keriput diatas wajahku, maka engkau

harus carikan sejenis ilmu sakti yang dapat mengembalikan kecantikan serta masa mudaku akan

kucari suatu tempat yang sepi dan terpencil untuk melatih ilmu kepandaian tersebut, selama

masa latihanku engkau hendak mencari tiga istri empat gundik aku tak mau tahu, pokoknya

setiap setengah tahun sekali, engkau harus berkumpul selama beberapa hari dengan aku,

menanti benar-benar sudah menjadi tua, hubungan kita baru putus jadi dua!”

Mendengar perkataan itu, Hoa Thian-hong lantas berpikir di dalam hati kecilnya.

“Po-yang Lojin selalu menegaskan bahwa penyelenggara pencarian harta karun ini adalah

seorang yang jujur dan tidak punya jiwa korupsi, barang-barang yang bukan menjadi miliknya

tidak diperkenankan untuk diambil bagi diri sendiri, kalau sekarang ku-sanggupi permintaan Ku

Ing-ing untuk mendapatkan kitab pusaka awet muda serta obat mujarab, kemudian Kun gie juga

pesan satu dua macam, Wan hong juga pesan satu dua macam kemudian para cianpwe minta

pula satu dua macam, bagaimana caraku bisa membagi isi harta karun itu secara adil dan

bijaksana?”

Terdengar Giok Teng Hujin berkata lagi dengan murung, “Aku lihat dahimu berkerut daa

mulutmu membungkam, perasaan hati mu tampak sangat berat, persoalan apakah yang

membuat engkau merasa serba salah?”

Hoa Thian-hong tertawa kering.

“Aku sedang berpikir, jujur dan tidak korupsi memang gampang diucapkan tapi hakekatnya sukar

untuk dilaksanakan!”

“Kalau manusia tidak berusaha untuk kepentingan diri serdiri, dunia akan kiamat dengan cepat,

perduli amat jujur atau tidak korupsi atau tidak, selama engkau adalah manusia maka kau tak

akan terlepas dari sifat mementingkan diri sendiri, kecuali bila engkau adalah seorang manusia

super ajaib.”

“Bagaimana maksudmu?” tanya sang pemuda sambil tertawa.

“Air yang jernih tak akan ada ikannya, manusia yang jujur tak akan ada temannya, kalau engtau

ingin menjadi seorang manusia yang jujur, bijaksana dan tidak korupsi, maka bersiap-siaplah

untuk menjadi seorang manusia sebatang kara yang tidak disenangi orang lain.”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

585

Setelah berhenti sebentar, dia menambahkan, “Pokoknya bagaimanapun juga bila, kau tak dapat

memenuhi harapanku ini maka aku akan beradu jiwa dengan dirimu, biar kita menjadi suami istri

setan saja di alam baka!”

Hoa Thian-hong dibuat serba salah oleh tingkah laku perempuan itu, untung Pui Che-giok masuk

sambil menghidangkan santapan sehingga si anak muda itupan bisa terlepas dari keadaannya

yang serba salah.

Sambil menggandeng tangan pemuda itu, Giok Teng Hujin bangkit dan duduk di meja

perjamuan, katanya, “Aku dan Che giok akan bersantap, kau duduklah disini menemani aku

sambil menceritakan soal harta karun dibukit Kiu ci san, kentongan ketiga tengah malam nanti

kita segera berangkat”

“Biarlah aku berangkat lebih dulu, sedang kau dan Che giok beirstirahat beberapa hari dulu

dikota Cho chiu, setelah kesehatan badanmu pulih kembali….”

Cepat Giok Teng Hujin gelengkan kepalanya.

“Tidak, aku malahan ingin bersayap sehingga bisa sekali terbang tiba di bukit Kiu ci san dan

angkat cangkul menggali sendiri tempat terkuburnya harta karun itu”

xxxx xxxx

Bukit Kiu ci san adalah serentetan bukit tinggi dengan sembilan buah patahan yang terjal

diantara patahan-patahan terjal itu tergan tunglah air terjun yang tinggi dan deras.

Pada patahan terjal yang ketujuhlah istana Kiu ci kiong terpendam, tempat itu merupakan bukit

yang tertinggi diantara sekian banyak bukit yang tersebut disana sini.

Seratus tahun berselang istana itu berdiri angker dipuncak bukit tersebut warna keemasan ysng

mentereng dapat terlihat sendari puluhan li jauhnya.

Tapi setelah mengalami banyak kejadian yang berubah-ubah kini istana Kiu ci kiong sudah lenyap

dari permukaan tanah bahkan puing-puingpun tidak nampak.

Pagi itu di atas bukit telah kedatangan berombongan manusia yang berbaju kuning, rombongan

itu dipimpin oleh ketua Seng sut pay yang lebih dikenal sebagai ketua Mo-kauw, Tang Kwik-siu.

Satu-satunya anggota perempuan yang ikut serta rombongan itu memang tak lain adalah Pek

Kun-gie yang cantik jelita bak bidadari dari kayangan, putri kesayangan ketua Sin-kie-pang

sedangkan keenam belas orang lainnya terdiri dari murid-murid Tang Kwik-siu termasuk

diantaranya adalah Kok See-piauw.

Rombongan itu akhirnya mencapai puncak bukit yang tinggi itu, dihadapan mereka terbentanglah

sebuah air terjun yang deras airnya, lebar telaga penampang air di bawah air terjun itu mencapai

empat kaki dengan kedalaman lima depa.

Disamping telaga batu cadas tersebar disana sini semak belukar yang tinggi hampir menyeltmuti

seluruh permukaan tanah.

Lama sekali Kok See-piauw mengamati keadaan disekeliling tempat itu, lalu tanyanya, “Suhu,

masakah istana Kia ci kiong terpendam di bawah air terjun ini?”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

586

Tang kwik termenung sebentar lalu menggeleng.

“Aku rasa tidak, malahan mungkin berada dibawah tebing yang terjal ini!” sahutnya

Seorang manusia aneh bermuka jelek berambut dan beralis mata merah yang berada disisi kiri

Tang Kwik-siu segera berseru, “Kalau toh sasarannya sudah diketahui, kita segera buntu aliran

air ini dan mulai melakukan penggalian!”

Orang ini bertema Hong Liong murid tertua dari Tang Kwik-siu dengan membawa sekawanan

adik seperguruan belum lama tiba didaratan Tionggoan untuk bergabung dengan gurunya.

Ketika mendengar perkataan tersebut, Tang Kwik-siu segera mengerutkan dahinya rapat-rapat.

“Menurut petunjuk dari Cousu ya, istana Kiu ci kiong didirikan diatas sebidang tanah yang

luasnya mencapai seribu hektar, begitu luas dan besarnya tempat itu sehingga hari keempat

setelah tanah merekah, semua bangunan itu baru terkubur kedalam perut bumi, untuk

melakukan penggalian kita harus menemukan lebih dahulu pintu masuknya serta jalan utama

yang berhubungan dengan istana itu, sekalipun kita lakukan penggalian, sepuluh sampai

setengah bulan pun belum tentu bisa kita selesaikan pekerjaan penggalian ini.

“Lalu apa yang musti kita lakukan?” tanya Hong Liong dengan dahi berkerut.

“Untuk melakukan pekerjaan besar ini, kita harus bekerja sama dengan orang-orang persilatan

dari daratan Tionggoan, kalau tidak begitu, kenapa kita tidak diam-diam saja meluruk kesini

untuk menggali tanah, sebaliknya musti memutar kayun dan mengejutkan semua jago didaratan

Tionggoan?”

Sementara itu Pek Kun-gie sedang berdiri ditepi kolam sambil memandang pesona air terjun

dihadapannya, keatika mendengar perkataan itu dia lantas berpaling dan memandang ke arah

lawannya dengan sorot mata yang dingin dan tajam, setajam sembilu.

Tang kwik Sin segera tertawa terbahak-bahak.

“Haahh…. haaah…. haaaahh…. selama beberapa hari belakangan ini sikapmu mengalami

perubahan besar, seakan-akan telah berubah jadi manusia lain, bolehkah aku tahu apa

sebabnya?”

Paras muka Pek Kun-gie dingin, ketus dan kaku, bukanya menjawab dia malah bertanya, “Kalau

kudengar dari pembicaraanmu barusan, tampaknya engkau sengaja membocorkan rahasia harta

karun ini kedalam dunia persilatan?”

“Haaah…. haah…. haah….” Tang Kwik-siu tertawa angkuh, “meskipun orang persilatan didatatan

Tionggoan rata-rata licik dan banyak akalnya, akupun bukan seorang manusia yang tak betotak.

Haaah haaah…. kalau aku sampai jatuh kecundang ditangan seorang budak seperti kau

bukankah itu namanya perahu yang terbalik dalam selokan?”

Habis berkata, kembali dia tertawa terbahak-bahak.

Pek Kun-gie mendengus dingin.

“Hemm! Jadi kalau begitu, engkau memang sengaja hendak menggunakan diriku untuk

membocorkan rahasia harta karun ini kepada dunia luar?”

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

587

“Boleh juga kalau engkau menuduh diriku, tapi tahukah engkau dimanakah letak kelihayanku

ini?”

Tanpa berpikir panjang, dara itu segera menjawab, “Gampang sekali untuk menjawab

pertanyaan ini, bukankah engkau kuatir ditunggangi orang lain bila engkau yang mencari orang

lain untuk bekerja sama? Maka daripada menguntungkan orang lebih baik engkau menanti orang

lain yang datang mencari dirimu sehingga dengan leluasa kau dapat mengajukan syarat?”

Sekali lagi Tang Kwik-siu tertawa tebahak-bahakk, “Haaah…. haaah…. haaah engkau memang

sangat cerdik tapi aku lihat sikapmu beberapa hari belakangan ini berubah jadi dingin dan

lamban mendatangkan antipati bagi mereka yang memandang, apakah aku boleh tahu sebab

musababnya?”

“Engkau toh mengakui dirimu sebagai seorang manusia cerdik, Hmm! Rapanya soal inipun tidak

kau pahami”

“Haaah…. haaah…. haaah…. hati orang perempuan bagaikan jarum didasar samudra sekalipun

aku sudah berpikir selama beberapa hari toh tidak dapat kutemukan sebab musababnya tapi aku

yakin engkau bukan sengaja memperlihatkan kepada kami”

Setelah berhenti sebentar, sambungnya lagi, “Bila kau tak ingin racun dari kelabang langit itu

bersarang dalam tubuhmu, sekarang juga aku dapat memunahkannya dari bagimu”

“Tidak perlu!” jawab Pek Kun-gie ketus.

Kiranya orang-orang dari Seng Sut pay menyebut kelabang tersebut sebagai kelabang langit,

racunnya ganas dan luar biasa kejinya.

Pek Kun-gie telah digigit oleh kelabang tersebut setelah ditangkap orang-orang Seng Sut pay ini,

racun keji binatang itu sudah lama bersarang dalam tubuhnya, dan kini Tang Kwik-siu secara

sukarela hendak memunhakan racun itu bagi Pek Kun-gie, sebenarnya hal ini merupakan satu

kesempatan yang paling baik untuk membebaskan diri dari pengaruh racun itu.

Apa mau dikata, gadis itu malahan menolak tawarannya itu, malahan sikapnya tetap dingin dan

kaku, tindakannya ini tentu saja membuat Tang Kwik-siu yang kejam dan berotak tajampun jadi

kebingungan sendiri.

Sementara itu Pek Kun-gie setelah menyelesaikan kata-kata tersebut, sikapnya amat dingin dan

hambar.

Kok See-piauw mengikuti semua gerak-gerik dara itu dengan pandangan tajam, paras mukanya

tampak berubah hebat dan hawa gusar menyelimuti wajahnya tapi ia tak berani mengatakan

sepatah katapun.

Dengan mata melotot, Hong Liong mengamati bayangan punggung Pek Kun-gie dengan

mendelong, tiba-tiba tanyanya, “Suhu, mungkinkah budak ini hendak mengakhiri hidupnya

dengan cara itu?”

Orang ini termasuk seorang iblis yang ganas, bengis dan memandang nyawa manusia bagaikan

benda yang tak berharga, tapi terhadap Pek Kun-gie yang cantik jelita ia merasakan sesuatu

perasaan yang aneh, ia merasa sekalipun tak mungkin dirinya bisa memperoleh benda yang

sangat indah itu namun diapun kuatir kalau tiba-tiba benda yang indah itu musnah dengan

sendirinya.

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

588

Tiba-tiba Kok See-piauw mendengus dingin.

“Hmmm! Mungkin bagi toa suheng merasa agak asing deagan gaya dan gerak-geriknya itu, buat

siaute sih sudah biasa…. lagu lama!”

“Ooh…. iya? Kenapa?” tanya Hong Liong dengan perasaan tertarik, sinar matanya berkilat.

“Dulu-dulunya dia memang telalu bersikap demikian sekalipun tatkala untuk pertama kalinya

bertemu dengan bocah keparat she Hoa sikapnya juga tetap dingin kaku dan sedikitpun

membawa ciri-ciri kewanitaannya”

“Bagaimana selanjutnya?” tanya Hong Liong semakin tercengang

Dengan gemas dan penuh kebencian, Kok See-piauw melanjutkan kata-katanya lebih jauh,

“Akhirnya dia bertemu kembali dengan bocah keparat she Hoa itu dikota Cho ciu, entah apa

sebabnya tiba-tiba ia terpesona dan terpikat oleh pemuda bangsat itu, sejak jatuh cinta sikapnya

yang dingin dan hambar itu tersapu lenyap, sebagai gantinya senyum dan gelak tertawa selalu

menghiasi wajahnya….”

“Lalu semanjak kapan sikapnya berubah kembali jadi dingin dan hambar?”

“Dua hari sebelum toa suheng tiba disini, padahal kamipun tidak bersikap kasar kepadanya”

Tiba-tiba Tang Kwik-siu tertawa terbahak-bahak, lalu serunya, “Haaahh haahh haaah kiranya

begitu sekarang aku paham sudah!”

“Suhu, apa yang kau pahami?” cepat Hong Liong bertanya dengan perasaan ingin tahu.

Menyaksikan sikap serta tingkah laku muridnya yang begitu ingin tahu, kembali Tang Kwik-siu

berpikir, “Aaai, rupanya setiap orang memang suka akan gadis yang cantik, kembali ada seorang

yang akan cemburu olah karena soal perempuan!”

Sementara dalam hati ia berpikir demikian, dimulut sahutnya sambil tertawa, Pastilah budak ini

merasa gemas dan jengkel lantaran Hoa Thian-hong tidak muncul juga ditempat ini, maka

akhirnya kemarahan dan kejengkelannya dilampiaskan kepada kita.

Mendengar penjelasan dari gurunya ini, hawa nafsu membunuh seketika menyelimuti wajah

Hong Liong, serunya dengan cepat, “Oooh kiranya begitu, mendingan kalau keparat she Hoa ini

tidak datang, kalau ia berani datang kesini maka aku segera akan mencabut jiwa anjingnya, baik

atau jelek kita barus memboyong budak ini kembali ke Seng sut Pay!”

Tang Kwik-siu menarik muka, katanya, “Orang persilatan didaratan Tionggoan rata-rata licik dan

banyak akal, bubungan masing-masing pihakpun sangat kacau dan tidak karuan, engkau tahu

kenapa aku tidak manfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk menyelesaikan soal

penggalian harta karun? Hal ini lantaran kau kurang cermat dan otakmu tidak jalan,

kepandauanmu juga tak mampu menandingi orang-orang persilatan didaratan Tionggoan,

makanya aku tak berani menyerahkan tugas mencari harta karun ini kepadamu.”

Sepasang mata Hong Liong melotot besar, serunya dengan penasaran, “Dengan tenagaku

seorang aku bisa menaklukkan sepuluh perkumpulan, masa dengan kemampuan seperti ini aku

tak dapat menandingi pula jago-jago silat dari daratan Tionggoan? Hmm! Kalau prinsipku,

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

589

ketemu satu bunuh satu, ketemu sepasang bunuh sepasang, sekalipun mereka berakal licik, akan

kubuat mereka tak mampu untuk menggunakannya….”

Tang Kwik-siu tertawa dingin.

“Hemm! Kalau begitulah prinsipmu, maka selamanya jangan harap kau bisa pulang ke wilayah

Seng Sut hay”

Hong Liong sangat tidak puas dia malah hendak mencoba membantah, akan tetapi selelah

dilihatnya paras muka gurunya rada aneh, terpaksa ia menahan diri.

Perlahan-lahan Tang Kwik-siu alihkan kembali pandangannya ke arah bayangan punggung Pek

Kun-gie, lalu dengan suara dalam ia berkata, “Malam ini atau besok malam, orang-orang dari

Sin-kie-pang serta Hoa Thian-hong pasti akan berdatangan kemari, selama aku tak ada di-tempat

ini, kemanapun Pek Kun-gie hendak pergi lebih baik kalian jangan coba menghalangi dan

kalianpun dilarang mencari gara-gara dengan siapapun, mengerti?”

Diam-diam Kok See-piauw merasa amat gelisah, ia lantas berseru, “Kalau toh memang begitu,

kenapa kita musti memboyong dirinya datang kemari?”

Tang Kwik-siu tersenyum.

“Tentu saja aku mempunyai maksud-maksud tertentu dan rahasia di balik rencanaku ini tak perlu

kalian ketahui”

Selesai berkata, ia lantas perintahkan muridnya untuk mencari kayu dan membangun rumah

papan disitu sebagal persiapan untuk tinggal lama disitu, sedang dia seorang diri menuruni

lembah dan bergerak menuju kealiran air dari kolam itu….

Hong Liong memerintahkan adik seperguruannya untuk bekerja, tatkala senja menjelang tiba

mereka telah berhasil mendirikan beberapa rumah kayu yang sederhana dan selang sesaat

rembulan telah muncul menerangi seluruh jagad.

Ditengah remang-remangnya suasana, belasan sosok bayangan manusia dengan gerakan yang

sangat cepat bagaikan sambaran kilat bergerak mendekat, Hong Liong yang bermata tajam

segera menegur dengan suara lantang

“Siapa yang datang?”

Tiada jawaban hanya salah seorang perempuan diantara anggota rombongan itu pun menyapa.

“Kun gie….”

Pek Kun-gie masih termangu-mangu ditepi jurang ketika secara tiba-tiba mendengar suara

panggilan dari ibunya, ia tampak terpe-ranjat sehingga tubuhnya bergetar keras, buru-buru dia

menyongsng maju kedepan.

Tatkala menyaksikan putri kesayangannya tidak mengalami cedera, Kho Hong-bwee merasa

sangat lega, sinar matanya segera dialihkan ke arah beberapa buah rumah kayu yang barusan

selesai dibangun itu.

Grafity, http://mygrafity.wordpress.com

590

Sementara itu, rombongan anak murid partai Seng sut hay yang mendengar tibanya s kelompok

musuh segera berlari keluar dari rumah-rumah kayu itu, oleh sebab Tang Kwik-siu telah

memberikan pesannya maka mereka tak berani mencari urusan.

Pek Soh-gie memburu maju kedepan, sambil merangkul adiknya dia menegur penuh perhatian,

“Adikku, tidak apa-apa bukan?”

Pek Kun-gie menggelengkan kepalanya, biji mata yang jeli kembali dialihkan ke arah rombongan

yang baru tiba, dugaannya ternyata tak meleset, kekasih hati yang selalu dirindukan selama ini

benar-benar belum munculkan diri.

Seketika itu juga dia merasa amat kecewa dan putus asa, hatinya terasa jadi remuk redam, ingin

sekali dia menggorok lehernya untuk menghabisi hidupnya sendiri.

Para anggota perkumpulan Sin-kie-pang telah berdatangan semua, mereka pada maju memberi

hormat dengan wajah berseri, sebaliknya Pek Kun-gie tetap menunjukkan wajah yang dingin,

kaku dan hambar tiada jawaban yang terdengar, mulutnya selalu membungkam seakan-akan dia

sama sekali tidak merasa gembira karena bebas dari tawanan.

Kho Hong-bwee yang cermat segera dapat menemukan keadaan yang kurang beres itu, dengan

hati terperanjat segera tanyanya dengan suara dalam, “Apakah engkau sudah dirugikan!”

Perlu diketahui kecantikan Pek Kun-gie bak bidadari dari kahyangan, gadis cantik jelita seperti dia

bila sampai terjatuh ketangan lawan maka keadaan tersebut ibaratnya domba dimulut harimau

siapapun merasa tidak berlega hati.

Sebagai seorang dara muda, kesucian badan merupakan hal yang kadangkala lebih penting dari

pada nyawa sendiri, tentu saja Kho Hong-bwee amat kuatir kalau putrinya telah dinodai oleh

lawan.

Tentu saja dia tak menyangka kalau Pek Kun-gie bernasib mujur lantaran kecantikan wajahnya

itu, oleh karena kecantikan wajahnya sukar dicarikan tandingan dikolong langit, maka orang

menganggapnya sebagai suatu benda seni yang tak ternilai harganya membuat siapapun yang

memandang merasa suka dan setelah suka tak ingin merusaknya siapapun merasa tak tega

untuk menghancurkannya dengan begitu saja.

Selama ini Pek Kun-gie memang telah mengiringi anak murid partai Seng sut pay untuk

melakukan perjalanan sejauh sepuluh laksa li, sepanjang jalan siapa pun melamunkan hal yang

tidak-tidak, apalagi Tang Kwik-siu sebagai seorang ketua dari suatu perguruan besar, tentu saja

lamunannya jauh lebih hebat daripada anak muridnya.

Sekalipun begitu ia selalu merasa bahwa memperkosa Pek Kun-gie dengan suatu paksaan

merupakan suatu tindakan yang keliru besar, perbuatannya itu pasti akan merusak

pemandangan, dan lagi pihak Sin-kie-pang maupun Hoa Thian-hong pasti tak akan melepaskan

dirinya dengan begitu saja, itu berarti pula dia akan merusak rencana besarnya untuk menggali

harta karun.

Dengan dasar pelbagai alasan inilah, Tang kwiw Siu selalu mawas diri dan menahan nafsu untuk

tidak sampai menodai Pek Kun-gie yang cantik, ini bukan berarti dia telah melepaskan dara itu

dengan begitu saja, ia sendiripun masih punya keinginan untuk melakukan perbuatan tersebut

bilamana dikemudian hari ada kesempatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar